[special chapter: hyunlix]

4.9K 472 35
                                    

Selama beberapa hari belakangan Hyunjin terus mengikuti Felix layaknya seekor anak anjing manja. Dia bahkan nggak berhenti meskipun Felix jelas-jelas menunjukkan sikap dingin dan menolak.

Lagi pula, Hyunjin sudah berjanji akan berusaha mendapatkan hati Felix. Dan Hyunjin merupakan seorang cowok yang selalu menepati kata-katanya.

"Lix, gue anter aja." tawar Hyunjin yang duduk manis diatas motor gede kebanggaannya.

Felix mendengus dan mengalihkan pandangannya dari Hyunjin, "Nggak. Bus gue bentar lagi nyampe."

Hyunjin menyemangati diri sendiri dalam hati. Kemudian kembali memasang sebuah senyum ganteng, dan meraih pergelangan tangan Felix di genggamannya.

"Udah. Nggak usah nolak." ucap Hyunjin, kali ini lebih tegas, sehingga Felix hanya memutar bola matanya dan nggak protes saat Hyunjin memasangkan helm, lalu menaiki boncengan motor tanpa paksaan.

"Jangan ngebut." ketus Felix yang enggan berpegangan pada Hyunjin. Dan diangguki dengan patuh oleh cowok itu.

Motor melaju dengan kecepatan dibawah lima puluh kilometer per jam. Cukup lambat bagi Hyunjin, tetapi apa daya, dia nggak berani menarik gas lebih dari itu dan berpeluang membuat Felix semakin kesal dengannya.

"Ini bukan arah rumah gue." celetuk Felix sambil mengetuk helm full face Hyunjin.

"Kita makan dulu. Gue laper."

Dan akhirnya, motor yang mereka kendarai terparkir apik di depan sebuah rumah makan sederhana yang menjual makanan tradisional khas Korea.

Saat menuruni motor, wajah Felix menampilkan ekspresi melunak dengan sebuah senyum kecil.

Tempat ini sangat familiar baginya. Karena dulu, saat Felix baru pindah dari Austalia, Hyunjin sering mengajaknya makan disini agar Felix dapat lebih cepat terbiasa dengan makanan Korea dan tau menu-menu yang cocok dengan lidahnya.

"Udah lama gue nggak kesini." celetuk Felix pelan sambil mengekori Hyunjin.

Hyunjin cengengesan, kemudian memelankan laju jalannya agar mereka berjalan bersebelahan. "Makanya gue ajak lo kesini. Gue kangen waktu dulu kita sering makan berduaan disini."

Felix memilih untuk menutup rapat bibirnya dan nggak menanggapi. Walaupun jantungnya bertalu-talu dengan keras hingga ia dapat merasakan desir darahnya bertambah cepat dalam hitungan detik.

"Felix! Hyunjin!" sapa bibi pemilik rumah makan dengan ramah, "Lama banget nggak mampir!"

Hyunjin terkekeh, "Iya, bi. Jadwal sekolah lagi padet." bohongnya.

"Pesen apa? Kayak biasa aja?"

Hyunjin mengangguk, lalu mengalihkan perhatiannya pada Felix. Merasa diperhatikan, Felix kemudian menggeleng kecil, "Felix nggak makan, bi."

"Lo kenapa sih? Makan aja udah keburu disini." tukas Hyunjin dengan alis menyatu.

"Gue mau pulang. Lo aja yang bawa gue kesini tanpa persetujuan gue." sahut Felix pelan agar bibi nggak dapat mendengar.

Hyunjin mendengus, kemudian kembali berbalik ke arah bibi dengan senyuman hangat. "Felix juga pesenan yang biasa, bi."

Felix melotot protes sembari mencubit perut Hyunjin, tetapi cowok ganteng itu hanya mengabaikannya.

Mereka duduk di meja langganan mereka, yang posisinya di pojok rumah makan agar bisa mengobrol dengan lebih leluasa.

"Gue nggak suka lo seenaknya gini." ucap Felix serius, suaranya terdengar dingin dan nggak bersahabat.

sohib | norenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang