Part 38 : Deg - Deg-an

11 1 1
                                    

Melihat bagaimana Alnaira memberikan bunga yang zafier beli sebagai permohonan maaf kepadanya justru diberikan kepada Atthaya, membuat pria itu hilang akal. Tepat setelah Atthaya melangkah menjauh dari keduanya, "kamu!" Ucap Zafier setengah membentak kepada Alnaira. "Kenapa kamu kasih bunga itu ke Atthaya?" Tanya Zafier menahan amarah.

"Bunga itu memang permohonan maaf anda untuk kak Atthaya kan pak? Supaya dia gak marah lagi sama anda." Jelasnya. "Jadi, saya hanya berusaha menjalankan tugas saya sebaik mungkin" jelas Alnaira tanpa rasa bersalah.

Nyaris frustasi menghadapi wanita di hadapannya, "Kamu!!! Bener bener yaaaa!! Ngadepin kamu ituu!!!! Aarrggkkhh!!" Ucapnya seraya pergi meninggalkan Alnaira dan berlari kecil mengejar Atthaya.

Melihat Zafier berlari menjauh darinya, ada sedikit perasaan sesak yang mengganggu di hati Alnaira.

"Tanpa berterimakasih, lalu pergi begitu saja. Bagus sekali sikap anda bapak Zafier" gerutu Alnaira seorang diri.

"Alnaira?" Suara seorang wanita yang memanggil namanya membuat ia secara reflek mengarah kepada suara itu berasal.
Seorang wanita paruh baya dengan gaun panjang tersenyum padanya.
Alnaira tertegun menatap bingung kepada wanita paruh baya itu.

Menyadari kalau gadis yang ia panggil tidak mengingatnya, "Sepelastik roti yang dibayar dengan satu pelukan" usahanya membuat gadis itu ingat.

Mata Alnaira terbelalak ketika mengingat kejadian itu. "Ibuu!!" Ucapnya sambil tersnyum. "Kok ibu disini? Dan kok ibu tau nama saya?" Tanya Alnaira heran.

"Sini, ikut ibu. Banyak yang mau ibu ceritain" dengan penuh semangat wanita paruh baya itu menggenggam tangan Alnaira.

Keduanya melangkah ke lantai atas. Diamana disana tidak ada kerumunan tamu, sehingga keduanya bisa leluasa berbincang.

Di sebuah balkon yang menghadap belakang rumah, terlihat pemandangan yang menyejukkan. Warna hijau terpampang sejauh mata memandang. Bukit dan suara kepik terdengar menentramkan.

"Kamu dateng kesini sama siapa?" Tanya wanita tersebut pada Alnaira.
"Sama atasan saya bu"
"Zafier?" Tanyanya meyakinkan. "Anak itu dateng? Tumben"
"Oh iya, ibu kok bisa disini"
"Bisa dong, kan saya ini ibunya Atthaya" ucapnya.
Alnaira yang cukup kaget karena mendengar hal itu hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala tanda ia menerti.
"Zafier dimana? Kok gak keliatan?"
"Lagi ngejar kak Atthaya, Bu. Lagi ngerayu, supaya bisa dimaafin"
"Lho emang mereka kenapa?" Tanya Ibu Atthaya.
Sambil menggeleng, "gak tau bu. Cuma tadi pak Zafier beli bunga dan taruh kartu ucapan untuk permohonan maaf" ceritanya singkat.
"Apa?" Tanyanya tidak percaya. "Bunga, kartu permohonan maaf? Ahahahahha" ucapnya yang di akhiri dengan tawa.
"Kamu yakin itu untuk Atthaya?" Tanyanya kembali memastikan.

"Yakin sih bu. Habisnya tadi kak Atthaya juga kelihatan lagi kesel sama pak Zafier."
"Mereka mah memang sering berantem dari kecil. Ibu sampai bosen liatnya" penjelasan dari ibunda Atthaya ini entah bagaimana caranya membuat hati seorang gadis serasa disengat listrik.

"Ternyata mereka udah saling kenal sejak kecil." ucapnya dalam hati

"Zafier itu memang dari kecil dingin banget udah kayak batu es. Kamu yang sabar ya ngadepin dia"

"Bukan cuma kayak batu es, Bu. Tapi juga keras kayak batu karang! Belum lagi sikapnya yang berubah-ubah kayak bunglon! Bikin orang habis kesabaran" tanpa sadar Alnaira malah curhat kepada ibunda Atthaya. Menyadari kebodohannya karena malah menghina calon menantu dari ibu tersebut. Alnaira langsung memberi senyum serta permohonan maaf karena sudah bersikap kurang ajar.

Tapi bukannya marah ibu tersebut malah mengelus pipi Alnaira dengan lembut.
"Kamu tau gak, ibu pengen banget liat kamu sama Zafier"
Mata Alnaira membulat sempurna ketika mendengar ucapan ibunda dari Atthaya.

MantraMandala!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang