36. Contact

9.9K 1K 63
                                    

~Rain POV~

Sudah lima hari lamanya aku berada disini. Disebuah pulau pribadi milik Alex. Dan selama lima hari itu pula aku tidak pernah ikut makan makanan pemberian dari Erica--Pelayan Alex dan lebih memilih makan buah-buahan di kebun belakang. Karena hal itulah aku jadi sering sakit perut sampai muntah-munta karena perutku hanya diisi dengan anggur dan strawberry.

Sama seperti pagi ini, perutku sakit hingga aku harus menumpahkan kembali makananku yang kemarin. Aku keluar dari kamar mandi dengan kondisi lemas tak bertenaga, kemudian aku duduk dengan bersandar pada tembok sambil meringkuk memegangi perutku yang terasa sakit.

Karena ulahku yang menghambat pintu dengan meja, sekarang Alex sudah mengeluarkan meja rias, vas bunga, buku dan benda lainnya hingga yang tersisa dalam kamar ini hanyalah tempat tidur dan lemari pakaian serta satu cermin rias yang tertempel di tembok.

Aku langsung mendongakkan kepala begitu aku mendengar suara pintu yang terbuka. Saat aku melihat ke ambang pintu, rupanya yang datang adalah Erica dengan membawa kereta dorong berisi makanan. Meskipun aku tidak pernah memakannya, tapi Erica selalu membawakannya untukku pagi, siang dan malam.

Erica terkejut saat ia melihatku tengah meringkuk di sudut ruangan hingga Erica langsung menghampiriku dengan panik dan berjongkok di sebelahku. Erica merangkulkan lengannya di pundakku.

"Anda sangat pucat, Tuan Muda. Jika Anda terus-terusan tidak makan, itu hanya akan menyiksa diri Anda sendiri" Erica berucap dengan panik dan aku hanya menggelengkan kepala menolak apa yang Erica katakan.

Erica kemudian berjalan kembali ke kereta dorongnya lalu mengambil piring dan menaruh beberapa jenis makanan di atas piring kemudian kembali menghampiriku. Erica menyodorkan piring itu padaku namun aku masih sama menolaknya.

"Tuan Muda, saya mohon Anda harus makan agar Anda tidak sakit" kata Erica lagi yang terus memaksa.

"Alex pasti meracuninya" ucapku dan Erica menggelengkan kepala.

"Tuan Besar memang memberikan obat perangsang agar di taruh di makanan Anda" sudah kuduga kalau makanan itu tidak baik. Untung saja aku tidak pernah memakannya.

"Tetapi saya tidak pernah memasukkan obat itu. Jika Tuan Muda tidak percaya, saya akan memakannya sekarang" sambung Erica lalu ia mengambil makanan di atas piring dan menyuapkannya ke dalam mulutnya. Erica mengunyah kemudian menelannya dan selang beberapa detik, memang tidak terjadi apa-apa pada Erica.

"Aku ingin pulang.. Erica, aku ingin pulang.. hiks" aku tertunduk lalu kembali menangis. Sudah lima hari lamanya aku berada disini, dan Robert masih belum juga menjemputku. Aku kembali menangis sampai terisak karena berpikiran kalau Robert tidak akan pernah menjemputku. Aku memeluk lututku dan menyembunyikan wajahku di lutut.

"Tuan Muda, ini untuk Anda. Semoga ini membantu" kata Erica dan aku segera menatap Erica lalu aku sangat terkejut melihat apa yang Erica sodorkan padaku.

Erica memberikanku sebuah ponsel. Aku menatap ke wajah Erica yang sekarang tengah menangis namun tetap tersenyum. Erica sungguh baik padaku, aku mengambil ponsel itu dengan tangan gemetar ragu.

"Hubungilah Tuan Houndeman, Anda pasti hafal nomor ponselnya bukan?" aku mengangguk menanggapi pertanyaan Erica.

"Kenapa kau begitu baik padaku?" aku bertanya balik.

"Saya tidak ingin Anda mengalami nasib buruk karena kekejaman Tuan Besar. Tuan Besar datang ke Belanda karena niat balas dendamnya pada Tuan Hounderman, karena itu saya tidak ingin jika orang sebaik Tuan Muda menjadi tempat pelampiasan balas dendam Tuan Besar" aku sungguh terharu mendengar perkataan dari Erica sampai akhirnya aku menangis lebih keras.

Love And PositionWhere stories live. Discover now