Bab 2

85.4K 7.6K 400
                                    

Seorang lelaki terhormat itu mencintai wanita bukan dengan memberikannya cokelat ataupun bunga melainkan akad.

- Azzam Khalif Putra -

🕊🕊🕊

Seorang lelaki memakai kemeja berwarna navy tersenyum ke arah Azzam dan Ibu Maryam yang tengah tertawa bersama di kantin Al-Baraqah. Melihat kedekatan Azzam dan Ibunya, membuat dia merasa ingin seperti mereka. Tidak seperti orang tuanya yang sangat sibuk kerja, bahkan untuk mengobrol sambil bercanda seperti Azzam dan Ibunya saja tidak pernah. Akan tetapi, dia merasa bersyukur mengenal Azzam dan orang tuanya yang sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri.

Kapan ya gue bisa kayak mereka? Lelaki itu bertanya di dalam hatinya sembari tersenyum simpul menatap Azzam dan Ibunya.

"Eh nak Fatih, sini," panggil Ibu Maryam ketika melihat Fatih berdiri di depan warungnya.

Muhammad Al Fatih, yang kerap dipanggil Fatih itu merupakan anak dari Pak Dika Erlangga seorang pengusaha di bidang bisnis properti. Bisnis properti merupakan bisnis yang bergerak di bidang kepemilikan aset, contohnya tanah dan bangunan, termasuk sarana dan prasarana yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan. Dan Ibunya bernama Ayu Lestari merupakan pemilik salah satu hotel bintang lima. Mereka selalu sibuk, tidak pernah ada waktu untuk berkumpul bersama. Fatih yang hanya anak tunggal selalu merasa kesepian ketika di rumah, sehingga dia selalu main ke rumah Azzam, sahabatnya dari SMA sampai sekarang semester enam.

"Lagi ngobrol apa Umi sama Azzam? kayaknya asik banget sampai ketawa gitu." Fatih berkata sembari menghampiri Ibu Maryam. Dia memanggil Ibu Maryam dengan panggilan Umi juga, sebab Ibu Maryam sudah menganggap Fatih seperti anaknya sendiri.

"Lagi nostalgia, cerita masa kecilnya Azzam. Dia takut sama ondel-ondel," balas Umi Maryam sembari terkekeh.

Fatih terkekeh mendengarnya. "Serius Zam, lo takut sama ondel-ondel?"

"Dulu, sekarang mah enggak," balas Azzam.

"Masa sih?" ucap Fatih sembari tertawa.

"Yee, dibilangin malah gak percaya," balas Azzam.

Fatih berhenti tertawa, kemudian menatap Azzam. "Zam, gue mau cerita nih sama lo."

"Cerita apaan?"

"Duduk di sana yuk, bentar!" ucap Fatih sembari menunjukkan meja kantin yang kosong tidak jauh dari warung Al-Baraqah.

Azzam pun mengangguk setuju, kini keduanya sudah duduk berhadapan di meja kantin.

"Zam, lo tahu nggak?"

"Kagak lah, lo kan belum cerita."

Fatih pun tertawa mendengarnya."Hahaha iya santai bro. Jadi gini, gue mau kasih tahu sama lo, kalau gue lagi suka sama cewek."

"Yakin lo? Jangan baperin doang, kasihan anak orang kalau nggak dinikahi."

"Yakinlah, cewek yang gue sukai ini tuh, cewek yang berbeda dari yang lain. Gue udah kenal dia dari tiga bulan yang lalu, semakin gue kenal sosoknya, gue jadi kagum sama dia. Rencananya gue mau kasih dia cokelat sama bunga. Semoga saja dia suka."

Azzam menghela napasnya sejenak. "Fat, seorang lelaki terhormat itu mencintai wanita bukan dengan memberikannya cokelat ataupun bunga melainkan akad."

"Ya, soal itu mah nanti, sekarang gue proses pendekatan dulu lah."

"Memangnya siapa sih cewek yang lo suka itu?"

"Dia namanya-----"

Belum selesai Fatih berbicara, ada panggilan telpon di handphone Azzam. Kemudian Azzam mengangkat panggilan telpon tersebut.

Takdir Sang Arsy [SUDAH TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora