NoRen

1.5K 135 37
                                    

[NCT DREAM + BOY STORY]

Selamat membaca

.
.

Pagi itu Renjun lagi asik masak buat sarapan keluarga kecilnya. Jeno, suaminya pagi2 tadi pergi ke kandang ayam. Ngecek telur2 ayam yg akan dikirim keluar kota. Oh, ngomong2 Jeno itu bos telur ayam. Kandang ayamnya ada di beberapa tempat. Yg masing2 diisi hampir 1000 ekor.

Tangan Renjun hampir teriris waktu dengar suara Chenle–anak pertamanya dg Jeno yg menggelegar. Padahal masih pagi, tapi sudah membuat ribut. Kadang Renjun sampai malu ke tetangga.

Dan waktu ditanya Renjun ada apa, jawaban Chenle membuat Renjun merotasikan bola matanya.

"Aku diajak Jisung yg anaknya om Mark jalan nanti, jadi aku seneng" jawab Chenle dengan raut muka gembira.

Renjun maklum kok, namanya juga anak muda. Toh Renjunpun juga pernah muda. Jadi tahu bagaimana rasanya diajak jalan orang disuka.

Renjun kembali memasak. Sayur asem, tahu krispi dan sambel trasi. Oh, yg ngga ketinggalan satu lagi, kerupuk. Menu wajib keluarga ini.

"Assalamualaikum.." Renjun dengar suara suaminya dari depan.

Setelah menjawab salam dan cuci tangan, Renjun melihat ke depan. Dan ternyata Jeno sudah pulang. Bawa telur satu tray. Hasil panennya pagi ini.

Waktu Renjun lewat ruang tengah, dia lihat Xinlong–anak kedua mereka, menonton tv. Mulutnya ngga berhenti mengunyah rempeyek yg Renjun buat kemarin. Biasanya hari Minggu Xinlong bangun kalau ayahnya baru pulang dari kandang. Tapi karena tadi dengar kakaknya teriak2 pagi2, jadi mungkin Xinlong kebangun. Terus kelaparan.

"Eii tumben udah bangun" tanya Jeno waktu lihat Xinlong di depan tv. Dan Xinlong ngangguk menjawab ayahnya.

"Ayah, Xixi sarapan dulu yuk. Udah mateng bunda masaknya" ajak Renjun ke anak dan suaminya. Xinlong yg paling semangat, 'sudah sangat laper' katanya.

Di meja makan ternyata Chenle sudah duduk manis. Makan kerupuk dipakaiin kecap. Enak katanya. Kebiasaan kalau nunggu ayahnya sebelum sarapan.

Waktu ayahnya sudah duduk, Chenle senyum2 ke ayahnya. Jeno bingung, kenapa anaknya tiba2 senyum2 gitu. Siapa tau perlu diruqiyah.

"Kak Lele mau jalan sama bang Jisung" celetuk Xinlong. Chenle melototin adeknya. Seolah2 dia bilang 'apa sih kamu dek'.

"Loh? Beneran? Kapan?" tanya Jeno yg sibuk ngambil jagung di sayur asem. Jadi jagungnya itu ngga disisir, tapi dipotong jadi 4 sama Renjun. Karena Jeno lebih suka gitu daripada yg disisir.

"Nanti yah. Jam 10an paling. Boleh kan yah????" Jeno ngangguk. Karena sekarang sibuk gigitin jagungnya.

"YESS!!!" teriak Chenle dan hampir membuat Jeno tersedak. Anaknya ini ada2 saja tingkahnya. Terus mereka lanjut sarapan.

.

.

Jam sepuluh, ngga lebih ngga kurang. Eh lebih 2 menit. Jisung sampai di rumah Chenle naik sepeda kesayangannya. Belum boleh bawa motor. Belum punya SIM kata papanya.

Setelah mengucap salam, Jisung disuruh masuk dan duduk di ruang tamu rumah Chenle. Tadi ayahnya Chenle di depan, lagi bersih2 halaman. Bundanya lagi manggil Chenle. Kata bundanya, habis sarapan tadi Chenle langsung ke kamar ngga keluar2. Katanya mau siap2. Tapi masa iya dua jam dandan ngga selesai2.

Ngga lama, Chenle keluar. Sudah rapi, sudah manis. Jisung sampai tersepona. Yg biasa saja sudah membuat jantung deg2an, dan saat ini rasanya Jisung mau mati. Jantungnya aduh, sudah tidak bisa dideskripsikan lagi.

Ketika Aku Where stories live. Discover now