💖10. Di kamar mandi 💖

1.9K 51 3
                                    

Alarm dari nakas berdering. Membuat mata Reres dibuka dengan paksa. Ia harus bangun. Meski di rumah sudah ada pembantu, ia tetap punya kewajiban. Memasak adalah bagiannya sedangkan mencuci, setrika, menyapu dan mengepel adalah bagian pembantu. Ah, cuci piring termasuk pekerjaan Mbok dan Ina. Karena mengasuh dua bocah adalah bagiannya.

Reres mengusap punggung Saga yang katanya sakit. Ia tertawa geli. Ada-ada saja tingkah suaminya itu. Salah sendiri terlalu semangat dan kesal bersamaan. Jadi, rasakan sendiri akibatnya.

Reres tersenyum bahagia. Ia tak peduli orang berkata apa tentangnya yang terpenting Saga tak pernah protes. Malah pria itu semakin senang membelikannya camilan ketika pulang kerja. Katanya, buat penyemangat yang sudah kerja keras hari ini.

Reres akan bangun tapi pinggangnya ditahan oleh Saga yang semakin erat memeluknya. "Ayo bangun, Bee. Sudah pagi."

"Hmm." Meskipun menyahut tetapi Saga sama sekali tak bergerak masih saja memejamkan matanya sambil memeluk boleh miliknya.

"Bee bangun ih."

Masih hanya menyahut seadanya dan tak ada pergerakan dari suaminya itu membuat Reres merasa kesal.

Reres tersenyum dengan ide brilian-nya. Mendekatkan wajah pada Saga yang ia sadari bahwa suaminya itu pura-pura memejamkan mata. Reres perlahan menciumi pipi, bibir, kening dan hidung suaminya. Semua Reres absen dengan semangat. Semua bagian tanpa terlewatkan sedikitpun.

"Love, jangan mulai, deh. Aku masih marah sama kamu," ujar Saga lalu menyembunyikan wajahnya di ketiak sang istri. Padahal kalau pagi begini hasratnya mudah sekali naik. Bisa-bisa langsung memaafkan kalau begini.

Tapi Reres masih saja terus mencium suaminya itu agar ia lekas bangun. "Iya, marah aja. Aku terima." Reres Berucap sambil tertawa kecil. "Lagian, kenapa gitu banget sih kemarin malam? Toh tiap hari kita juga ngelakuin?" tanya Reres pada Saga yang memang baru lallu ini mereka bermain hingga punggungnya sakit.

"Itu karena kamu. Udah dibelain jawabnya gitu," kesal Saga. Ia sudah membela Reres mati-matian dan jawaban Reres diluar dugaan. Meskipun ngambek dia tetap minta jatah memang dasar Saga.

Sekarang wanita itu sengaja kembali berbaring. Ia paham dengan maksud Saga. Menatap langit kamar. Ia bergumam sedikit keras yang supaya didengar oleh suaminya.

"Daripada aku dengar kritikan orang lain tentang aku, lebih baik aku dengar kata cinta dari kamu." Reres berkata lagi ingin menggoda Saga.

Reres mengusap pipi suaminya yang di lengannya. "Bee, selama kamu di sisi aku, nerima aku apa adanya, nerima dan menutupi kekuranganku, sayang sama aku selalu ... Aku enggak butuh apa pun lagi. Aku enggak peduli tentang siapa pun lagi. Aku cuma butuh kamu dan anak-anak di sampingku."

Saga memeluk dan menciumi wajah sang istri. Pria itu terharu akan kebaikan hati istrinya. Akan semua kesabaran dan kelembutan hatinya. Akan keluasan dan kelapangan jiwanya. Dan Saga bersyukur dirinyalah pria beruntung yang dipilih Reres untuk menjadi teman hidup. Tak ada satupun penyesalan dalam hati Saga karena telah memilih wanita di sampingnya ini menjadi seorang istri

"Nggak usah nangis. Kayak Kay, aja," seloroh Reres bercanda.

Saga mengubah posisi yang tadinya menyamping menjadi terlentang. "Aku nggak tahu mau ngomong gimana lagi. Tapi aku janji untuk selalu di sampingmu. Kamu juga harus janji untuk selalu di sisi aku."

"Siap, Bos."

Keduanya berpelukan. Melepas rasa sakit, kerinduan dan kesedihan yang sempat merayap mengisi hubungan keduanya.

"Love, main airnya bareng, ya?" pinta Saga dengan wajah memohon.

"Punggungnya sudah sembuh?" tanya Reres. Seingatnya tadi malam Saga mengeluh kalau punggungnya sakit. Sumpah demi apa pun jangan bertanya sakit kenapa karena hanya suami istri yang tahu kenapa.

Cinta 100 Kg Where stories live. Discover now