Kamar 006 | Korban lain

3.6K 306 30
                                    

Ruang Cafetaria Golden High, 09:30 am.

Ruang cafetaria nampak penuh dan gaduh seperti biasa. Para siswa di Golden High sibuk berlalu lalang menuju counter makanan untuk mengambil jatah sarapan mereka yang rutin diberikan dengan jadwal reguler Golden High. Waffles dan espresso menyambut perut para siswa pagi ini.

Suara langkah kaki yang saling bertumpah tindih di cafetaria tatkala menyambut kedatangan Alicia dan Brittany--yang kini duduk di pojok cafetaria.

Meja cafetaria disusun serapih mungkin dengan masing-masing empat kursi yang mengelili. Lampu gantung yang menghias langit-langit, memberi penerangan yang tidak terlalu menyilaukan. Sementara pintu cafetaria yang terbuat dari kaca transparan menjadi saksi sibuknya para siswa yang keluar masuk cafetaria.

Brittany menyibak rambutnya ke belakang sesudah menyiuk waffles ke dalam mulutnya. "Nic bilang, Mr. Wilson menganggu kalian kemarin. Apa itu benar?"

Alicia mengangguk. "Aku tidak ikut menemui Amanda karena Mr. Wilson memintaku ke ruangannya untuk memverifikasi beberapa data kepindahan," katanya kecewa.

Brittany mendecak pelan. "Sayang sekali, ya. Sejujurnya, Amanda membuatku penasaran." Ia kemudian merogoh saku celana jeansnya dan menyodorkan kartu nama Nic untuk Alicia. "Hubungi Nic kalau kau dalam keadaan darurat."

Kalau bukan karena ancaman Nic, Alicia enggan menerima kartu berlambang kepolisian yang diberikan Britt kepadanya. Ia tersenyum kecil sembari menyimpan kartu nama tersebut di dalam saku jaketnya. "Kau dan Nic terlihat sangat dekat." Alicia berbasa-basi.

Britt kembali menyiuk waffles dan menunjuk Alicia dengan sendok--berisi waffles itu. "Nic sudah seperti saudara untukku. Dia memang terkadang menyebalkan dan---" Britt menjeda kalimatnya, saat tiba-tiba seseorang (dan temannya) duduk mengisi dua kursi kosong di hadapan mereka. Britt mengangkat kedua alisnya. "Ace?"

Alicia yang tengah serius--menatap sarapannya--sontak mendongak saat mendengar nama "itu" dengan sangat jelas. Ace Blake dan Luke Hauld, kini duduk di hadapan mereka (tentu saja Ace dengan ekspresi tanpa rasa bersalahnya dan Luke dengan wajah yang nampak terpaksa).

Britt meletakkan sendoknya kembali--tampak tak berminat melanjutkan sarapannya--dan menatap Ace tajam. "Apa. Yang. Kau. Lakukan. Disini. Mr. Blake?!" ia bertanya penuh penegasan.

Lelaki berambut quiff itu nampaknya baru saja mengubah gaya rambutnya menjadi undercut dan menghitamkannya. Sekilas, Ace terlihat mirip dengan Nicholas. Atau, Ace memang sengaja meniru gaya rambut Nicholas? "Menikmati sarapanku," katanya datar--sementara pandangannya tetap tertuju kepada netra biru Alicia.

Alicia yang sadar dengan perubahan rambut Ace yang ala Nicholas itupun termangu sejenak. Entah perasaannya saja, atau Ace memang meniru gaya rambut detektif muda--yang sudah mengancamnya--itu. "Hey, rambut abu!" seru Ace tiba-tiba. "Kenapa kau menatapku begitu, huh?!"

Alicia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menggeleng pelan dan menyiuk waffles dengan sendoknya. "Kau mengingatkanku dengan seseorang," kata Alicia di tengah atmosfer canggung di meja mereka. Ia lalu memasukkan sendok berisi potongan waffles ke dalam mulutnya, sementara Britt dan Luke hanya saling melempar pandangan heran.

Ace menyilang kedua tangannya di dada tanpa melepas pandangan dari Alicia. "Britt, kudengar si rambut abu ini akan berkencan dengan detektif mesum itu?"

"Uhuk!"

Brittany sontak terbatuk dengan pertanyaan gila barusan. Ia bahkan tak sengaja menyenggol minuman Alicia hingga isinya tumpah membasahi lantai. Brittany yang merasa bersalah, segera bangkit. "Astaga, minumanmu..." Ia mengangkat telunjuknya ke udara dan berkata, "Tunggu sebentar, aku akan menggantikannya!" kepada Alicia. Dan sejurus kemudian, gadis berambut pirang itu sudah berlari kecil menuju counter.

ROOMATE : SECRET SERIES (TAMAT)Where stories live. Discover now