[40] Keempatpuluh

732 105 60
                                    

Tentang hati yang selalu berterus terang, sama halnya seperti ketika cinta ini tidak bisa lagi untuk ku sembunyikan.

-Ataya Marchella-

Gadis itu membaringkan tubuhnya di atas sebuah kasur kesayangannya, sambil pandangannya menatap langit-langit kamar. Sesimpul senyum terbesit dalam wajahnya-pikirannya bergelanyutan membayangkan kejadian di Caffe tadi. Ada banyak sekali pertanyaan yang termuat dalam benaknya, untuk dipertanyakan pada dirinya sendiri.

Baginya, kejadian dengan Axell tadi membuatnya seketika melupakan rasa kesalnya akibat deretan hal-hal yang masuk ke dalam list perusak fun timenya.

"Kok bisa si gue ngomong begitu sama dia." pikirnya, jika membayangkan kejadian tadi.

Intinya ketika itu juga pikiran Axell langsung memenuhi lahan otaknya. Dari setiap bagian di mana dirinya dan Axell sama-sama berbicara, dia ingat betul. Ada perasaan bahagia tersendiri, atau mungkin kenyamanan yang dia dapatkan dari seorang Axell. Dan kali ini, dia tak bisa lagi menutupi atau memberontak sama sekali.

"Gue cinta sama Axell?" gumamnya.

Berkali-kali pertanyaan itu terlontar dari mulutnya, namun dia belum juga menemukan alasan mengapa dia bisa mencintai pria itu. Lalu bagaimana dengan Sang Ken?

Permasalahannya semakin rumit saja, gadis itu benar-benar masih saja belum terlihat dewasa untuk bisa memutuskan segalanya sendiri. Dan untuk saat ini, dia hanya butuh pendengar setianya. Arga Dewandanu.

"Gue harus cerita ke Arga, gue butuh dia." ungkapnya. Namun, tidak setelah melihat ke arah arloji yang melingkar di tangan manisnya yang menyatakan bahwa jam telah menunjukan pukul 22.45 WIB.

"Hm ini sudah terlalu malam, mungkin saja dia sudah tidur. Lebih baik akan aku ceritakan saja kisah ini besok." lanjutnya.

Ditariknya sebuah selimut bergambar Barbie miliknya untuk menutupi tubuhnya. Gadis itu memilih untuk tidur saat itu juga.

-0o0-

Ataya terbangun di pagi harinya, tetapi tampaknya sebuah tempat tinggalnya masih saja sepi. Itu artinya Galih belum juga kunjung pulang hingga hari minggu ini.

"Dasar Ayah!" ucap Ataya.

Gadis itu memilih pergi ke dapur untuk mencari beberapa makanan siap santap, rasanya pagi itu benar-benar telah membuatnya terpaksa harus memakan sesuatu.

Ia mengambil sepotong brownies serta segelas air lalu dibawanya ke tempat, di mana dirinya bisa bersantai dan menikmati suasana. Ditekannya remote televisi dan berharap akan ada sebuah acara yang menyangkut dalam hatinya.

Hari minggu ini benar-benar membosankan, sekali lagi membosankan. Ataya menatap malas televisi tersebut dan dibiarkan menyala begitu saja.

"Mungkin gak si Ayah pulangnya masih lama," pikirnya beberapa saat. "Apa gue nyuruh Arga ke sini sekalian ya? Ah iya! Gue telpon dia aja kali ya?" lanjutnya.

Ataya pergi ke kamarnya lagi, berniat mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Dilihatnya perlahan, lalu mulai melakukan panggilan kepada Arga.

Gadis itu berdiri di tepian jendela, sembari menunggu Arga menjawab dengan nada bicaranya.

"Hallo Ta?" jawabnya.

Ataya yang mendengar suara itu, langsung bersunggut menjawabnya. "Hai Ar, lagi ngapain?"

You Need Her, Not Me [Completed]Where stories live. Discover now