Part 12 : Senjata Makan Tuan

26 8 0
                                    


Tok...tok...tok...

Kini kedua mata Alnaira membelalak ketika ia dapati Kanail berada di hadapannya.

"Haiiii" sapa Kanail tanpa rasa bersalah sudah membuat sahabatnya khawatir setengah mati.

"Kok lo bisa kesini?" tanya Alnaira tidak percaya.

"Tamu itu disuruh masuk dulu, disuguhin makan baru di ajak ngobrol" timpalnya sambil memberikan sebuah tas make up Alnaira yang ditinggalkan di dalam mobil Kanail. Ya, sebuah kotak ajaib milik sahabatnya yang berisi penuh dengan barang-barang yang berkaitan dengan kecantikan.

Setelah barang itu di terima oleh pemiliknya tanpa permisi Kanail masuk kedalam kamar Alnaira dan merebahkan diri keatas kasur.

"Capek parah gua ngikutin lo!" serunya kesal.

Mendapati sikap sahabatnya ini Alnaira hampir saja menangis, dan tentu menangis karena bahagia.

"Kenapa lo ngikutin gua Kanail? ini tuh jauh dan pasti lo bosen parah" ucapnya melemah tidak habis pikir dengan tindakan sahabatnya.

"Gua udah janji sama Kak Eleanor untuk ngejagain lo selama dia ada urusan di luar kota, jadi gua gak mungkin ngebiarin lo keluyuran tanpa gua dampingi"

Mendengar jawaban sahabatnya, tak ada kata yang keluar dari mulut Alnaira. Tapi jika saja Kanail bisa mendengar suara Hati Alnaira, sepetinya mendadak ia akan tuli karena gadis itu berteriak sangat kencang dan mengucapkan rasa terimakasihnya.

"Udah sana cepetan dandan" perintah Kanail. "Nanti lo keliatan pucet dan buluk malah jadi bahan hinaan untuk atasan lo" tambahnya mencoba membuat Alnaira bersemangat kembali.

"Oke, thanks ya. Pokoknya pas balik lo mau makanan apapun pasti gua masakin!" serunya penuh kegembiraan.

Segera ia memulai aksinya, tahapan-demi tahapan ritual untuk mempercantik diri ia lakukan dengan sangat hati-hati, karena sekarang ia harus memberikan performa yang terbaiknya supaya ia tidak membuat atasannya malu didepan para kolega.

*******************

Atthaya kini tinggal memoles bibirnya dengan lipstick berwarna merah terang, dan semuanya selesai. Tapi, saat ia melihatke arah sofa dimana Zafier terduduk lemas dengan tatapan lusuh karena sesosok makhluk kerdil dengan wajah yang sangat tua dipenuhi keriput, dan bola mata berwarna merah terus menatap kearahnya, membuat Atthaya mau tidak mau turun tangan dan mempercepat aksinya memoles wajah hanya untuk sekedar menyelamatkan adik sepupunya dari rasa takut yang mencekam.

Namun anehnya sebelum di usir oleh Atthaya ia langsung menghilang dan meninggalkan suara tawa yang menggema di seisi ruangan.

Dengan perlahan disentuhnya kepala Zafier, sambil membacakan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh kedua telinga. Perlahan energy Zafier kembali pulih.

"Cepetan siap-siap, kakak mau ke kamar Alnaira habis ini" perintah Atthaya.

"Mau ngapain?"

"Bantuin dia siap-siaplah, biar makin terlihat cantik. Supaya kamu makin tergila-gila" timpal Atthaya.

"Jangan terlalu banyak berharap! Tergila-gila? Kapada gadis seperti itu? Aku belum gila!"

"Terserah!" ucap Atthaya menyudahi perdebatan keduanya, lalu beranjak pergi.

"Kak! Tunggu!"

"Apalagi!"

"Kita ke kamar sekertaris bodoh itu bareng aja nanti!"

"Kenapa?"

"Aku pengen kasih tunjukk ke kakak, mau dia dandan seperti apapun, dia gak akan mampu buat aku tertarik!"

"Oke, ayo kita buktikan!"

"Ayo! Tunggu aku siap-siap dulu." ucap Zafier sambil lalu bergegas mandi.

Tidak sampai 30 menit Zafier keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapih dengan stelan jas yang sore tadi di belinya. "Ayo kita buktikan" ucapan sesumbar yang keluar dari mulut Zafier semoga saja tidak menjadi boomerang.

Dengan segera Atthaya yang tadinya sedang memilih-milih anting mana yang akan ia kenakan, langsung menyudahi pilihannya dengan mengambil dan mengenakannya di telinga untuk mengikuti keinginan Zafier. Langkah kaki pasti yang di tujukkan Zafier kini hanya mengarah pada sebuah kamar yang terletak persisi di sebelah kamarnya, sebuah ruangan dimana Alnaira berada didalamnya.

Tok ... tok ... tok ...


MantraMandala!Where stories live. Discover now