Prologue 1.2

2.2K 143 9
                                    

Hans berjalan dengan tegas nan gagah yang diikuti oleh Ken, mereka selalu setia dengan tampang datar mereka, namun tatapan Hans Stone semakin lama semakin tajam dari sudut matanya yang dingin. Cukup melihat bentuk rahangnya saja orang-orang sudah tahu betapa gagahnya pria itu, cukup melihat sudut matanya saja orang-orang sudah tahu betapa dinginnya pria itu, cukup melihat postur tubuhnya saja orang-orang sudah merinding ketakutan melihatnya. Ia adalah Raja Mafia di negara asalnya tersebut.

Pria itu terus berjalan menuju tempat VVIP yang memang tempatnya, khusus untuk sang pemilik resor yang besar itu. Langkahnya berhenti saat melihat seorang wanita yang duduk di tempat itu sedang membelakanginya, sudah pasti Ms.Ghustavno yang memiliki janji temu dengannya. Pria itu tidak menyangka, padahal semua orang tengah menatapnya, namun wanita itu tidak peduli akan kehadirannya. Hans melangkah dan Ken menarikkan kursi untuk tuannya itu, pria itu duduk dan perlahan menatap wanita itu. Tatapannya terpaku pada wanita cantik yang nampak anggun, dewasa, dan sangat mirip dengan istrinya.

Lucy... -Hans

Hatinya berdesir bagaikan ada angin pantai serta ombak yang menghantam hatinya, sungguh nyaman, menenangkan melihat wanita itu. Namun, rambut priang, bermata biru, kulit yang sedikit kecoklatan, tubuh yang lebih langsing, serta sedikit lebih tinggi dari istrinya membuat Hans segera menepis pikiran itu. Sudut bibirnya yang sedikit terangkat segera ia turunkan kembali ke ekspresi datar nan dingin. Tapi tetap saja, hatinya benar-benar nyaman melihat wanita yang ada di hadapannya.

"Mr.Stone?"

Suara wanita itu pun hampir sama, namun ada sedikit perbedaan di sana, suara wanita di hadapannya ini benar-benar lembut nan anggun menampilkan kesan dewasa dalam dirinya. Berbeda dari Lucy yang menggemaskan dan natural. Hans berdeham singkat, sebelum berjabat tangan sebagai perkenalan pertama mereka.

"Hans Stone," ucap Hans setelah kedua tangan itu bertautan.
Bentuk tangannya pun mirip dengan istrinya, hatinya semakin berdesir dan ia benar-benar ingin teriak bahwa ia sangat mencintai istrinya.
Wanita itu tersenyum hangat. Benar-benar anggun, "Lizy Ghustavno."

Deg!

Jantung Hans berdegup dengan kencang, meskipun sekian banyak gadis yang mengucapkan namanya Lizy pada Hans, hanya wanita ini yang mampu mengingatkannya pada sosok yang membuatnya trauma, Lizy Johanes, seorang wanita tua yang pernah menjadikannya sebagai budak seks. Hans semakin curiga pada wanita yang ada di hadapannya. Ia merasakan wanita itu benar-benar adalah Lucy. Pria itu ingin sekali menanyakannya namun lidahnya kelu, ia tidak bisa.

"Mr.Stone, bisa Anda lepaskan tangan saya?" tanya wanita itu dengan senyum kikuk, benar-benar dewasa.
Hans segera melepaskan tangannya berdeham sebentar, sementara Ken mematung menatap wanita itu, benar-benar mirip Lucy. Para pelayan pun datang memberikan makanan pembuka, sambil melahapnya mereka terus bercakap-cakap.

"Sebenarnya, saya baru dalam hal ini karena itulah saya ingin meminta bantuan Anda untuk berkerja sama." Senyum wanita itu ramah.

Hans terus memperhatikan wanita itu kemudian tersadar dari lamunannya. "Tidak perlu memakai bahasa formal, santai saja."

Ia menggeleng. "Tidak, semua orang selalu memakai bahasa formal ketika berbicara dengan anda, Mr.Stone."

Setelah mereka selesai dengan makanan pembuka, makanan utama mereka pun datang. Cara makan, cara berpakaian, cara bicara, caranya tersenyum wanita itu pun berbeda dari istrinya yang membuatnya semakin yakin bahwa kemiripan itu hanyalah kebetulan. Meskipun Hans tetap memasang tatapan datar dan dingin berbeda dengan perasaannya yang terus berdebar-debar.

"Kau sudah menikah?" tanya Hans memakan makanannya.

Lucy sedikit menyunggingkan seringai kecilnya, "Excuse me, sir?"

Revenge of Lucy Where stories live. Discover now