17 -Can't Let Go

2.1K 290 1
                                    

Krystal POV

Tadi saat baru aja kelas gue selesai, Kai udah stay di depan. Katanya mau anter gue balik.

Padahal gue udah nolak dengan alasan di jemput bokap. Tapi si item satu ini memang pantang menyerah.

Sekarang, gue dan Kai sedang berjalan menuju parkiran. Jalan sih jalan, bareng malah. Cuma hening dan jarak kita tuh jauh. Sekitar dua meter. Itu gue yang minta sih.

Hanya diam dan diam, hanya suara langkah kaki dan mesin kendaraan.

Kai tiba-tiba berhenti begitupun juga dengan gue.

"Mana ada orang pacaran jarak nya jauh begini?!" Omel Kai, dia lalu mendekat ke gue dan tiba-tiba merangkul gue erat.

"Woy ah!" Gue kaget dan reflek mendorong Kai sehingga dia juga melepas rangkulan nya.

"Kenapa?" Tanya Kai dengan muka tanpa dosa nya.

"Jangan sentuh gue!"

Kai menaikan alisnya dan tersenyum, "Cuma rangkul doang ga boleh? Ck, padahal dulu kita lebih loh dari rangkulan."

"Heh?!" Pekik gue. Kai terkekeh dan merangkul gue lagi.

"Lo harus inget kalau rangkulan ini adalah rangkulan yang selalu lo minta di mana kalau kita dulu berduaan." Ucap Kai sambil melangkahkan kaki nya yang membuat gue otomatis ikut berjalan juga.

Gue selalu minta dia ngerangkul kek gini?

"Kai!"

Kita berdua berhenti dan menoleh ke belakang.

Jessica.

"Lo dah mau balik?" Tanya Jessica ke Kai tanpa melihat gue sekalipun.

"Kalau gue ga mau balik ngapain gue di parkiran." Ucap Kai dingin, Jessica cuma nyengir.

"Gue bareng lo bisa? Gue ga bawa mobil nih."

Hah? Dia mau bareng Kai?

"Tapi-"

"Sorry tapi gue udah bareng Kai duluan." Potong gue yang membuat Kai menatap gue dengan tatapan ga percaya.

"Tau kan di antara cewek cowok berduaan orang ketiga nya siapa? Setan kan? Lo mau jadi setan di tempat duduk belakang gitu?" Lanjut gue.

Kai mengaga sementara Jessica hanya tertawa melihat gue.

Gila, kesurupan kali ya nih orang?

"Wah, ternyata si LGBT nih udah suka sama cowok ya sekarang?" Ejek nya yang seketika membuat darah gue naik.

"Lo.." Gue berniat untuk menampar nya, tapi Kai menahan tangan gue.

Gue menatap Kai, dia menggeleng.

"Ok deh, kali ini gue ngalah. Silahkan lo pergi bareng Kai berdua." Jessica berbalik.

Baru beberapa langkah, suara Jessica terdengar lagi.

"Jangan lupa cek pesan lo malem ini, Kai."

---

Lay POV

Gue berjalan bolak-balik dan berkali-kali menelepon Gayeon juga. Sial nya panggilan gue ga di angkat, begitupun juga pesan gue yang belum di baca.

Jadi, tadi pagi pas gue jemput, nyokap nya bilang kalau Gayeon udah berangkat sendiri. Tapi pas di kampus, ternyata si Gayeon nitip absen di Krystal.

"Kemana sih lo?" Gumam gue sambil mematikan panggilan. Gue mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.

Sebuah panggilan masuk, awal nya gue lega karena gue pikir itu Gayeon. Tapi ternyata.

Hana.

"Hallo?"

"Lay, janji kita jadi ga?"

Sial, gue lupa kalau hari ini gue bakal nonton bareng Hana.

"Hmm, gini na. Gue-"

"Kenapa? Ga jadi ya?"

Untung peka :")

"Hmm, sorry ya."

"Yaudah ga apa, gue balik aja."

"Balik? Emang lo di mana?"

Suara kekehan Hana terdengar dari sebrang, "Gue tadi nunggu lo di halte deket kampus sih, soal nya kalau ke rumah gue kan jauh."

"Tapi ga jadi, yaudah gue balik."

Astaga.

Ya kali gue nolak, dia kan udah terlanjur nunggu di sana.

"Tunggu gue."

"Gue ke sana sepuluh menit lagi." Ucap gue sebelum mematikan panggilan tersebut.

Gayeon POV

Suara ketukan pintu terdengar, seseorang lalu masuk ke kamar gue.

"Kenapa ma?"

"Masih lama?" Tanya nyokap gue lalu duduk di pinggir tempat tidur gue.

Gue mengangguk dan masih setia menatap layar laptop, "Ngurus perpindahan nya susah."

Iya gue memutuskan untuk pindah ke Korea.

"Tadi Lay ke sini."

Pandangan gue teralihkan, "Mama udah bilang sesuai dengan apa yang kamu minta." Lanjut nyokap gue.

Gue mengangguk dan tersenyum, "Bagus deh kalau gitu."

"Tapi kenapa kamu ngehindar dari Lay?"

Gue menutup laptop dan mengambil guling untuk gue peluk.

"Aku ga hindar kok. Cuma kan memang aku lagi sibuk buat urus perpindahan, aku ga mau di ganggu Lay dulu."

"Bener?"

"Iya, bener. Suer!" Gue membuat tanda peace sambil nyengir.

Bohong.

"Ok, tapi janji. Sebelum kamu berangkat kamu harus ketemu pamit baik-baik sama dia, oke?"

"Janji!"

Nyokap gue tersenyum dan mengusap rambut gue pelan. Dia lalu keluar dari kamar.

Senyum gue perlahan menghilang.

Pamit? Tentu pasti. Tapi kalau ketemu?

Mungkin enggak.

Change; Lay Zhang✔️ [END]Where stories live. Discover now