Di balik pembuatan (B)ilang

3.5K 674 36
                                    

Awalnya saya tidak tahu

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Awalnya saya tidak tahu. Bahkan, tidak peduli. Tetapi, salah satu kakak tingkat saya bercerita banyak. Mungkin, inilah gunanya kita harus banyak berdiskusi dengan orang lain-yang memiliki pemikiran berbeda dengan kita.

Keingintahuan yang besar membuat kaki saya melangkah ke perpustakaan universitas bagian tandon dan harus berjuang mengangkat koleksi koran lama tahun 1997-1998 yang lumayan berat untuk saya yang saat itu belum sempat makan siang.

Di sana, saya seperti terhipnotis. Membaca kolom demi kolom hingga akhirnya menemukan secuil bagian yang benar-benar membuat hati saya remuk sejadi-jadinya.

Kamu pun melihatnya. Iya, si Suyat itu. Yang entah sekarang sedang dimana dan sedang apa. Hanya Tuhan yang tahu.

Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Saya hanya terduduk lemas di depan koleksi koran lama yang sangat besar itu sambil menerawang: Bagaimana jika saya yang menjadi orangtua Suyat? Apakah saya bisa menerima? Apakah saya bisa setegar mereka?

Maka, untuk mengobati keresahan dan kesedihan hati saya, cerpen (tidak jelas) ini tercipta. Diiringi lantunan Banda Neira yang bernyanyi Langit dan Laut, saya membayangkan diri menjadi Sadewa.

Awalnya, saya kirimkan cerpen ini ke lomba bulan bahasa universitas tetangga. Tetapi, mungkin tahun ini memang bukan rejeki saya. Lagipula, saya pun tidak benar-benar yakin bahwa cerpen ini akan lolos. Hahaha.

Mungkin itu saja. Terima kasih sudah sempat membaca. Sejujurnya, ini tidak penting dan tidak banyak. Yang membuat pengalaman saya seru dan yang selalu saya ingat mungkin... buku perpustakaan fakultas yang saya pinjam justru menghilang saat saya tinggal di perpustakaan universitas—saat saya sedang serius membaca koran-koran.

Lalu teman-teman saya pun bertanya: Pril, kenapa nama dan NIM lu ada di depan pintu perpus?

Haha. Saya pun seketika merasa menjadi buronan.

(B)ilangDär berättelser lever. Upptäck nu