[50] Kelimapuluh

733 87 65
                                    

Play mulmednya cinta💛

"Gue udah tahu semuanya Chell." Axell melemparkan tatapan tak percaya pada gadis itu yang kini tengah sibuk melahap sepiring batagor.

Ataya menatap pria yang kini ada di hadapannya. "Tahu tentang apa?" tanyanya.

"Tentang lo dan Rezvan." ungkap Axell yang kemudian membuat Ataya termenung tak bergerak. Gadis itu hanya menatap sayu Axell. "Sekarang gue ngerti kenapa Rezvan bisa seperti itu." sambungnya. "Ini semua gara-gara gue."

Gadis itu menepuk lengan Axell. "Ini semua gak seperti yang lo kira, Kak. Lo gak salah,"

"Sekarang gue jadi tahu banyak hal." Pria itu menghunuskan tatapannya pada lawan bicara. "Tentang alasan lo nolak gue, dan kemarin malem? Saat lo justru memilih pergi ke rooftop sendirian. Itu karena alasan Rezvan kan?"

Ataya diam saja, bahkan kini untuk menatap wajah pria itu, dia sama sekali tak punya keberanian.

"Jadi, selama kita berdua. Itu sama sekali gak ada artinya kan di mata lo!" Axell menggebrak meja kantin. Seketika beberapa pasang mata langsung menatap tajam ke arah meja Ataya dan Axell.

Ataya menggeleng, lalu menatap Axell dengan penuh harapan. "Apa yang lo omongin salah. Buktinya gue mulai cinta sama lo." Ataya mendesah. "Lantas apa masalahnya kalau gue punya masa lalu. Bukankah semua orang juga punya masa lalu?"

Axell mendecih, tak percaya dengan apa yang baru saja terlontar dari pengakuan Ataya Marchella. "Baru memulai kan? Mungkin alangkah lebih baiknya kalo lo gak usah nerusin perasaan itu." katanya, lalu menatap tajam Ataya. "Chell, bukan cinta namanya, saat lo lebih memilih menghindari cinta itu sendiri."

"Tapi gue gak bohong. Gue beneran cinta sama lo, Ar-sa-lan-dro!" Ataya bangkit dari tempatnya, lalu meneriakkan suaranya. Sesaat suasana kantin benar-benar menjadi sunyi. Tatapan-tatapan penuh pertanyaan kini menatap ke arah asal suara tersebut.

"Lo gak pernah tahu itu, karena gue emang gak pernah mengakuinya ke lo." Ataya mengelap beberapa bulir air matanya yang merembes perlahan. "Dan lo juga harus tahu, di mana saat gue menjadi gugup kalo ketemu sama lo. Gue pikir lo bakalan ngerti sama apa yang gue rasain saat ini."

Axell diam saja, kali ini keduanya benar-benar menjadi pusat perhatian satu sekolahan. Ataya menatap sekeliling, ternyata banyak sekali anak-anak yang mengerumuni meja tempat keduanya duduk.

"Gue duluan Kak, ini seharusnya tidak terjadi." Ataya bangkit dari kursinya, lalu pergi meninggalkan Axell seorang diri.

Pria itu hanya menatap dalam kepergian gadis yang sebenarnya masih melekat kuat di hatinya. "Maafin gue Chell, gue harus nglakuin ini." sambungnya.

-0o0-

Bel pulang sekolah berdering nyaring, Ataya segera mengemasi peralatan sekolah miliknya, lalu segera pergi kembali ke appartementnya. Kali ini dia tidak punya alasan lagi untuk bertahan lebih lama di sekolah. Jika biasanya gadis itu memilih menunggu Axell selesai tambahan wajib di sore hari, kali ini tidak lagi.

"Chell, lo pulang bareng gue ya?" Rezvan kini, berdiri di hadapan gadis itu dengan tas yang menempel di punggungnya.

Ataya sama sekali tak mengubris kedatangan pria itu, dirinya justru semakin mempercepat gerakannya dalam melakukan pekerjaannya. "Permisi!" bentaknya pada Rezvan.

Rezvan menarik tangan Ataya secara paksa, "lo belum jawab pertanyaan gue!"

Gadis itu melipat tangannya, tak peduli. Matanya menatap bola mata Rezvan dengan sinis. "Apa respon yang gue kasih ke lo, gak bisa nunjukin kalo gue jelas gak mau pulang bareng lo?" Ataya tak segan menabrak tubuh atletis Rezvan, lalu meninggalkannya.

Rezvan diam saja, lalu membalikkan badannya mengarah pada arah Ataya melarikan diri. Tepat di depan pintu kelasnya, kedua gadis yang pernah mewarnai kehidupan Rezvan kini bertemu dan saling beradu tatap.

"Lo gak bisa balik sekarang Chell." Rezvan mendekati kedua gadis itu. "Dan lo, mantan? Ngapain lo ke sini?"

Anaya dengan wajah yang penuh amarah, tampak siap menyalurkan segala apa yang dirasakannya pada Rezvan kali ini. "Gue butuh penjelasan dari lo!" katanya memulai.

Ataya menggeleng, menampakki bagaimana sikap Rezvan terhadap gadis yang konon katanya terlalu sempurna untuknya.

"Penjelasan apa lagi? Gue udah jelasin semuanya ke lo malam itu kan? Apa itu masih kurang?" jawab Rezvan sangar.

"Tapi malam kemaren lo lagi dalam keadaan mabuk! Dan gue pikir, penjelasan semalam gak berarti buat gue."

Rezvan menarik senyum manisnya, tetapi dengan diliputi tatapan sinis. "Bagaimana pun keadaan gue, alasannya akan tetap sama. Dan yang jelas gue pengen kita putus!"

"Permisi, gue mau balik!" Ataya yang tampak tak tahan dengan perseteruan Anaya dan Rezvan kini memaksa keduanya untuk memberinya jalan. Namun, tidak ada yang peduli dengan hal itu.

"Kalo itu alasannya, kenapa lo bisa gak cinta lagi ke gue? Bukankah selama ini kita baik-baik saja." tanya Anaya lagi.

"Karena gue udah nemuin kembali sesuatu yang lebih daripada lo!" Rezvan membentak, sambil mengarahkan telunjuknya pada Anaya.

Anaya masih tak percaya dengan apa yang terjadi. "Oh ya? Siapa nama gadis itu?"

"Cukup! Kalian berdua kalo mau ribut gak usah pake njebak gue gini kali." Ataya kembali memekakan suaranya. Dan lagi-lagi tidak ada yang peduli dengan apa yang diucapnya.

"Siapa Van, siapa cewek yang lo maksud tadi!" ucap Anaya, sambil mengguncangkan tubuh Rezvan. "Lo emang bener-bener brengsek!" Satu tamparan berhasil mendarat mulus pada pipi kanan Rezvan Pradika. Pria itu hanya meringis, lalu melihat Anaya dengan senyuman. "Terima kasih buat waktunya selama ini."

Anaya tak peduli, mau bagaimana  pun dia tahu bahwa Rezvan mungkin tidak akan pernah kembali pada dirinya lagi. Mungkin menerima ketidakadilan dalam kemenangan Rezvan, akan terasa lebih baik. Daripada dia harus hidup dengan pria yang hatinya bukan untuk dirinya lagi. "Sama-sama." jawabnya, bersamaan dengan setiap langkah yang membawanya pergi jauh dari hadapan Rezvan.

"Sekarang lo yakin kan? Gue cuma cinta sama lo." ucap Rezvan, setelah perseteruan itu selesai.

"Mungkin. Tapi satu hal yang perlu gue kasih tau," Ataya menghela nafasnya perlahan. "Lo gak pernah berhenti nglukain perasaan cewe!"

Rezvan menyulutkan tatapannya. "Gue harus nglakuin itu, dan gue gak peduli!"

"Apa lo pikir gue mau bahagia bareng lo, di atas penderitaan orang lain?" Ataya kembali mendebat pemikiran Rezvan.

"Sudah saatnya gadis itu tahu keadaan yang sebenarnya, sebelum gue terlalu banyak nyiptain kenangan manis yang suatu saat bakal bikin dia sakit hati ketika kembali mengingatnya tanpa ada gue di sana." Tanpa peduli apa balasan Ataya. Rezvan memilih untuk mengakhiri perdebatannya dengan gadis itu.

Menyadari Rezvan justru melangkahkan kakinya, dan menjauh dari dirinya. Gadis itu kemudian berbalik badan. "Van, semua cerita kita hanyalah sebuah masa lalu. Dan untuk saat ini, tidak ada yang lebih penting daripada menjalani masa sekarang. Gue tahu, masing-masing dari kita sebenarnya sudah bisa melupakan masa itu, ya meski pun tidak semuanya. Dan satu hal Van, hanya orang-orang bodoh yang mau kembali ke masa lalunya! Mereka berhenti, dan sama sekali tidak bergerak dari kehidupannya."

Note :

Kasih tau perasaan kalian yang sebenar-benarnya setelah mbaca part ini?!

Baru kemaren menikmati adegan sweet, eh kini? Axell kenapa si?!

See u, menuju selesai.




You Need Her, Not Me [Completed]Where stories live. Discover now