Kamar 003 | James Portman

4.1K 384 123
                                    

Ruang hall. 13:00 pm.


NYPD dan ahli forensik rumah sakit menginformasikan hasil otopsi James portman kepada detektif Nicholas melalui sambungan telpon dan korban dinyatakan meninggal akibat pembuluh darah arteri krotisnya yang tersumbat.

Setelah mendapat izin penuh dari pihak asrama untuk melalukan penyelidikan, para saksi dan orang yang bersangkutan dengan korban dikumpulkan di hall.

Mereka adalah Brittany (kekasih James), Ace dan Luke (sahabat James), Jake (yang menemukan James) dan Alicia (orang terakhir yang melewati lorong menurut data cctv).

Nicholas Gray adalah salah satu detektif termuda di NYPD, selain karena usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun, juga karena riwayat keberhasilannya yang 99% sukses dalam mengungkap kasus kriminal yang kompleks.

Alasan-alasan itu menjadi titik temu untuk mempererat hubungan dengan beberapa kolega kerjanya termasuk kepala NYPD, Paul scoots dan putrinya, Brittany scoots.

Nic menoleh kepada Jake. "Jake, bisa kau jelaskan bagaimana kronologi penemuan mayat James di lorong utama?"

Jake mengangguk gugup. Siswa itu membiarkan rambut brunettenya dibentuk undercut, memberi kesan tegas pada wajah ovalnya. "Seseorang mengirimiku pesan."

Nic mengernyitkan keningnya. "Apa isi pesan tersebut?"

Jake mengeluarkan ponselnya dari saku varsity berlambang mawar emas yang dikenakannya saat itu dan menunjukkan layar ponselnya kepada Nic. "Orang itu mengatakan pacarku ada di lorong bersama Ace," Jake mendelik sinis ke arah Ace di sebelahnya. "Karena dia menyebut nama Elena, aku jadi panik dan tidak sadar bahwa itu adalah nomor asing."

Nic melihat Jake lalu Ace, sementara Jake menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket. "Bukannya menemukan Elena, aku malah melihat James," tambahnya sedih. "Aku spontan berlari ke hall setelah memastikan keadaannya."

Kesaksian Jake yang konkret berhasil meyakinkan detektif muda itu. "Apa kau melihat orang lain selain dirimu di lorong?" tanya Nic.

Jake menggeleng. "Hanya ada James. Sebuah jepit rambut perak tertancap di dadanya dan ada darah dimana-mana." membuat Nic menekuk dahinya dalam, aku tidak melihat jepit rambut perak pada tubuh korban.

Nic kemudian melihat Ace. "Mr. Blake, kudengar kau tidak hadir di hall saat kejadian, bukankah Mr. Wilson adalah ayahmu?"

Ace menyilang kedua tangannya, mengapit jam breitling mewah yang tersemat di tangan kirinya. "Justru karena dia ayahku, aku sudah tahu semua agenda yang akan dibeberkannya di hall. Jadi, untuk apa aku repot - repot bergabung?"

Nic menatap Ace curiga, lalu melirik Alicia. Mereka berdua adalah yang paling tenang di dalam penyelidikan ini, ada apa dengan mereka.

Nic lalu menunjuk wajah Ace dengan pulpennya. "Nomor asing ini menuduhmu bersama kekasih Jake di lorong. Apa kau memang ada di lorong dengan Elena pada saat kejadian?"

Ace menggeleng dan merangkul Luke di sebelahnya. Ia menepuk-nepuk bahu lelaki berambut keriting itu dengan santai. "Aku mengajak Luke ke kamarku untuk bermain video game yang baru kubeli saat acara berkumpul dimulai. Benar, kan, Luke?"

Luke yang mendapat tatapan serius dari Ace, lantas mengangguk.

Ace menyeringai puas. "Lihat, kan?" Ia mengedikkan bahu acuh saat Nic mengangkat sebelah alisnya. "Lagipula, Elena bukan tipeku. Dia hanya perempuan murahan yang--"

ROOMATE : SECRET SERIES (TAMAT)Where stories live. Discover now