Sebuah Prolog

2.7K 184 9
                                    

Menjadi seorang wakil walikota dengan usia relatif muda tak pernah terbayang dalam benak seorang Magani Adhirajasa, sekalipun ia telah bergabung sejak lama di partai yang menghantar sang ayah meraih jabatan orang nomer satu di wilayah mereka. Seorang tokoh politik yang disegani sehingga digadang-gadang akan maju lagi pada periode berikutnya.

Naas manusia semata berkehendak saja. Sebelum bursa pencalonan dibuka dan mandat kekuasaan diserahkan sementara, Sang Walikota justru mengembuskan napas terakhirnya. Pecahnya pembuluh darah akibat hipertensi saat upacara membuat pria itu melepas jabatan lebih cepat dari semestinya.

Partai segera memutar haluan. Musyawarah daerah memutuskan putra sang walikota maju dalam gelaran pilkada. Sekalipun mereka mesti rela turun tahta, dari menyokong walikota menjadi wakilnya.

Muda, cerdas, dan penuh prestasi membuat Magani Adhirajasa cepat meraih simpati generasi muda. Ia resmi bertahta sebagai orang nomer dua di kota mereka. Namun segalanya tidaklah berlangsung sempurna tanpa cela.

Rawan mendapat fitnah perempuan yang bisa menumbangkan kekuasaan, Magani Adhirajasa disarankan untuk segera meminang perempuan sebagai istri. Nama putri mantan wakil walikota pada masa sang ayah mencuat, Alana Wijaksara. Segalanya diatur sedemikian rupa sehingga keduanya bisa bersanding di pelaminan.

Dua tahun membina bahtera rumah tangga tanpa hadirnya buah hati membuat keluarga mereka diam-diam digunjingkan. Rumor tajam bermunculan, tebak-tebakan tak lagi sekadar guyonan. Pihak keluarga mulai jengah. Bingung apa yang salah? Padahal keduanya senantiasa terlihat mesra, penuh cinta. Tanpa ada yang tahu segalanya hanyalah sandiwara.

Magani dan Alana tak pernah benar-benar hidup bersama. Magani dengan janjinya, Alana dengan traumanya. Alasan yang membuat perkawinan mereka sebatas kertas belaka hingga Alana tetap suci tanpa pernah sekalipun digauli suaminya.

---
259 - 26 - 9 - 21.37

Sandiwara HatiWhere stories live. Discover now