Chapter 1

2K 264 49
                                    

"Lagi, Israel kembali melemparkan bom rudal pada warga masyarakat Gaza. Saat ini, terhitung sudah 58 korban jiwa akibat ulah Israel sejak 5-Juni-2016 sampai dengan 9-Juni-2016 hari ini. Kebanyakan anak-anak juga perempuan, dihimbaukan kepada masyarakat kota Gaza agar terus berwaspadah, sebab bom bisa saja kapan meluncur...."

Ayse mematikan tv nya dengan perasaan kesal sekaligus takut bukan main, 58 korban jiwa berhasil membuat pikirannya yang semula sedikit tenang menjadi kacau. Ia berjalan mondar mandir di kamarnya sembari mengacak-acak kerudungnya, yang dia takutkan adalah, Ayah dan Ibunya menjadi korban. Hanya itu.

Memang, sudah dari jauh hari Ayse tahu bahwa Israel akan kembali datang dan membuat rusuh di kota Gaza. Terbukti kala malam itu ia bermimpi bahwa kota Gaza akan menjadi hancur. Namun, keesokan paginya ia membuang jauh-jauh mimpi tersebut dan menganggap bahwa itu hanya sekedar peringatan untuk terus beribadah. Dan sorenya, Israel benar-benar kembali melemparkan bom yang mengakibatkan 10 anak-anak tewas. Saat itu juga pikiran Ayse selalu dihantui oleh rasa ketakutan.

Mengenai Ayse sendiri, Ayse Azzahra atau biasa di sapa Ayse ini, lahir di kota Gaza pada tanggal 20 Juni 1994, pada saat itu Gaza dikepung oleh Israel, beruntung Ayahnya langsung pindah dari Gaza ke Indonesia untuk sekedar berlindung. Dan pada tanggal 13 Agustus 1994, Israel dinyatakan berhenti untuk sementara meneror kota Gaza. Tentu saja kedua orang tua Ayse lega mendengarnya dan memutuskan untuk kembali ke Gaza. Karena, bagaimanapun juga, rumah asli mereka ada di sana.

Namun tidak sampai disitu saja, tahun 1996, 1998, 2009 dan 2014, Israel terus menerus membunuh para warga Gaza. Sudah lebih 50.000 jiwa yang menjadi korban, mungkin Tuhan memberi mukjizat pada keluarga Ayse, karena selamat dari empat tahun berturut-turut menghadapi genjatan senjata dari Israel.

Dan di tahun ini, 2016, Israel kembali lagi. Kita tidak tahu apakah Ayse akan seberuntung tahun-tahun kemarin, ataukah mungkin akan meninggal bersama kedua orang tuanya di bawah runtuhan bangunan, bercampur darah perjuangan dan.. air mata.

"Se," Ibu Ayse mengetuk pintu kamar Ayse secara tiba-tiba membuat Ayse terlonjat kaget. "kamu sudah lihat berita belum?"

Ayse pun menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya menuju pintu lalu menarik knop pintu, begitu terlihat jelas lekukan wajah khawatir Ibunya yang membuat Ayse semakin ketakutan. "Ya, Bu. Aku rasa.. ini hanya akan berlangsung satu minggu." Ujar Ayse berusaha sesantai mungkin seraya memperbaiki kerudungnya.

Ibunya menggeleng-geleng lalu mencubit pelan lengan Ayse, "Kamu ini gimana, sih, loh, Se. Kamu tahu 'kan tahun kemarin sampai tiga bulan begitu. Paling nggak mungkin ini sampai enam bulanan." Ayse meneguk ludahnya dan memberi ekspresi terkejut-bahkan sangat.

Ayse pun lantas tersenyum getir kemudian menguap panjang, memberi isyarat yang mana Ibunya langsung berniat untuk pergi meninggalkan Ayse yang terlihat mengantuk. Tapi, sebenarnya tidak. Yang dia inginkan sekarang adalah kembali ke kamar lalu mengambil air wudhu, sholat, mengaji dan meminta do'a sebanyak-banyak mungkin.

"Percaya Ayse, Bu. Sudah, Ayse ingin tidur dulu."

"Masya Allah, Ibu kira kamu ingin pergi sholat. Tapi, lebih baik kamu sholat sana. Ibu takut, Se. Kebanyakan anak-anak serta perempuan seperti kamu yang menjadi korban. Ibu tidak mau sampai itu terjadi, sekarang kamu minta do'a pada Allah. Semoga kamu selalu dilindungi." Tukas Ibunya dengan belaian kasih sayang.

"Ya, Bu, sekalian maksudnya. Dan, yah, Bu. Nggak perlu dipikirin. Ayse akan terus berusaha menjaga diri, begitu pula dengan Ibu dan Ayah. Yasudah, Ayse masuk dulu, Bu." Pintu kamar Ayse pun tertutup, detik selanjutnya ia berlari ke dalam kamar mandi dan berwudhu. Sempat dua kali ia mengulang wudhu karena tangannya yang gemetaran membuat ia sampai salah gerakan. Duh, Ayse.

Setelah berwudhu dan mempersiapkan segala peralatan sembahyangnya. Dia berdiri di atas sajadah, dengan perasaan sedikit tenang dan mulai melakukan gerakan-gerakan sholat dengan khusyuk. Sepuluh menit dia sembahyang, kini tiba saatnya dia berdo'a.

"Ya Allah, kumohon jangan biarkan mereka semua membunuh kami. Jangan biarkan mereka semua memisahkan kami, jangan biarkan mereka semua tertawa bahagia melihat kami yang menderita bersimbah darah. Jagalah kami ya Allah, lindungilah kami, dan sadarkanlah mereka. Karena, sesungguhnya hanya pada-Mu lah aku memohon."

Dia mengusap-usap wajahnya, kemudian menutup mata sejenak membayangkan kota Gaza yang kembali indah dan tenteram. Sangat Ayse inginkan hal itu terjadi. Tapi, mungkin butuh proses yang cukup lama.

Selanjutnya memilih mengajii, lantas dia membuka Al-Qur'an-nya dengan hati-hati.

Selembar, berhasil dia baca dengan sempurna. Dua lembar pun berhasil, tiga lembar, sedikit mulai salah dalam penyebutan, kemudian empat lembar, dia berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

Tiba-tiba saat ingin melanjutkan bacaannya,

DUARRRR....

“AYSEEEE!!”

••

Mampus itu jadi gimana? haha. aduh terlalu lebay ini btw astaga makasih untuk 11 coment dan 17 vote nya yang begitu berharga banget buat aku <3 nanti aku akan dedikasikan ke kalian semua aw love love, yasudah notenya segini dulu. bye x

V.

PalestineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang