🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎

4.1K 455 118
                                    

🍎🍎🍎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍎🍎🍎

Dengan raut muka yang teramat jengkel, Singto mendekap tubuhnya yang topless.

"Tunggu saja sampai sejam atau dua jam?!"

Suara Krist begitu ringan di pendengarannya. Pria imut itu berhasil melucuti pakaian atasnya. Mencucinya di mesin cuci dan sekarang masih di jemur.Sebenarnya bisa saja Singto meminjam baju Krist tapi tidak, ia tidak akan pernah menyentuh apapun yang berhubungan dengan Krist.

Karena apa?

Karena diam-diam dia takut jika terhanyut dengan aromanya maka, terlepas sangat sulit dilakukannya.

Sial! Dia mengakui pesona Krist pada akhirnya. Memang dari awal dia sudah mengakui namun ia masih dalam penyangkalan yang sangat kuat saat pertama kali bertemu langsung dengan Krist.

Matahari makin tenggelam, dan posisi Singto tetap sama. Bahkan Krist sudah membuatkannya teh lagi. Menyediakan juga beberapa cemilan yang dipunya. Tapi Singto sedari tadi tidak menggubrisnya.

"Kau ingin mandi? Sekalian menunggu bajumu kering," kata Krist sembari memencet tombol remot TV memindah-mindahkan channel.

"Aku tidak terbiasa menumpang mandi di rumah orang lain."

"Ya, terkadang beberapa orang seperti itu," ujar Krist dengan santai.

Singto mendengus, lalu melirik pada Krist yang duduk disebelahnya dengan kakinya bersila membuat celana pendek yang dipakai Krist naik; menampakkan paha putih mulusnya. Bukan dengusan lagi melainkan saliva yang ditelannya bulat-bulat saat matanya terpaku pada kulit mulus Krist.

"Kau lihat apa?"

Singto terperanjat, sontak menaikkan arah pandangnya menatap Krist yang sudah mengangkat sebelah alisnya.

"Eee ... anu ... anu ...,"Singto terbata tak dapat berkata apa-apa. Dia sekarang sudah seperti maling yang terpergok. Sial! Krist membuatnya tidak karuan seharian ini. Ingin sekali dia menyumpah serapahi Janas yang menyuruhnya menjemput Krist.

Melihat Singto yang bergerak gelisah dengan beberapa kali menggeser duduknya, Krist dengan jahilnya menatap menggoda pada Singto. Matanya memicing dan jarinya menoel nipple Singto yang kedinginan.

"Hey, apa yang kau lakukan!" Singto reflek menutupi nipple-nya agar tidak menjadi sasaran pelecehan yang dilakukan Krist.

Hahaha!

Krist terbahak melihat raut ketakutan Singto yang menurutnya seperti anak perawan. Dia menggeser duduknya mendekati Singto, otomatis Singto menggeser duduknya. Krist menggeser lagi, dan hal sama dilakukan oleh Singto. hingga mentok pada pinggiran sofa, Singto tak dapat menggeser lagi.

"Stop ... kau disitu saja!" Singto memperingati saat Krist hendak memepetnya lagi.

"Kau kenapa, sih? Aku hanya ingin memberimu ini agar tak masuk angin," Krist memperlihatkan botol kecil minyak kayu putih pada Singto.

The Apple of My Eyes [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang