01

3.8K 214 5
                                    

Semua ini bermula dari-

Gue gak tahu tepatnya kapan, bisa jadi sejak umur gue tiga tahun, atau sejak sekarang-sekarang ini.

Lee Donghyuck atau Haechan nama panggilannya, walaupun semua orang biasa manggil dia Donghyuck, cuma gue yang manggil dia Haechan.

Terlahir sebagai sepupu gue, lahir di tahun yang sama walaupun dia lebih tua beberapa bulan dari gue. Ibu Haechan berdarah asli Korea, sedangkan bapaknya orang berdarah campuran Jawa timur dan Jawa tengah yang tak lain adalah kakak dari ibu gue.

Dia sebenernya punya nama Indonesianya, tapi entah kenapa semua udah kebiasa manggil dia pake nama Koreanya.

Bocah yang gue benci karena nyebelin tingkat akut, waktu masih kecil hampir tiap hari berantem karena hal-hal sepele dan goblok.

Tapi semua agak berubah.... kayaknya?? Walau rasa kesel gue gak pernah absen muncul buat dia.

Kami berdua bisa dibilang beda 180 derajat, mulai dari selera musik, makanan, dia film-gue buku, dia gamer sedangkan gue benci game. Yang sama cuma selera humor, sama-sama rendah.

...

Pasta masih terjebak di dalam mulut gue untuk beberapa saat, gak gue telen karena takut keselek, kenapa? Haechan duduk di depan gue, berusaha terus ngeluarin lelucon dia, yang sebenernya gak lucu, dan orang lain pun gak ada yang ketawa. Tapi gue orangnya receh kebangetan, apalagi bagi gue, Haechan napas aja lucu. Ini sedih sih.

"Diem bego." Desis gue pelan setelah berhasil nelen pasta tadi dengan susah payah, kaki gue nendang kakinya di bawah meja kenceng-kenceng.

"Ett TANTE! NIA NGOMONG BE-"

'Dukkk'

"Eh anjir lo hampir nendang biji gue!" Pekik Hechan tertahan.

Gue langsung nunduk pura-pura fokus sama makanan gue lagi, dan ngebenerin posisi kaki gue yang sebelumnya nendang Haechan asal tapi keras, gak meduliin tatapan tajam orang tua Haechan ke anaknya, bikin dia misuh-misuh. Dan orang tua gue pun natepin gue tajem.

"Beruntung lo, Eyang kakung sama putri gak ada haha."

Gue terkekeh, ngeliat Haechan yang gak jawab apa-apa tapi mukanya merah.

Setelahnya kita berdua dimarahin, untuk yang keberapa ribu kalinya karena bikin keributan.

"Ih yaudah diem laah, makan burger lo yang bener. Mending kita ngomongin yang asik-asik aja." Keluh gue sebelum Haechan ngelakuin hal yang memicu keributan lagi.

Soalnya gue dan Haechan itu bagaikan gue api kecil, dan dia bensin. Haechan dimata gue selalu lucu, terus gue receh dan kalo ketawa gede banget.

"Nia, gue diem doang gak gerak juga bisa bikin lo ketawa. Semua orang tau itu." Jawab dia sambil ngelipet lengannya di atas meja terus majuin badannya ke arah gue, masang senyum sombong.

Gue mendengus, dan ngedorong keningnya mundur, gue bisa denger jelas helaan napas keras dari masing-masing orang tua kami.

"Yaudah diem aja."

"Oke gue diem."

Belum sampe satu menit, ada rengit, tau kan? Serangga yang kecil banget itu, berusaha masuk ke hidung Haechan, Haechan berusaha nepok dan ngehela napas keras-keras dari hidungnya biar rengit itu pergi. Dan hasilnya gue ngakak kenceng, mukulin paha gue sendiri keras-keras.

Tawa gue mereda karena Haechan pun udah selesai gelut sama rengit dua menit lalu, gue ngusap ujung mata gue berkali-kali.

"Liat kan? Gue gak ngapa-ngapain, cuma menjalani hidup sebagai manusia penuh ujian, tapi lo bisa ngakak segitunya."

Cousin - NCT HaechanWhere stories live. Discover now