Kesepakatan

14 2 0
                                    

"Itu ceweknya Kak Nata!" kerumunan cewek membicarakan Laras saat cewek itu membeli susu kotak di koperasi sekolah. Walau mereka bisik-bisik, tapi masih bisa didengar oleh telinga Laras dengan jelas. Sepanjang perjalanan ke koperasi sekolah Laras gondok, mendengar anak-anak terus saja membahas gosip murahan tentang hubungannya dengan Nata.

Laras membalikkan badan, mendapati cowok bertubuh tinggi berdiri di hadapannya.

"Gue mau ngomong sama lo." Nata langsung to the point. Cowok itu tanpa permisi menggandeng tangan Laras.

"Eh nggak usah gandeng-gandeng!" namun ucapan Laras hanya hisapan jempol semata, nyatanya Nata sama sekali tidak peduli. Cowok itu tetap menariknya hingga sampai di taman belakang sekolah.

"Lo sadar nggak sih? Kedatangan lo secara tiba-tiba semakin memperburuk keadaan!"

Nata menatap Laras, ia tahu cewek itu masih marah. "Gue mau minta maaf."

"Percuma. Gosip kita udah terlanjur kesebar kemana-mana."

"Karena gossip kita udah terlanjur kesebar, gue mau minta tolong sama lo buat lanjutin sandiwaranya."

"Maksud lo?" mata Laras melebar.

"Iya jadi pacar gue, tapi pacar bohongan."

"Ha?" sedetik kemudian Laras tertawa. "Nggak, lo pasti bercanda."

"Gue serius." Nata memajukan langkah menghapus beberapa senti jarak antara dirinya dengan Laras. Otomatis Laras mundur, tapi cowok itu kian mendekat saat Laras mundur lagi beberapa langkah ke belakang sampai akhirnya punggungnya menabrak tembok.

"Oke gue tahu lo serius." Ucapan Laras berhasil membuat Nata akhirnya mundur beberapa langkah. "Tapi ini ide gila, gue nggak mungkin jadi pacar lo walaupun cuma sandiwara. Lagi pula kenapa harus gue sih yang waktu itu lo tarik? Terus juga ngapain lo libatin gue ke masalah lo? Gue nggak mau ya masa SMA gue yang seharusnya indah berubah jadi mimpi buruk."

"Karena cuma lo anak kelas XI yang gue kenal. Sementara disitu nggak ada satupun anak kelas XII selain Reas." Jawab Nata seadanya.

"Tapi gue nggak kenal sama lo."

Skakmat.

Nata menghela napas kasar. Cowok itu berusaha mengalihkan pembicaraan. "Dua bulan. Dua bulan kita sandiwara. Setelah itu, sandiwara kita selesai."

Laras menatap Nata dengan tatapan menyelidik.

"Gue nggak akan berani macem-macem, lagian gue juga nggak suka sama lo."

Nggak suka tapi minta tolong buat jadi pacar bohongan, Laras membatin. "Duh, ya udah iya. Tapi inget, cuma dua bulan. Setelah itu kita selesai, balik ke kehidupan masing-masing. Deal?"

"Deal."

"Mana hp lo?"

"Buat apa?"

"Udah mana?" pinta Laras.

Nata merogoh sakunya, memberikan ponselnya ke Laras. Nata mengernyit, melihat cewek itu menyentuh layar berulang kali. "Ini nomer hp gue."

"Buat apa?" Nata menaikkan satu alisnya. Laras cuma menghela napas, kemudian berbalik meninggalkan cowok itu sendirian di taman belakang sekolah. Beberapa detik kemudian Nata mengusap wajahnya. Ia baru sadar kenapa Laras memberinya nomor hp.

"Kenapa gue jadi bego sih!"   

Untuk LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang