Kath, I Love You #8

17 4 0
                                    

Kudengar riuh suara ketukan didepan pintu utama rumah ini. Padahal suara televisi yang kunyalakan sepertinya terdengar sampai keluar, membuatku risih saja. Aku setengah berlari membuka pintu utama dan ternyata, Caitlin dan Ariana disana. Memberikan senyum yang paling indah dan agak konyol saat berpapasan denganku. Mereka langsung memeluk tubuhku tiba-tiba dan mengucapkan begitu banyak kata rindu. Kami memang lost contact untuk beberapa hari lalu. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya.

"Demi Tuhan, kami sangat merindukanmu!"Ucap Ariana dalam pelukanku.

"Kau kemana saja selama ini? Kami sangat khawatir!"Kata Caitlin.

"Bisakah kau melepaskan pelukan ini? Aku sesak."Ucapku, lantas mereka melepaskan pelukannya.

Kuajak Ariana dan Caitlin masuk kedalam rumah baruku dan Justin. Mereka bilang ini sangat bagus. Nuansanya ringan dan elegan. Ini semua seleraku. Rupanya Justin bisa mengetahui semua kesukaanku dari Mom. Saat ini aku sedang terduduk diruang tengah sambil menonton televisi bersama kedua sahabatku. Mereka sedang membicarakan apa-apa saja yang akan mereka beli di Mall nanti. Sementara aku? Hanya duduk diam. Padahal aku sudah berusaha melupakan semua kesedihan saat dimana Justin tidak berada disampingku saat ini. Air mataku jatuh, lagi. Segera kuambil selembar tissue yang berada dimeja depanku dan mengelapnya dikedua pelupuk mataku. Dengan sedikit sesak dan suara kecil sesenggukan, kuhapus butiran bening itu dengan cepat. Tapi percuma, mereka mendengar suaraku.

"Kau kenapa?"Tanya Ariana lantas memegang kedua bahuku.

"Aku tau kok Kath, aku mengerti..."Ucap Caitlin yang sontak membuatku dan Ariana bingung.

"Tau apa?"Tanyaku berpura-pura bingung.

"Kau merindukan Justin bukan? Apalagi mendengar gossip terbaru tentang suamimu itu..."Lanjut Caitlin.

"Ya, aku memang merindukannya. Sangat. Tapi gossip apa Cait? Sungguh aku tidak tau"Ucapku penuh tanya.

"Tidak penting Kath, ayo kita berangkat sekarang. Keburu siang. Cepatlah"Alihnya

Selama diperjalanan aku sengaja lebih memilih duduk di jok belakang mobil Caitlin. Aku hanya tertawa beberapa sekilas saat mendengar candaan mereka. Bayang-bayang wajah Justin masih nampak jelas dalam pikiranku. Aku emmang tidak ingin melupakannya, tapi dengan kepergiannya yang membuatku tersiksa itu memaksaku untuk memburamkan memori indah saat kami bersama. Aku tidak ingin menangis dulu saat ini, demi Ariana dan Caitlin. Karena mereka juga sengaja menerima tawaranku berjalan-jalan untuk membantuku menghilangkan penat.

Setelah sampai ditempat tujuan, kami langsung keluar dari mobil ini sambil menenteng tas dan tak lupa bergaya ala model yang berlenggak-lenggok di catwalk. Aku diposisi tengah. Diapit Caitlin disebelah kanan dan Ariana disebelah kiri. Kami seperti 3 orang diva yang berjalan di karpet merah. Begitu masuk kedalam Mall yang cukup mewah ini, tak jarang orang mengabadikan gambar kami secara terang-terangan.

Sampai kami makan disebuah restoran Italia, kurasakan isi tasku bergetar. Setelah kucari-cari ternyata itu iPhoneku. Kulihat layar iPhoneku dengan sesama. Justin. Dia menelfonku. Langsing aku beranjak dari tempat yang kududuki dan mengangkatnya.

"Hallo..."Ucap Justin parau diawal pembicaraan.

"Yeah, Just?"

"Kath... kenapa kau menghilang beberapa hari ini?"Tanyanya dengan suara agak serak.

"Saat itu aku lupa menaruh iPhoneku. Ternyata ada dibawah bantal. Baru tadi pagi kutemukan."

"Bagaimana bisa?"Tanya Justin ingin tahu.

"Hanya tidak sengaja"

Saat aku tengah berbincang-bincang kecil dengan Justin diambang pintu masuk restoran ini, kurasakan isi perutku seperti ingin keluar. Aku mual. Entah kenapa. Aku langsung berlari menuju toilet restoran ini. Aku tidak memperdulikan teriakan Justin yang sedikit terdengar dari iPhoneku itu. Aku terus saja berusaha mengeluarkan muntahanku. Tapi yang keluar hanya air minum. Kupijat kecil tengkuk leherku. Kuambil tissue yang berada didekat wastafel. Kubersihkan sisa kotoran yang tersisa disekitar mulutku. Setelah sedikit mengambil nafas, kuraih lagi telfon genggamku dan melihat kalau Justin belum memutuskan panggilan. Langsung kumulai pembicaraan.

"Maaf..."Jawabku sambil memijat pelan keningku.

"Kau kenapa? Apa yang terjadi disana? Kudengar tadi kau seperti muntah-muntah, kau sakit?"Tanya Justin cepat.

"Ah tidak, mungkin tadi karena aku langsung beranjak dari kursi saat sedang makan. Jadinya ya mual begini"

"Aku tidak percaya. Kau pasti sakit. Aku jadi sangat khawatir Kath"Ucap Justin.

"Aku serius. Aku tidak kenapa-napa. Mungkin hanya masuk angin atau kecapean. Nanti juga sembuh sendiri. Sudahlah, aku tahu kau masih banyak pekerjaan disana. Aku baik-baik kok"Jawabku lalu sedikit batuk-batuk.

"Aku akan pulang siang ini. Nanti malam aku akan sampai dirumah. Kau tunggu saja. Kurasa keadaanmu sedang agak drop. Aku mencintaimu sayang"Jawab Justin.

"Terserah, tapi aku memang baik-baik saja disini. Sekarang saja aku sedang bers-"Ucapanku terpotong.

"Hey, kau sedang berada di Mall bersama Ariana dan Cailin? Kumohon pulanglah sekarang. Istirahat, dan jangan lupa minum obat atau vitamin apapun yang bisa membuat dirimu membaik. Ikutilah kata-kataku kali ini saja, kumohon. Demi kebaikanmu juga. Oke?"Ucap Justin panjang lebar.

"Kau tahu darimana aku sedang di Mall? Just forget it, it's fine. Aku akan pulang. Bye Justin"

"Hope you always healt and safe, I love you."Ucap Justin pada akhir pembicaraan.

"Yeah..."Langsung kuputuskan pembicaraan kami.

Dia begitu posesif dan over protectif. Tapi aku suka dia begitu perhatian. Ahh, aku sangat merindukannya. Aku langsung keluar dari toilet ini dan duduk ditempat aku dan kedua sahabatku tadi makan. Langsung kubereskan makananku dan memanggil pelayan untuk menghitung total pesanan kami. Aku sengaja mentraktir mereka berdua. Biarlah, hanya sesekali. Aku berpamit dengan mereka dan langsung pergi keluar dari gedung ini. Begitu turun dari eskalator, ada beberapa papparazi yang menghampiriku sambil bertanya

"Apakah benar Justin berselingkuh?"

Tapi aku tidak menghiraukannya dan tetap berjalan lurus. Terserah apa yang mau mereka lakukan. Silahkan saja mengambil gambarku atau sejenisnya. Aku tidak peduli. Ini sudah resiko.

Aku langsung menyetop taksi yang akan lewat didepanku. Kunaiki dan kusebutkan alamat rumahku kepada supir. Taksi pun langsung melesat tanpa memperdulikan banyak orang yang berada disekitar kami.

~

Kutunggu-tunggu Justin diruang tengah sambil menonton tivi dan makan kentang goreng dengan sekaleng coca-cola. Baru saja aku selesai mandi. Dengan rambut yang agak basah, aku duduk santai di sofa yang empuk ini. Baru saja menaruh bokong, tiba-tiba suara bel yang sangat mengganggu ini berbunyi. Siapa sih yang bertamu malam-malam begini? Menghancurkan mood pula. Dengan malas aku berjalan pelan. Saat kubuka pintu utama rumah ini, langsung saja aku disambar oleh seseorang dengan pelukan eratnya. Aku terkaget. Aku mendengar suara deruan nafasnya yang memburu dan detak jantungnya yang bergetar hebat. Tubuhnya yang agak dingin ini tidak menyembunyikan wangi khas tubuhnya itu. Justin. Pria yang kutunggu-tunggu. Dengan senang, kubalas pelukannya dengan sayang. Justin masih saja menaruh kepalanya dibahuku. Menciumi wajahku dengan lembut sambil melampiaskan rasa rindunya. 

Kath, I Love YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora