#1 Kereta Jakarta-Surabaya

9.5K 600 59
                                    

-Agus-

🚅🚅🚅

Kulirik arlojiku. Setengah jam lagi keberangkatanku menuju tempat tugasku, Surabaya. Aku pun masuk ke ruang tunggu di dalam. Saat hendak mengangkat ranselku, jantungku berdetak keras seketika kemudian serasa berhenti saat tak percaya dengan penglihatanku. Seseorang yang mirip sekali dengan Vio, teman sekelasku ketika SMA. Perempuan yang selama ini kusukai diam-diam.

"Ah, mungkin bukan." Aku meyakinkan diriku.

Apalagi seorang Cinta Violetta Ayu Soediro tidak mungkin naik kereta. Walaupun kereta sekarang kondisinya jauh lebih bagus dan teratur dibanding dulu. Tapi Vio? Satu-satunya kendaraan umum yang ditumpanginya adalah taksi dan pesawat.

Selama cuti seminggu memang kugunakan untuk quality time bersama keluarga. Hanya satu hari saja aku berkumpul dengan teman-teman SMA.

Dan satu hari yang sangat kusyukuri karena Rania tidak ada. Kami tidak satu kelas memang tapi hari itu beberapa teman sekelasnya datang. Dan dari merekalah aku tahu kalau Rania berusaha mencari informasi tentang Rashad.

Aku terpaksa berbohong dengan mengatakan kami tidak satu kesatuan. Padahal oknum yang dimaksud justru Dantonku sendiri. Dan kami juga sudah akrab seperti sahabat. Masalahnya kan Rashad sudah menikah dengan keponakan Danyon. Bisa terjadi perang dunia ketiga kalau ketahuan.

Setelah menunggu sebentar, kereta jurusan Surabaya datang dan kami dipersilahkan masuk.

Setelah menemukan nomer kursiku dan menyimpan tasku, aku pun duduk.

"Permisi."

Suara itu?

Dan saat mendongak betapa terkejutnya aku ternyata yang tadi kulihat benar-benar Violetta Soediro. Senyum sopan yang tadi terkembang mendadak hilang karena terkejut.

"Vio?"

"A...gus?"

Kami mengangguk bersamaan.

Aku pun membantunya menyimpan barangnya lalu menyusul duduk setelah ia duduk.

Canggung.

Satu kata itu yang menggambarkan perasaan kami berdua. Dan kalau ada waktu tenggang terlama di dunia itu adalah saat ini. Dimana kami menunggu kereta berangkat bahkan saat kereta sudah berjalan. Jarum jam seolah enggan berdetik.

"Hai...apa kabar?" Tanyaku berusaha memecah kebisuan setelah sekian lama. Rasanya pendidikan bintara yang kujalani tak ada artinya. Bahkan hanya untuk menanyakan itu jantungku berdetak cepat. Semoga Vio tidak tahu.

"Baik. Alhamdulillah." Jawab Vio datar.

Aku mengangguk. Dijawab begitu pun sudah syukur karena selama ini aku tak pernah berada di lingkaran pertemanannya sekali pun kami sekelas. Vio adalah golongan jetset yang tak pernah bergaul dengan golongan biasa kecuali urusan kelas atau sekolah. Teman-teman yang sempat kutemui pun bukan teman-teman Vio yang biasanya.

"Kamu mau ke Surabaya juga atau mana?" Kan kereta ini berhenti di beberapa kota juga? Eh...tapi ini bukan kelas terbaik. Masa kehabisan tiket sih? Aneh...

Vio mengangguk kecil. "Iya. Surabaya juga." Jawabnya masih datar.

Aku pun mengangguk. Karena tak ingin dianggap melanggar privasi, aku pun memilih diam. Tak lagi berusaha mengajaknya bicara basa-basi. Walau pun jantung ini berdetak cepat sekali tapi aku berusaha mengabaikannya dan memilih tidur.

💕💕💕

Aku terbangun karena haus tapi ada rasa janggal di bahuku. Sedikit berat. Saat aku menoleh ke sumber tersebut, kudapati kepala cantik wangi sampo buah menempel. Vio tertidur.

Agustus CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang