School: a Letter From You

467 37 192
                                    

"Sai!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sai!"

"Tugas kelompoknya gimana?" tanya gadis berambut pirang diikat ekor kuda pada laki-laki yang ia sebut 'Sai'.

"Hah? Tugas kelompok apa, Ino?" Laki-laki yang dipanggil Sai itu mengingat-ingat kembali. Pandangannya terarah ke atas, entah apa yang ia lihat. Ia juga mengepalkan tangannya. Katanya, kalau mengepalkan tangan selama 30 detik, bisa mengingat sesuatu. Hasilnya nihil. Sai sama sekali tidak menemukan folder "tugas kelompok" di otaknya.

Ingin sekali gadis yang dipanggil 'Ino' berkata kasar. Dia sudah berlari mengejar Sai demi tugas, dan laki-laki pucat sama sekali tidak ingat. "Pikun!" ejek Ino jengkel. Akhirnya keluar juga kata-katanya.

"Maaf saja ya, saya ini tidak pikun. Saya ini lupa. Lu-pa," Sai mengerjakannya untuk Ino.

Ino punya firasat kalau ini akan dilanjutkan dengan kuliah singkat dari Sai.

"Melupakan merupakan cara otak manusia untuk menghapus memori yang dianggap tidak penting agar kita dapat menaruh informasi baru di otak agar otak kita tidak menaruh terlalu banyak memori," jelas Sai panjang lebar. Untung saja sebelum ini dia menemukan video tentang penyebab lupa di YouTube.

Tuh kan! batin Ino.

"Nge-gas banget, sih," kata Ino malas. Gadis itu semakin jengkel dengan makhluk di depannya ini.

"Saya tidak nge-gas. Karena saya ini manusia, bukan kendaraan bermotor. Saya hanya berbicara dengan Anda," balas Sai datar lagi. Nah, yang ini dia mengarang sendiri.

"Kalau itu aku udah tahu, Pintar!" kata Ino. Emosinya semakin meningkat hanya karena seorang makhluk hidup--yang sialnya punya senyum menyebalkan.

Senyum palsu mengembang di wajah Sai. Laki-laki itu tampak menahan sesuatu di mulutnya. Tak lama, tawa Sai lepas. Ia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya sendiri.

"Apanya yang lucu, hah?" tanya Ino tidak terima bak preman.

"Kamu," jawab Sai di tengah-tengah tawanya.

"Hah? Aku?"Ino menunjuk dirinya sendiri. Emosi dan kekesalannya hilang seketika, entah kemana.

"Ah, udah udah lupakan." Saj menghentikan tawanya. Ia kembali seperti sediakala, tapi dengan senyum terukir di bibirnya.

Ino merenggut kesal. Sai selalu saja bersikap begitu. Untung Ino masih punya stok kesabaran cadangan untuk makhluk yang satu ini.

"Katakan, tugas mana yang kamu maksud?" tanya Sai lembut, dengan tambahan senyum manis pula.

"Itu lho... Tugas seni budaya yang presentasi unisono atau apalah itu," jawab Ino setelah mendengus. "Deadline-nya hari Senin depan. Sekarang ingat kan?"

"Setahuku satu kelompok empat orang. Sama Choji dan Shikamaru, kan? Mereka gimana?" Ino bersyukur akhirnya Sai ingat sesuatu tentang tugas itu.

"Dih, dasar pikun--maksudku lupa. Choji ke Iwa buat event makan. Shikamaru olimpiade matematika di Suna," kata Ino. Hampir saja gadis itu salah bicara. Bisa-bisa ia diceramahi Sai lagi dengan versi lebih lama.

School: a Letter From You [SAIINO]Where stories live. Discover now