0.1

78 6 0
                                    

Lemon Boy and me started to get along together
I’d help him plant his seeds and we mowed the lawn in bad weather
It’s actually pretty easy being nice to a bitter boy like him
So, I got myself a citrus friend

= = =

"Satu minggu tanpa stress, that's it." Keramaian kelas semakin menjadi dengan suara seorang wanita yang menghampiri pemilik bangku paling belakang.

"Lo dengerin gue ga sih?" Ujarnya. "Rowan?"

Rowan kembali ke bumi dan menatap temannya. "Kenapa?"

"Bentar lagi kita liburan, lo lagi ngerencanain holiday ya?"

Rowan tersenyum pahit. Holiday tidak ada di kamus hidupnya, dia mungkin akan menghabiskan waktu liburannya dengan tidur atau kegiatan basic lainnya.

Guru seni, Mrs. Luna memasuki kelas, membuat semua murid segera duduk di bangkunya."Pagi untuk kalian semua kecuali mereka yang tidak memiliki hasrat dalam seni." Tidak ada yang merespon, apalagi tertawa. "Seminggu ke depan kalian sudah libur, saya akan memberikan tugas untuk itu."

"Semoga aja bukan tugas buat ngecat daun." Ujar anak yang paling sering bicara, Adi. Seluruh kelas tertawa, termasuk Rowan yang menertawakan kebodohan Adi.

"Lucu sekali. Tidak, saya hanya meminta kalian untuk-"

Suara orang terjatuh memotong perkataan Mrs. Luna, semua memandang ke arah pintu kelas. Seseorang terduduk dengan wajah menghadap lantai. Kelas kembali dipenuhi suara tawa yang lebih keras dari sebelumnya. Satu-satunya yang tidak hanya Rowan, dia tetap diam di kursinya. Ini sangat salah baginya, dia tidak suka melihat orang lain ditertawakan. Alasan utamanya adalah karena dia juga hampir setiap hari mengalaminya di sekolah lamanya.

"Kamu yang murid baru itu ya?" Tanya Mrs. Luna, "Saya lupa nama kamu. Bin.. bin.."

"Robin."

Robin.

"Ah iya. Untuk kedepannya, jangan terlambat lagi, apalagi sampai terjatuh." Mrs. Luna mempersilahkan Robin untuk duduk di bangku paling belakang, persis di sebelah Rowan. Hanya saja terpisah jarak oleh satu bangku yang dipakai si kutu buku, Dani.

"Tugas liburan kalian adalah melukis di suatu objek tertentu dan juga puisi untuk melengkapinya." Para murid mulai mengeluh dan membuat kelas menjadi gaduh. "Ini tugas kelompok, untuk 2 orang."

"Gue harus sama lo." Taha, perempuan berambut panjang yang merupakan satu-satunya teman Rowan berujar, tak lupa memandang ke arah temannya yang duduk di belakangnya. Rowan tak mempedulikannnya dan kembali menggambar di jurnalnya.

"Saya yang memilih pasangannya." Mrs. Luna benar-benar ingin membuat muridnya membakar sekolah. "Denise dan Raka, Agis dan Salma..."

"Anjir Row, gue gamau kalo ga sekelompok sama lo." Ujar Taha.

"Same."

"...Adi dan Taha, Rowan dan Robin."

"Kampret gue sama Adi, kacau nih." Rowan mengalihkan perhatiannya ke Robin, si anak baru yang terlihat lebih banyak diam dan sekarang sedang memandangi seisi kelas seperti sedang mencari seseorang.

Dan boom! Mata mereka bertemu. Robin, yang notabene merupakan anak baru berusaha bersikap ramah dengan memberikan senyum kecil namun memberikan kesan ajaib bagi Rowan. Dia lalu membalas senyumnya dan kembali memperhatikan Mrs. Luna.

"Silahkan kalian mulai mendiskusikan tentang projek ini, saya akan pergi sebentar dan saat saya kembali, saya ingin kalian sudah selesai berdiskusi dan menentukan idenya."

Segera setelah Mrs. Luna meninggalkan kelas, mereka langsung menuju bangku pasangan mereka dan mulai berdiskusi. Tak terkecuali Taha yang dengan berat hati harus mengobrol dengan Adi. Hanya tersisa Rowan dan Robin yang masih mematung di kursinya. Rowan takut untuk mendatanginya sementara Robin tidak yakin harus bagaimana. Akhirnya perempuan bermata coklat itu memberanikan diri berjalan menghampiri Robin.

"Hi."




》》》

Baru chapter satu udah jelek ya,im sorry but i'll try my best.

Much love, me.

🍋lemon boy🍋Onde histórias criam vida. Descubra agora