Md-16

48.9K 1.7K 101
                                    

Aku berjalan menyusuri setiap koridor sekolahku,  dengan wajah yang malas aku membuka memasuki ruang kelasku yang sudah ramai dengan siswa-siswi yang berpakaian sama dengan ku.

"Adell" aku menegakkan wajahku menatap wajah sahabatku Eve yang baru saja memanggil namaku .

"Hmm" dengan malas aku hanya bergumam menjawabnya, lalu mendudukkan bokongku di atas kursi disebelah Eve.

"Hey, apa kau—"

"Tidak" kataku cepat memotong ucapannya.

"Aku belum selesai berbicara Adell" Aku terkekeh geli ketika Eve memanyunkan bibirnya tanda ia kesal.

"Apa? "

"Mr. Max kemarin mengandeng seorang perempuan di depan kantornya" Kata Eve.  Dan sukses membuat kedua bola mataku melebar.

"Tuh kan, aku tau kau pasti terkejut mendengarnya, aku saja saat pertama kali melihat fotonya aku ingin sekali menarik rambut perempuan itu yang sudah berani menggoda Mr. Max" Eve melanjutkan argumentnya, bahkan dia juga meremas buku yang ada diatas meja kami dengan gemas.

"Fo.. Foto? " astaga suara ku bahkan seperti suara tikus terjepit.

Eve mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi galeri dan membuka salah satu Foto.

Di foto itu terlihat jelas jika Max sedang menggandeng seorang gadis, tapi ketika dia amati sepertinya dia mengenali perempuan itu. Bukankah itu adalah...

"Adell, jika aku lihat-lihat dari postur tubuhnya sepertinya mirip dengamu" aku menggigit bibir bawahku.

"Ahh, itu tidak mungkin aku, tapi meskipun aku berharap" ucapku bercanda. Tapi detak jantungku berdetak kencang.

"Dasarr" katanya, aku menghembuskan nafasku, untung saja.  Memang benar sosok perempuan itu adalah aku, tapi yang aku syukuri didalam foto itu aku membelakangi kamera sehingga tidak ada yang tau jika yang ada di dalam pelukan Max adalah aku sendiri

"Morning" sapa Mrs. Liana yang mengajar bahasa Spanyol. Kami semua mulai duduk dengan rapi dan memulai pelajaran Mrs. Liana dengan suasa hening.

*******

Aku dan juga Eve saat ini berada di sebuah swalayan yang terkenal. Sebenarnya aku sudah menolak ajakan Eve tadi, hanya saja sahabatku ini memaksaku dengan segala bujuk rayuannya sehingga disinilah aku menemani eve membeli beberapa pakaian dan juga sepatu.

"Adell, kau yakin tidak mau memilih salah satu dari mereka?" Tanya Eve menunjuk kearah salah satu sepatu yang ada di rak.

"Tidak perlu Eve" Kataku, sebenarnya aku meringis ngeri karena sebenarnya sepatu yang di tunjuk oleh Eve sudah ada pada ku karena Pria super sibuk itu membelikanku beberapa hari yang lalu.bukan hanya sepatu, karena pria itu juga membelikanku tas dan juga pakaian yang super mahal.

"Baiklah, setelah ini kita akan kemana?" Tanya Eve.

"Bagaimana jika kembali pulang,karena aku baru ingat jika aku harus mengerjakan sesuatu di rumah" Bohongku, namun tidak sepenuhnya bohong karena aku memang ingin pulang tapi bukan karena ingin mengerjakan sesuatu tapi karena aku tau Max pasti akan marah jika tidak menemukan ku di Rumah pria itu.

"Yah..ini masih terlalu awal Adel untuk kembali kerumah, biasa nya kita kan pulang sekitar jam Sembilan malam" Katanya. memang benar apa yang dikatan Eve barusan, tapi saat ini aku tidak tinggal sendiri maupun bersama orang tua ku.

"Emm..kau tau kan Eve jika Paman ku tidak suka jika aku pulang terlalu lama" Kataku, sebenarnya aku merasa tidak enak membohongi sahabatku, apalagi aku juga membohonginya soal aku tinggal di rumah pamanku.

"Baiklah, aku akan mengantarkanmu" Aku menganggukkan kepalaku.

kami berdua berjalan keluar dari Swalayan dan menuju parkiran. "Eve bisakah nanti aku turun di dekat lampu merah saja nanti" Kataku setelah aku masuk kedalam mobil milik Eve.

"Kenapa harus disitu? biar aku antar kau sampai dirumah pamanmu, sekalian biar aku tau dimana rumah pamanmu itu" Aku menggarut kepalaku bingung, tidak mungkin aku berhenti di rumah Max, bisa-bisa Eve akan membotaki rambutku.

"Eve please" Mohonku.

"Baiklah" Katanya akhirnya. hingga dalam beberapa menit kemudian mobil Eve berhenti di tempat yang aku inginkan. sedari tadi Eve memang bertanya kenapa kau harus turun disini.namun aku mengatakan jika pamanku yang akan menjemputku dari sini. eve yang memang mudah percaya kepadaku pun langsung menganggukkan kepalanya.

setelah aku melihat Mobil silver Eve sudah menghilang dari penglihatanku. aku pun bergegas berjalan kearah berlawanan menuju Rumah Max. untung saja Dari lampu merah ini tidak jauh dari Rumah Max sehingga hanya membutuhkan waktu 20  menitan untuk sampai rumah Max.

Aku menghembuskan nafas ku dengan lega saat aku sudah berhasil masuk kedalam Rumah tanpa harus ketahuan. "Sepertinya Max belum pulang" Gumamku menghembuskan nafas lega.

"Baru pulang Heh?" Aku terkejut hingga tanpa sadar aku melangkah mundur. tiba-tiba saja Max berdiri di depan pintu kamar sambil melipat kedua tangannya. dia menatapku dengan tajam.

"Emmm....Itu tadi sa--saya--"

"DARI MANA HAH?" Teriaknya kencang. dia melangkahkan kakinya mendekati ku dan langsung mencengkram rahangku dengan kuat.

"Le--lepas...ini sa--kit" Ringis kesakitan. aku berusaha melepaskan tangannya dari rahangku.

"Dasar jalang, tidak tau diri" Makinya. aku meremas tangannya yang ada di rahangku, tanpa sadar aku juga membalas tatapan tajamnya.

"APA?" Bentaknya lagi tepat di wajahku.

"Jalang?" Ucapku lirih, entah kekuatan dari mana, aku mendorong tubuhnya sehingga tangannya terlepas dari rahangku. dengan amarah aku berjalan melewatinya begitu saja,namun aku merasa sakit di rambutku.

"Mau Kemana kau hah!" Dia menarik rambut ku dengan sangat kuat.

"APA MAUMU HAH!" teriakku penuh emosi.

"Kau membentakku..KAU MEMBENTAKKU JALANG"

cukup sudah dia mengatai ku jalang. air mataku menetes dari mataku "Kenapa hah..apa kau kaan menyiksa ku seperti awal kau membawaku keneraka ini?" Tanya ku lirih, bahkan tubuhku gemetar.

"Jangan coba memancing amarahku Adell" Dengan teganya dia melempar tubuhku kearah meja sehingga gelas yang sedari tadi diatas itu jatuh dan menimbulkan bunyi yang nyaring.

seakan tanpa berfikir lagi, aku mengambil pecahan kaca itu lalu menusukkannya di perutku.

"Ahhh" Rintihku sakit ketika pecahan kaca itu menembus kulit perutku.

"ADELLI...." panggil Max dengan wajah terkejutnya. bahkan Pria itu mencoba menyentuhku namun aku menepisnya dengan sisa-sisa tenagaku.

"Jangan mendekat..hiks" Kataku pelan sambil memegangi perutku yang mengeluarkan darah.

"Apa yang kau lakukan sayang? kenapa?" Tanpa melanjutkan ucapannya, Max menggendongku menuju kamar, samar-samar aku dapat melihat dia mengeluarkan air matanya.

Master Devil  (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now