9. Rescued

2K 442 11
                                    

"Ugh."






Jaemin memegang kepalanya yang sakit karena menabrak mesin pengering tangan. Belum lagi ia merasa seperti dihujani bebatuan kecil-kecil entah dari mana, tapi sepertinya dari atas.

Listrik di seluruh gedung mati total sesaat setelah ledakan terdengar. Sepertinya ledakannya besar hingga membuat Jaemin yang berdiri, terjerembab jatuh.



Jaemin merasa buta. Ia tidak bisa melihat apapun disini. Gelap total.



Tangannya meraba-raba lantai, mencoba mencari handphonenya yang terlepas dari genggamannya saat jatuh tadi.

Ia benar-benar butuh cahaya.

Butuh waktu cukup lama bagi Jaemin untuk mencari hingga kemudian ia berhasil menemukan handphonenya yang layarnya kini sudah remuk akibat jatuh.

Jaemin masih beruntung karena handphonenya itu hanya rusak dibagian layar sehingga ia masih bisa menggunakan fitur senter.


"Phew, finally."


Jaemin lega saat cahaya keluar dari handphonenya. Ia menyorot kearah cermin wastafel yang kini sudah remuk. Matanya membelalak saat melihat pemandangan di depannya.

Ia tidak bisa keluar dari sana. Tidak dengan tumpukan bebatuan besar yang menghalangi pintu keluar. Sepertinya beberapa bagian gedung runtuh sehingga menutup akses pintu keluar bagi Jaemin.

Ia mencoba menelepon Jeno, namun tidak ada sinyal. Begitupun saat ia mencoba menelepon Jaehyun.

Jaemin menatap tumpukan bebatuan lalu memutuskan untuk menyingkirkan bebatuan dari depan pintu, ia tidak bisa terjebak disini. Ia harus menyelamatkan diri.



Sepertinya ledakan berasal dari lantai dua, benaknya sibuk menerka-nerka sebesar apa daya ledak bomnya sampai-sampai dirinya yang di lantai empat saja terkena efeknya.



Bagaimana keadaan teman-temannya? pamannya?


Jiheon?



Kalau boleh menangis, Jaemin akan menangis saat ini juga. Dirinya panik dan bingung. Sendirian di kegelapan, terjebak, tidak bisa menghubungi siapapun.

Akal sehatnya terus memaksa untuk tetap fokus dan awas dengan keadaan sekitar.

Selama setengah jam Jaemin mencoba untuk menyingkirkan batu-batu itu, peluh telah memenuhi tubuhnya.



Berhasil.



Ia berhasil membuka sedikit pintu keluar, dengan sekuat tenaga ia mencoba keluar melalui celah kecil.

Keadaan di luar toilet ternyata jauh lebih buruk. Lebih banyak reruntuhan dan bahkan lantai terlihat digenangi air, sepertinya pipa air mengalami kebocoran karena ledakan.

Jaemin pelan-pelan melangkah pergi dari sana. Tangannya sudah terasa nyeri karena memindahkan bebatuan tadi, ia tidak boleh ceroboh dan terluka lebih parah dalam keadaan saat ini.





Keadaan di gedung terasa sangat mencekam.

Tidak ada suara apapun yang masuk ke indera pendengaran Jaemin.


Terlalu hening. Terlalu gelap. Jaemin merinding ketakutan.


Satu-satunya suara yang ia dengar adalah suara langkah kakinya yang beradu dengan genangan air di lantai.

Hingga....











"Ukh, huhuhu. Somebody... please.. help. Help me. Please. Huhuhu eomma, appa."

Detective NCT: The Golden Case [✓]Where stories live. Discover now