This is Epilog without Prolog...
Cekidot!!
----
"Bunda.....,"
Yerim yang sedang berkutat dengan segala peralatan dapurnya terlonjak mendengar teriakan yang berasal dari putrinya. Yerim membalikkan badan, melihat putri bungsunya berlarian masuk dan hanya dalam hitungan waktu dua detik telah berdiri dibelakangnya, memeluknya erat seolah ingin meminta perlindungan..
Oh Tuhan, kali ini apa lagi...?
"Tolongin adek yaa, Bun," pinta Chaerim manja.
"Kenapa, Dek,?" tanya Yerim.
"Kak Jeon, Bun..,"
"Bunda....," suara berat lain memanggil Yerim. Seorang lelaki remaja nan tampan muncul dan berdiri dibalik pintu penghubung taman belakang dengan wajah memerah menahan kesal menghampiri bundanya.
"Dek, sini, jangan sembunyi dibalik punggung bunda,"
"Tidak mau,"
Yerim mendengus, memandang kedua anaknya bergantian, "Kenapa lagi kalian berdua," tanya Yerim yang sudah tidak kaget lagi dengan kericuhan yang sering terjadi dirumahnya akibat ulah kedua anaknya..
"Adek..," decak Jeongsan, sang kakak lelaki yang kini telah tumbuh menjadi remaja tampan.
Chaerim mengerucut lucu, "Kakak, kan adek cuma minta dua," rengeknya.
"Ya tapi jangan ditandai pakai spidol, Dek nanti rusak, kamu tidak tau perjuangan kakak buat ngerawat pohon mangga itu bersama Ayah,"
Ya, siapa yang tidak akan marah seperti Jeongsan jika pohon mangga yang telah dirawat dengan baik setelah bertumbuh buah malah dicoret oleh Chaerim dan apa tadi katanya satu? Kalau Jeongsan tidak salah hitung Chaerim menuliskan namanya di masing-masing buah sebanyak lima buah.
"Adek kan tidak tau, Kak,"
"Makanya kalau dibilangin denger dulu,"
Wajah cantik Chaerim semakin tertekuk, jika begini pasti posisinya akan salah dimata bundanya padahal niatnya hanya ingin menandai mangga miliknya dengan cara menulis namanya sendiri diatas manggan tersebut tapi kakaknya malah datang dan seenaknya menganggu dirinya lalu menjewer telinga Chaerim. Memang tidak keras sih tapi tetap saja itu membuatnya kesal.
"Berarti sekarang adek harus minta maaf ke kakak, ayo..," pinta bunda Yerim kepada anak bungsunya.
"Tapi, bunda..," Chaerim hendak melayangkan protes pada bundanya sekalian mengadu namun belum sempat mengadukan kelakuan kakaknya. Chaerim sudah dihadiahi pelototan mata tajam bundanya. Chaerim mengembungkan pipi tidak berdaya..
"Maaf, Kak,"
"Apa, kakak tidak dengar, Dek,"
Chaerim mendengus sebal, "MAAF, KAKAK JEON TERSAYANG, ADEK NGAKU SALAH, PUAS!!" pekik Chaerim kesal.
"Tuh tuh kan Bun, adek tidak ikhlas minta maafnya,"
"Nyebelin ih,"
"Adek..," tegur Yerim.
"Errrr... punya kakak satu tapi nyebelin,"
"Punya adek satu tapi keras kepala..,"
Yerim terpejam, memijat pangkal hidungnya sementara Jeongsan menggunakan kesempatan itu untuk meledek adiknya. Lelaki itu memeletkan lidah kearah Chaerim yang tengah menatap dirinya kesal..
"Bunda....," rengek Chaerim menahan kesal, "Itu kak Jeon ngeledek, bun..," adu Chaerim menggoyang-goyangkan lengan bundanya.
"Jeongsan...,"

YOU ARE READING
My Perfect Husband (Sudah Dibukukan)
Fanfiction(Tersedia dalam bentuk cetak) Order Book/E-book bisa langsung chat Whatsapp.. Apa jadinya jika seorang gadis pemberontak, gemar melanggar perintah dijodohkan dengan seorang pria dewasa, tampan, mapan dan sukses diusia muda yang selama ini selalu m...