35 Perjuangan Pria

63.1K 7.4K 490
                                    

Syera duduk di sisi ranjang, membiarkan Erik yang masih setia berdiri di balik pintu menatap istrinya lekat. Beberapa kali ia mengerjap, lalu menggeleng pelan dengan kernyitan samar. "Kamu mau dijodohin?"

Informasi Erik yang akhirnya membuka suara tak terdengar masuk akal. Syera memperhatikan pria itu, lalu mencebik. "Aku tau papa itu aneh untuk ukuran orangtua. Tapi dia masih waras." Tidak mungkin ayahnya akan menjodohkan Syera dengan pria lain sementara dirinya sudah bersuami.

Erik menggeleng cepat, lalu menyusul Syera, duduk di samping wanita itu yang segera menghadapnya. "Bukan. Maksud aku sebelum kita nikah."

"Aku udah ngasih tau, kan, kalau papa bakal jodohin aku kalau ngga nikah-nikah juga. Papa cerita?"

Erik mengangguk.

"Waah belum move on juga dari mantu idaman."

Syera merasa lucu pada kelakuan ayahnya yang kelewat memaksakan diri.

"Papa ngga setuju kita nikah."

Itu bukan sebuah pertanyaan yang perlu Syera jawab. Jadi wanita itu tersenyum dan memberikan jitakan pelan pada kening suaminya. "Penting dia ijab-in kita."

"Masalahnya papa ngga setuju sampai sekarang. Ada masalah ya sama aku?"

Syera menggeleng, berusaha memusnahkan cemas di raut suaminya. "Kesalahan kamu cuma satu. Kamu bukan polisi atau TNI." Wanita itu meremas tangan Erik, meyakinkan pria itu jika apa yang Erik khawatirkan bukan masalah besar. "Papa ngomong apa aja, sih? Serius banget sampe kamu lesu gini?"

"Ngga ada. Aku cuma sedikit kepikiran sama apa yang papa bilang. Laki-laki yang dijodohin sama kamu masa katanya masih nunggu."

Lantas saja Syera tertawa mendengar penuturan Erik. "Cuma karena itu kamu lesu?"

"Itu bukan cuma, Syer. Satu jam lebih nemenin papa main catur sambil dengerin dia ngomong, aku jadi nangkep apa maksudnya."

"Apa?"

"Dia ngga pernah mendoakan kelanggengan rumah tangga kita."

Andra Trija Kusuma. Ayah tiga anak yang terobsesi menjadikan keturunannya seperti dia. Prajurit Negara terbaik. Tak peduli lelaki atau perempuan, semua anaknya harus dirinya pecut sedari dini agar menjadi pribadi yang kuat dan terhormat.

Hanya saja pria itu lupa jika tidak dalam segala hal pria dan wanita bisa disamaratakan.

Syera diatur kehidupannya semenjak kaki menapak ke tanah. Ibunya tak berperan banyak dalam mengurus wanita itu, karena kalah keras oleh ayahnya. Hingga kemudian ia memberontak ketika sang ayah ingin mendaftarkannya ke kepolisian.

Wanita itu ingin menjadi dirinya sendiri. Bebas melakukan apapun yang disukai. Bukan melaksanakan apa yang sang ayah mau, namun menyiksa Syera lahir batin.

Beruntung setidaknya sang ibu terus memperhatikannya. Setidaknya ada yang membela dirinya ketika Syera ingin meraih apa yang ia inginkan. Bebas dari kekangan, paksaan, dan siksaan.

Memang ayahnya tak begitu jahat jika ingin ditelaah lagi. Setiap Syera mau menuruti yang ayahnya minta, maka apapun yang ia mau--barang--pasti akan dituruti.

Tapi terkadang tak ada yang ia minta selain diam di rumah membantu ibunya di dapur, sambil bersenda gurau. Demi Tuhan, dia wanita yang tak hanya menghabiskan waktunya di ring tinju, di bawah sinar matahari, di pelatihan Karate, Taekwondo, dan sebagainya.

"Rik, doa mama lebih mabrur dari apapun. Jadi aku ngga khawatir kalau papa doa ini atau itu."

Erik memperhatikan istrinya seksama. "Kamu ... ngga suka sam--"

Perfect AgreementWhere stories live. Discover now