Prologue 1.1

5.1K 187 18
                                    

Lizy Ghustavno alias Lucy Setya Febriana adalah gadis asal Indonesia dan berkuliah di New York. Hidup Lucy awalnya baik-baik saja sebelum memijakkan kaki di sebuah Night club. Tempat itu mengubah hidupnya 180˚. Sarah –sahabat Lucy- mengajaknya ke sana untuk bersenang-senang sejenak. Namun, ia malah bertemu dengan seorang Hans Stone. Pria penguasa bisnis hitam di benua Amerika. Tanpa diduga, keduanya menjadi membutuhkan kerja sama yang mutualisme. Menikah adalah salah satu kerjasama itu, berdasarkan kontrak. Namun, perlahan rasa mulai tumbuh di hati Lucy karena perhatian juga kelembutan Hans. Ia mengira pria itu juga mencintainya. Nyatanya, Hans membunuh kedua orang tua Lucy, mencoba membunuh Lucy, dan berselingkuh tepat di depan matanya di saat Lucy sedang hamil. Ya, Lucy menyimpan dendam. Ia akan membalas perbuatan pria berengsek itu karena berani-beraninya mempermainkan kehidupan seseorang.

Lucy membuka mata, menatap cermin yang memantulkan bayangannya. Wanita itu menyeringai, perubahan warna mata menjadi berwarna biru sebab operasi membuatnya benar-benar puas. Lucy menatap perubahan yang benar-benar membuatnya tidak mengenali dirinya sama sekali. Tubuhnya semakin tinggi, sebab ia olahraga setiap hari dan rutin meminum vitamin, rambutnya yang lurus menjadi keriting gantung, rambut yang dulunya cokelat-kehitaman itu menjadi berwarna pirang kecokelatan, warna kulitnya sedikit mencoklat karena berjemur, bentuk tubuhnya pun semakin langsing.

Lucy yakin Hans tidak akan mengenalinya, tidak menyadari dirinya adalah istri yang dulunya pria itu khianati dan mengambil keuntungan atas keluguannya. Namun, Lucy sekarang berbeda dari dirinya yang dulu. Ia tidak akan mudah percaya pada siapa pun. Ia akan menjadi wanita nan lebih kuat.

Lucy memerhatikan perubahan matanya terusenyum miring. "Perfect," gumamnya.

"Lucy, apa kau benar-benar membencinya?" tanya Leon ragu. Leon adalah sahabatnya sejak dulu. Ia menoleh pada satu-satunya seseorang nan dapat ia percayai di New York. 

Lucy menoleh dengan tatapan sinis, seringai sadis tidak lepas dari bibir mungilnya. "Lucy?" Wanita itu mengulang. "Namaku Lizy Ghustavno," tegasnya memberi penekanan.

Leon tersenyum kikuk. Pria itu menatap dalam wanita asia yang berusaha mengubah tampilannya itu. Leon mulai mendekati wanita yang menatapnya juga dengan tatapan dingin. Lucy alias Lizy merasakan setiap sentuhan di kulit pipinya, namun netranya tidak beralih.

"Kau masih sahabatku, Lucy," lirih Leon pelan.

Wanita itu menepis tangan Leon dari wajahnya, hingga tangan pria itu terlepas dari wajah mulusnya. "Jangan sebut nama itu lagi. Namaku sekarang Lizy, panggil aku Lizy! Aku benci dia!" bentak Lucy marah. Nama itu hanya mengingatkannya akan semua kepahitan yang ditorehkan Hans padanya. 

Tok....Tok....Tok....

Keduanya menoleh pada pintu, lalu terdengar suara, "Nona, Mr.Malvin Stone meminta ijin untuk—"

"Suruh dia masuk," potong Lucy cepat. Lucy melipat kedua tangan di depan dada. Bagus jika Malvin datang, ia akan mengetes bahwa rencananya dapat berjalan mulus jika pria itu tidak mengenalinya.

Malvin menatap tajam ke arah Leon dan Lucy, seakan tidak mengenali wanita yang berada di depannya, Malvin bertanya, "Di mana Lucy?" Mungkin Malvin mengira bahwa wanita yang berdiri bersama Leon adalah rekan balas dendam mereka.

Lucy menyeringai, meskipun wajahnya hampir sama dengan dirinya sebelumnya tetap saja ia sangat berbeda dari dirinya yang dulu. Bagus, Malvin tidak menyadari perubahannya. Itu berarti Hans tidak akan mengenalinya. Lucy mendekati pria itu dan memiringkan kepalanya. "Lucy sudah mati. Sekarang namaku Lizy."

Malvin mengkerutkan dahi, bingung dengan apa yang terjadi. Pria itu menatap ke dalam mata sosok di dapannya, tidak ada miripnya dengan Lucy, namun bibir, hidung, dan bentuk wajah sangat-sangat mirip dengan wanita yang tengah ia pikirkan. Apa wanita kasar ini adalah Lucy yang lembut dan lugu? Ia menjadi ragu.

Revenge of Lucy Where stories live. Discover now