Chapter 5

659 23 7
                                    

Josua berdiri tepat di depan ruang rawat inap Catherine. Ia tampak ragu untuk meraih engsel pintu tersebut, rasanya tangannya bergetar lemah. Nayla yang menyadari hal itu, lalu meraih bahu Josua lalu tersenyum manis seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Melihat senyum Nayla, Josua memberanikan diri untuk membuka pintu ruang rawat adik kesayangannya, Catherine.

Setelah pintu itu terbuka, disanalah Catherine terbaring lemah dengan sedikit bekas luka yang masih tersisa di tangan dan kakinya. Nayla yang melihatnya merasa iba atas kejadian yang menimpa Catherine. Ia menatap Josua yang tertunduk lemah, takut untuk menatap Catherine.

"Jo? Catherine pasti baik-baik aja kok" ujar Nayla yakin. Ia tak tahan melihat Josua yang murung seperti ini.
"Bukan itu Na..." Josua menggeleng lemah. "Gue cuma merasa bersalah"

"Kenapa?"
"Kenapa gue sebagai abang gak bisa jaga dia??"

"Kamu ngejaga dia kok Jo.. buktinya sampai sekarang kamu ada disini kan"

"Enggak Na... Sebenarnya hari itu gue menjemput Cath dari sekolah. Tapi karena gue ekskul, gue gak bisa jemput dia. Pas ditelepon, gue sama Catherine sempat cekcok. Bodohnya gue lebih mentingin ekskul daripada jemput adek gue sendiri. Alhasil dia kecelakaan di bus karna gue Na.." ujar Josua sendu. Ia tampak sedang membendung air matanya.

"Hati gue sakit Na... apalagi pas sampai di rumah, dapat kabar kalo Cath kecelakaan bus" lanjut Josua menutupi matanya yang kini sudah dibanjiri air mata.

"Gue lihat kasus tentang kecelakaan bus, parahnya kebanyakan dari mereka yang koma bakalan lama bangun dari komanya. Gue takut Cath gak bangun... Gue takut waktunya terhabiskan karena gue. Atau mungkin aja dia gak mau bangun karena marah sama gue." Josua mengungkapkan seluruh gundah gulana hatinya pada Nayla.

Nayla tak mengira bahwa perasaan bersalah Josua sedalam ini. Dia benar-benar menyesal sampai menitikkan air mata.
Nayla berpindah tempat. Yang tadinya berada di samping kini ia berada tepat di hadapan Josua yang masih tertunduk sedih. Nayla sejenak terdiam sebelum akhirnya memeluk Josua perlahan.

"Catherine sayang kamu kok, Jo. Jangan khawatir. Sekalipun kalian bertengkar hebat, dia gak akan pernah membencimu. Dia hanya sedang beristirahat sebentar. Dia pasti bakal nyapa kamu lagi" gumam Nayla lirih.

"Tapi na...."

"Enggak Jo, Cath sayang kamu" potong Nayla sebelum Josua menyalahkan dirinya lagi.

Josua terdiam sejenak tanpa jawaban sebelum akhirnya bersuara.
"Na, kalo gue nangis di depan lo boleh gak?" tanya Josua yang masih di dalam pelukan Nayla.

"Menangislah Jo. Nangis bukan berarti kamu lemah" Nayla menepuk-nepuk punggung Josua perlahan.

Josua tampak tak berdaya. Josua sudah memendam perasaan bersalah itu sejak dahulu. Namun ia tak tahu ingin mengungkapkannya pada siapa. Sampai akhirnya ia kembali bertemu dengan Nayla. Sahabat favoritnya sejak kecil. Penghibur lukanya. Dan kesayangannya.

Ia terisak lalu membalas pelukan Nayla. Rasanya nyaman sekali saat mengetahui bahwa Nayla masih mau menenangkan dan berada di sisinya. Masih mau mendengarkan curahan hatinya.

Bahkan tidak masalah bila ia terlihat lemah dihadapan Nayla. Josua tidak akan pernah menyembunyikan apapun dari Nayla karena Nayla adalah perempuan ketiga yang ia sayangi setelah Ibunya dan Catherine, sang adik.

***

"Duh maaf naa.. gue jadi cengeng gini." kata Josua setelah Nayla turun dari motornya. Sekarang mereka tepat berada di depan rumah Nayla.

Nayla melepaskan helm yang terpasang di kepalanya.
"Jangan sedih lagi ya Jo, ada aku loh.."
Ia tersenyum simpul.

Josua membalas senyuman Nayla.
"Iya, makasih ya na.. Gue itu.... sayaaaaaang banget sama lo" Josua mengungkapkan perasaannya.
Nayla tertawa kecil.
"Iya, sama aku juga" balas Nayla sama. Tapi tampaknya Nayla tak mengerti bagaimana ungkapan rasa sayang yang dimaksudkan Josua itu.
"Aku masuk dulu ya." kata Nayla pamit.
"Jangan sedih lagi loh!" Nayla memperingatkan.

SWEET PEAWhere stories live. Discover now