4. Turn On

6.6K 832 47
                                    

Pagi ini aku telat, padahal hari ini jadwalku untuk mempertemukan produser kami dengan pihak perusahaan Jeon. Masih dengan muka yang sangat mengantuk, aku pun mulai menggosok gigiku.

Lingkaran mata terlihat jelas di mataku, dan parahnya penyakit burukku kambuh lagi yaitu wajahku akan membengkak pada pagi hari ketika aku mulai kelelahan.

Ada yang mengatakan, bahwa mimpi akan terlupakan sepenuhnya ketika sepuluh menit berlalu setelah bangun tidur. Namun, juga ada yang mengatakan bahwa mimpi hanya akan teringat sepuluh persennya saja, dan aku mengira bahwa aku termasuk pada bagian kedua. Dimana diriku masih dapat mengingat sepuluh persen mimpiku sendiri, sialnya lagi sepuluh persen tersebut adalah mimpiku mengenai wajah Jungkook yang tengah melihat pahaku dengan mesum.

Ini buruk.

Orang-orang mengatakan jika kau memimpikan temanmu berarti temanmu sedang memikirkanmu. Aku baru ingat Jungkook pernah berkata bahwa ia gay.

Ckck.

Tapi aku dan Jungkook bukan teman, ah benar! Karena kami bukan teman maka teori orang-orang itu tak mempan pada diriku dan Jungkook.

Lalu, kenapa aku bermimpi tentang Jungkook?

"Brrblubbrlu...puah! Cuih!"

Aku pun kembali menatap cermin. "Bersih." Gumamku ketika melihat gigiku yang telah bersih dan harum.

Pikiranku masih terpaku pada sepuluh persen mimpi aneh yang aku alami. Apa ia yang gay?

Tidak mungkin!

"Aaa... kepalaku pusing!"

Tanpa pikir panjang, kuambil handuk dan bergegas untuk mandi. Berusaha melupakan mimpi laknatku tentang Jungkook.

.
.
.

Jam sudah menunjuk pukul satu siang, hari ini kami makan di restoran mahal dekat hotel bersama para petinggi perusahaan mereka, produser dan choreographer dari perusahaan kami serta penari waltz terkenal dari belahan dunia.

Dalam hati aku mengagumi Seokjin dan Jungkook yang dapat mengumpulkan tamu-tamu besar dari berbagai manca negara tersebut, dan diriku tentunya merasa sangat terhormat dapat hadir ditengah-tengah orang hebat ini.

"Jimin benar, pemegang perusahaannya tampan." Puji Taehyung selaku aktor musikal dari perusahaan kami. Ia tersenyum lalu menyodorkan gelas pada Jungkook.

"Jimin-ssi mengatakannya?" Tanya Jungkook seraya melirik diriku yang kini tengah melotot kesal.

Taehyung mengangguk, lalu meminum minumannya.

"Kapan aku mengatakannya?" Protesku tak terima. Hoseok selaku Choreographer kami entah dari mana datang dan menyenggol bahuku.

"Kemarin, kan? Kau bilang kami akan senang karena pemiliknya sangat enak dipandang." Tambahnya, kini Taehyung maupun Hoseok sudah sangat asyik melakukan cheers pada gelas mereka.

"Aku tidak tau kalau Jimin-ssi, diam-diam mengagumiku." Goda Jungkook, lalu menyeruput minumannya dengan santai.

Aku yang mendengarnya kembali memutar bola mata malas. "Suga, hyung!" Panggilku cepat ketika melihat Suga melintas di dekat kami. Merasa gerah berada disekitar Jungkook aku pun mendekati salah satau produser ternama kami.

Hoseok yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. "Dia normal sekali." Gumamnya.

Jungkook yang mendengar bertanya. "Hm? Maksudnya?"

Taehyung dan Hoseok saling pandang. "Ah, bukan apa-apa."

Merasa convo mereka sepertinya tak dapat dilanjutkan, Jungkook pun mengajak dua orang tersebut untuk mencicipi makanan diujung ruangan.

Seducer? It's Jeon! [OPEN ORDER!]Where stories live. Discover now