T W E N T Y T H R E E 🔫

1.5K 119 0
                                    

Havrelt tidak menolehkan tatapannya pada seseorang yang dirantai. Ia duduk dengan santai di kursi yang berjarak semeter dari orang yang terikat itu. Netra kelabunya menatap tajam ke arah wanita yang baru saja ia siksa.

"Adria Karlisia," Havrelt menyebut nama itu dengan nada rendah, ketika melihat tidak ada respon dari wanita yang di depannya. Havrelt tidak bisa menyembunyikan seringai iblis dari wajahnya. Pria itu melanjutkan, "kalau saja kau tidak menyentuh Penyihirku, mungkin aku tidak akan memotong tanganmu. Kalau saja kau mau bekerja sama dan membuka mulutmu lalu mengatakan siapa yang menyuruhmu, kau tidak akan kehilangan suaramu. Karena aku tidak akan merobek lehermu."

Ia bangkit dari duduknya, tatapan tajam tidak menghilang dari wajahnya. Dua jam lalu, Archer mengatakan padanya jika Adria--- wanita yang menjadi dalang dari penculikan Blace, tidak membuka suara tentang yang menyuruhnya melakukan aksi penculikan. Mereka bahkan tidak tahu motif yang jelas mengapa alasan Blace dijadikan subjek untuk penculikan. Karena penculikan itu tidak berdasar, Archer mengatakan ada orang lain yang menyuruhnya untuk melakukan hal itu. Seperti sebuah dendam.

Havrelt berdecih, ia berdiri tak jauh dari tubuh Adria yang sudah tak bernyawa. Mungkin jika Archer yang menanyakan pada Adria, walaupun tidak mendapatkan jawaban. Mungkin wanita itu tidak akan berakhir seperti sekarang. Namun, karena Havrelt yang menginterogasi, pria itu tidak mau menghabiskan banyak waktu untuk bisa mendapatkan jawaban jika wanita itu tidak mau bekerja sama dan mengatakan siapa yang menyuruhnya. Jika ia memang tidak akan mendapatkan jawaban. Sekalian saja wanita itu mati. Karena Havrelt akan mencari tahu cara lain. Agar ia bisa membalas perbuatan mereka.

Havrelt membawa kakinya melangkah keluar dari ruangan kedap suara dalam mansionnya. Ketika ia membuka pintu, Archer dan beberapa pengawalnya yang berpakaian hitam menunggunya di sana.

Keadaan Havrelt cukup kacau dengan darah Adria yang mengotori tangan dan bajunya. Ia menerima sapu tangan saat Archer menyodorkan padanya.

"Bereskan mayatnya." Titah Havrelt tak terbantahkan pada seseorang yang berada di belakang Archer.

Sambil membersihkan tangannya, ia berjalan dari sana, menelusuri lorong yang remang-remang. Mereka berada di bawah tanah dalam di mansion Havrelt. Salah satu tempat eksekusi musuh berada di sana.

Ia menoleh pada Archer. Tiba-tiba ia memikirkan sesuatu. "Apa James sudah kembali?"

"Belum, Tuan."

Havrelt tidak bisa menyembunyikan kernyitan di dahinya. Ia bisa memaklumi jika James butuh hiburan, tapi ia tidak menyangka jika James benar-benar menghabiskan waktu seharian dengan penyihir itu. James bahkan mengingatkannya agar tidak ada anak buah Havrelt yang mengikuti saat ia menghabiskan waktu bersama Blace. Entah mengapa, Havrelt merasa yakin jika James mulai menganggap Blace lebih dari seorang adik. Mungkin seperti menyukainya. Havrelt hanya belum percaya dengan tuturan James mengenai hal itu, pria yang tidak memiliki hubungan darah dengan seorang wanita, mungkin akan lebih dari sekedar adik.

Mengenai penyihir itu, Havrelt sungguh-sungguh tidak akan membiarkan siapa pun atau para musuhnya menyentuh penyihir itu. Menyentuh dalam arti kata melukai. Karena Havrelt tidak bisa membiarkan wanita itu mati sebelum menemukan barangnya.

"Dan Tuan, air hangat untuk anda sudah siap."

Havrelt mengangguk, menguarkan rambut yang berkeringat dengan tangan yang bersih. Ia perlu menjernihkan pikirannya. Tidak perlu memikirkan hal tidak praktis lagi. Hari ini ia beruntung karena Freya mengatakan sedang bertemu dengan temannya, dan akan pulang terlambat. Jadi, Havrelt tidak perlu khawatir jika Freya akan melihat Havrelt membunuh orang lagi.

My Witch GangsterWhere stories live. Discover now