9

2.6K 231 20
                                    

"Diculik?" Tanya Derren tidak percaya

Titin menganggukkan kepala sebagai jawaban, Derren menatap Titin perlahan sambil berfikir sesuatu.

"Loh bukannya itu Airi ya?" Kata Derren masih tidak percaya.

Titin langsung menggeleng kepala cepat

"Bukan!" Ujar Titin dia menaikkan volume suaranya,ia tidak terima bahwa temannya di sebut sebagai Airi,Walau pun Rifia agak butek.

"Tapi katanya kemarin itu namanya Airi loh sayang" Ujar Derren kepada Titin

"Derren.. dia itu temen aku,plis percaya" Ujar Titin dengan nada memelas agar Derren mendengarkan dan percaya dengan perkataannya.

Derren tersenyum tipis, ia mengangguk paham

"Iya aku percaya sayang,terus gimana?Oh iya,hati-hati saja sih sama Daniel" Kata Derren tiba tiba.

Titin dan Zahrq sontak saling bertatapan,"Kenapa?" Ujar mereka berdua serempak

"Daniel itu suka permainkan perempuan"

"Jir fakboy? " Celetuk Zahra

-FlashBack Sebelum semuanya terjadi-

"Airi mau cari siapa?"

"Tuan Daniel ada?"

"Oh,ada. Dia diruangannya"

"Baiklah"

Airi melangkah kan kakinya dengan sangat cepat,ia memegang bekal makanan dengan sangat erat. Ia bahagia sekali karena ia telah berhasil membuat makanan favorite nya Daniel.

Sebelum sebelumnya hampir berhasil sih,tapi selalu asin.

Daniel tidak suka.

Tapi kali ini,rasanya pas kok! Bunda juga bilang gitu.

Cklek

Engsel pintu ruangan Daniel terbuka,menampilkan seorang pria bersama sang sekretaris sedang duduk dalam keadaan tengah berpangkuan sekaligus berpangutan lidah

Mata Airi sontak memanas setelah melihat pemandangan yang tengah berada di hadapannya. Hatinya terasa sangat sakit, tangannya bergetar, dan perasaannya ingin meledak.

Seorang pria yang sangat ia cintai,dan seorang pria yang akan mengikat janji suci dengannya kini telah bermain dan menusuknya dari belakang.

Airi menjatuhkan bekal tersebut hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Daniel dengan singgap menoleh ke arah sumber suara dan langsung menganga.

"A-airi?" Kata daniel dengan suara gagap.

Airi menatap Daniel dengan sangat tajam,Air matanya terus mengalir tidak dapat terbendung lagi. Hatinya terasa sangat hancur saat ini.

"Siapa itu?" Sekretaris itu mulai membuka suara,ia bernama Irene.

"Diamlah!" Ujar Daniel ia langsung mendorong tubuh sekretaris nya itu dengan sangat kasar,ia tidak perduli sekretaris nya itu akan merintih kesakitan akibat ulahnya itu.

Daniel menghampiri Airi dan menarik lengan wanita itu,ia ingin menjelaskan sesuatu dengan berbagai tipu muslihatnya.

Dia berperagai bahwa semua itu tidak seperti yang Airi lihat dan bayangkan.

"Apa?" Tanya Airi dengan suara yang terdengar sudah sangat parau.

Daniel memeluk tubuh Airi erat sekaligus menciumi tengkuk gadis itu.

"Itu semua tidak seperti yang kamu lihat" Ujar Daniel lirih,ia mengusap usap punggung Airi dengan sangat lembut,ia berharap Airi akan percaya dengan penjelasannya baru saja.

Airi menatap daniel kemudian ia menggelengkan kepalanya,"Tidak seperti yang aku lihat? Sudah berapa kali kamu berbicara seperti itu?"

"Aku sudah muak mendengarnya,Daniel!!" Pekik Airi emosi.

Airi langsung melepas pelukan Daniel dengan sangat kasar

"Kalau bukan seperti yang aku lihat lalu apa?!! Kau akan menjawab wanita itu yang menggoda mu?! Iya?!!" Airi berteriak kepada Daniel,emosinya sudah memuncak. Ia merasa ia akan gila jika menahan emosi nya terus menerus.

"Aku tidak buta Daniel,aku lihat.. aku bisa lihat!!!!"

Plak

Daniel menampar wajah Airi dengan sangat kuat.

Airi terdiam ia merasakan rasa panas yang menerpa wajahnya,Air matanya kembali mengalir.

"Bagus kalau sudah tau. Jadi aku tidak usah bersusah payah untuk ngomong apa apa lagi kan?" Jelas Daniel

Airi merasa sudah sangat muak dan ia segera meninggalkan ruangan Daniel sembari berlari.

..

"Loh? Mana sekretaris yang namanya Irene?" Tanya seorang pria yang bernama Nathan,ia heran karena sekretaris Daniel sudah tidak menempati singgasana nya lagi.

"Kupecat" jawab Daniel enteng

Nathan mengerjapkan matanya kemudian mengangguk paham.

...

"Lupakan Daniel dan kita akan menikah" Seorang pria berwajah tampan menatap mata Airi dengan intens,ia menyukai Airi sudah sangat lama dan ingin sekali memilikinya.

"Raka.. aku tidak bisa,aku sudah berjanji sama mama Daniel untuk nikah sama dia" Jelas Airi, sembari mengusap air matanya

"Ri kamu tidak bahagia sama dia, memutuskan janji demi kebaikan itu tidak apa apa.." Jelas Raka, ia mengusap kepala wanita dihadapannya itu, ia mencoba menenangkannya walau hanya sedikit.

"Semuanya akan ku atur kamu tenang saja"

....

Flashback off

"Aku tidak mau" Tolak Rifia,ia melepaskan dasi Daniel yang tadinya berada di genggaman Rifia.

Daniel memicingkan matanya menatap mata Rifia dengan sangat intens,"Kenapa?"

Rifia hanya menggeleng,ia kembali membantu ibunda Daniel memasak sayur.

Daniel mendengus nafas kasar ia memainkan dua sisi dasinya yang masih terbiar memanjang sejajar.

"Biar ibu pasangkan" Ibunda Daniel kembali turun tangan dan melepaskan tugas memasak yang jauh lebih penting dari pada memasangkan Daniel sebuah dasi.

"Ibu mau makan sesuatu? Biar Daniel belikan nanti" tawar Daniel

"Mau salad!" Sahut Rifia

"Eh tolong ya, aku tidak nawarin kamu ya,sorry aja"

.
.
.
To be Continued

Nikah Kontrak - Daniel✅Where stories live. Discover now