16. Dendam Dalam Permainan

1.4K 126 5
                                    

Rafli masuk kedalam kamarnya sambil membawa papan ouija, dia duduk didepan meja cerminnya. Dia terus menatap papan ouija itu sambil meneteskan air matanya.

"Gua kangen sama lo Gy, bantu gua, bantu gua kak," katanya lirih.

Rafli membuka papan itu dan meletakkan panchlatte di atas papan ouija. Dia menatap kearah cermin dan kemudian mengangkat panchlatte kedepan matanya, dia mengintip cermin di hadapannya melalui lubang dari panchlatte itu, matanya terbuka lebar sambil menatap cermin itu.

*****

Maura menunggu Rafli yang masih saja belum datang kerumahnya untuk menjemputnya. Dia menatap jam tangannya dan berdecak kesal karena sudah 15 menit dia menunggu Rafli.

Rafli!!!

Sebuah teriakan dan kemudian di iringi tangisan dari rumah Rafli, Maura langsung berlari menuju rumah Rafli. Dia langsung masuk kedalam rumah Rafli dan melihat mamanya sedang menangis histeris didalam kamar Rafli. Dia tersentak hebat pasalnya Rafli telah menggantungkan dirinya dibalik pintu kamarnya.

Maura mulai terjatuh, dia tidak percaya bahwa Rafli pergi meninggalkannya. Maura melihat kearah mama Rafli yang sampai saat ini masih menangis histeris, dia berusaha menenangkan mama Rafli namun mama Rafli langsung pingsan dan membuat Maura semakin panik.

*****

Rafli langsung dimakamkan disamping makam ayahnya. Maura langsung memeluk Joshua, badannya lemas, dingin, dan juga pucat. Maura masih tidak percaya jika Rafli akan pergi meninggalkannya begitu saja.

Dwi dan Joshua mengantarkan Maura pulang ke rumahnya, sejak tadi Maura hanya diam dan membuat mereka menjadi semakin khawatir, namun Maura meyakinkan mereka bahwa dirinya baik-baik saja. Dwi dan Joshua langsung kembali ke rumah mereka masing-masing, Maura langsung masuk ke rumahnya dan berlari ke kamarnya.

Sepucuk surat telah dia temukan dikantong celana Rafli, dia membaca surat itu dan kemudian menangis setelah membaca isi surat itu yang berisi :

Jangan nangis, gua sayang sama lo Ra

Itulah isi surat tersebut, Maura terus menangis karena masih belum bisa menerima kepergian Rafli.

"Kenapa lo harus pergi Fi, gua sayang banget sama lo.." kata Maura disertai isak tangisnya.

Maura langsung menaruh surat itu di dalam laci mejanya, setelah itu dia langsung tidur di tempat tidurnya. Tanpa dia sadari, sejak tadi seseorang memperhatikannya dari kaca jendelanya, dia menyeringai menakutkan dan kemudian keluar darah dari mulut dan juga matanya.

*****

Hiks hiks hiks..

Suara tangisan dari dalam kamar mandi Joshua, Joshua terdiam dan merasa sedikit ketakutan, dia teringat dengan kejadiannya beberapa waktu yang lalu.

Joshua terus duduk di sudut kamarnya sambil memeluk gulingnya. Suara tangisan itu semakin keras dan membuatnya tak nyaman. Joshua memberanikan dirinya untuk membuka pintu kamar mandi itu, dengan langkah perlahan dia pergi menuju kamar mandinya hingga dia berada di depan pintu kamar mandi. Dia membuka pintu kamar mandi itu dan melihat seorang anak kecil dengan wajahnya yang hancur, napasnya mulai sesak, anak kecil itu mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk kearah guling yang dia bawa.

Saat dia melihatnya, ternyata itu adalah pocong yang dipenuhi oleh darah. Joshua langsung melempar pocong itu kearah anak kecil itu dan dia pergi dari kamar mandi. Joshua duduk di atas kasurnya dengan posisi kaki yang ditekuk. Barang-barang dikamarnya mulai berjatuhan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, degup jantung terus berdetak tak karuan. Ketawa kuntilanak mulai memenuhi isi ruangannya, dia terus mengedarkan pandangannya mencari kuntilanak itu, tiba-tiba kuntilanak itu sudah ada di depannya.

Death School [TAMAT]Where stories live. Discover now