Cinta Dalam Diam 1

14.6K 1.4K 383
                                    


✳️✳️✳️

"Net, denger-denger atasan lo ganti ya?" Tanya Sari mensejajari langkahku masuk dalam kotak besi berpintu.

Keningku berkerut dalam dapat informasi dari Sari. "Masa, sih? Tiga hari kemarin gue cuti sih, jadi nggak tahu kabar. Lagian Pak Pras nggak bilang apa-apa pas gue izin kemarin."

Sari terlihat mengangkat bahunya. "Gue juga belum tahu sih, denger dari anak-anak juga tadi di parkiran. Kata mereka sih masih single dan ganteng," sahut Sari. "Tapi hari ini beliau baru masuk kantor."

"Wah."

Bagiku sama saja, siapapun atasanku tetap saja posisiku tidak berubah, kecuali yang jadi bos baruku adalah laki-laki yang sempat aku suka semasa SMA, itu baru beda. Bukan dalam hal kedudukan atau pun gaji tapi hatiku. Sampai sekarang ini aku masih terpaku padanya padahal dia belum tentu mengingatku.

Tapi itu tidak mungkin Jakarta itu luas jadi kecil persentasenya bertemu. Kalaupun benar dia menggantikan Pak Setya, cowok itu tak akan mengenaliku. Siapa aku sampai dia mengenalku? Aku bukanlah murid populer semasa SMA tapi bukan golongan yang pendiam juga. Normal saja.

"Gue turun dulu." Sari menepuk lenganku.

"Iya."

Tidak lama aku turun. Beberapa rekan kerjaku sudah datang, kami ngobrol sebentar sebelum jam kantor dimulai.

✳️✳️✳️

Gila. Ini benar-benar gila. Halu hakikiku terkabul. Astaga. Kalau seperti ini hatiku yang tidak sehat. Bisa-bisa aku perlu lem kuat untuk merekatkan jantungku pada tempatnya karena berdetak lebih kencang dari biasanya. Bagaimana mungkin dari sekian banyak perusahaan di Jakarta dia, Kavin Davendra, yang harus menjadi atasanku. Oh God. Permainan macam apa ini? Sampai harus bertemu dengannya.

"Neta tolong bawa masuk semua berkas yang harus saya tanda tangani." Kavin memerintahku sambil lalu masuk ke ruangannya tanpa memberiku kesempatan menjawab.

Aku langsung masuk karena pintu tidak ditutup olehnya. Melihat Kavin seperti itu membuat perutku tergelitik, bukan geli tapi sesuatu yang aneh ingin disentuh. Ya Lord. Sejak Kavin menjadi bosku, pikiran kotorku mulai meracuni otak suciku. Aku tak pernah mengkhayalkan seorang pria, tapi kedatangan Kavin dua bulan lalu seolah membuka kotak pandora bagian tergelap diriku. Aku jadi sering memimpikan dia, ya meskipun bukan mimpi basah, tetap saja cukup mengganggu tidurku.

"Ini, Pak." Kusodorkan beberapa map berisi berkas yang perlu dibacanya ulang. Saat jari kami bersentuhan tanpa sengaja, kulitku seakan tersengat listrik namun berdaya kecil. Segera kutarik tanganku agar tak menimbulkan getaran aneh dalam diriku. "Kalau begitu saya permisi. "

"Hemm."

Cepat-cepat aku berlari keluar dari ruangan Kavin. Astaga, astaga, astaga gara-gara jemarinya jantungku langsung berdentum keras, sampai-sampai aku takut Kavin mendengarnya. Oh, jantung kumohon berdetaklah dengan tenang jangan membuatku khawatir.

"Kenapa, sih? Pak Kavin marah?" Tanya Imel sembari menepuk pundakku.

Aku menggeleng untuk menjawab pertanyaan Imel karena aku sedang mengatur napasku. "Nggak, kebelet aja," ujarku lalu ke kamar mandi untuk menenangkan gedoran tak sopan di jantungku.

Kumpulan Cerita CintaWhere stories live. Discover now