(12)

1.4K 59 0
                                    

Akhirnya Raskya memilih untuk mengambil tawaran bekerja di klinik Psikologi yang berada di Yogyakarta itu. Meski berat untuk meninggalkan ibukota yang memiliki banyak kenangan baginya. Tapi kembali lagi ia mengingat jika menerima tawaran tersebut, karir kerjanya akan berkembang.

"Ibu pasti akan baik-baik saja, kamu harus terus kembangkan karir kamu membantu orang ya," Misya kembali memastikan Raskya yang tampak bimbang meninggalkannya.

"Ibu janji ya dengan Anya, nanti harus selalu kabari Anya ya bu," "juga ibu harus sehat dan bahagia selalu jangan sedih ya," Raskya memeluk ibunya dengan rasa sedih.

Bagi Raskya, Misya adalah ibu yang selalu membuatnya yakin bahwa di dunia ini ada orang yang peduli terhadapnya. Misya juga merupakan pendukung yang selalu ada disampingnya, dalam keadaan apapun.

Kembali Misya mengingatkan, "Anya kamu jangan terlalu mengkhawatirkan ibu, ibu pasti akan selalu baik-baik saja,"

Keberangkatan Raskya untuk menetap di Yogyakarta terhitung dua hari lagi. Sebelum pindah ke Yogyakarta, Raskya akan menyelesaikan berbagai hal yang ada di Jakarta, termasuk bertemu Adit dan keluarga. Ia yakin bahwa ada sesuatu dibalik pertemuan lalu antara Nanisha dan juga ibunya.

Setelah berpamitan dengan ibunya Raskya lanjut untuk menemui Adit dan juga ibunya. Pertemuan ini Raskya rancang tanpa sepengetahuan ibunya, pasti jika diketahui oleh Misya pasti ia tak menyetujui hal ini.

Sesampainya di salah satu restoran steak mewah, Raskya langsung disambut hangat oleh Nanisha.

"Raskya, apa kabar kamu nak?" Belum Raskya menjawab sudah dipotong lagi dengan sebuah pertanyaan, "tante yakin pasti kamu akan kembali dengan Adit kan?"

"Saya baik, tapi maaf tante. Saya tidak akan kembali lagi dengan Adit," jawab Raskya tegas dengan tatapan matanya yang tajam.

"Kamu jangan malu-malu, bilang saja dengan anak saya kalau kamu mencintainya," Kembali Nanisha memaksa.

Raskya kembali membalas dengan gaya bahasa yang formal, "Maaf tante, saya tidak mau basa basi,"

"Kamu kelihatannya keras kepala sekali ya Raskya," "bisa tidak ya kalau saya pecahkan kepala kamu?" Sontak Raskya terkejut dengan penuturan Nanisha, tapi ia tetap fokus pada banyak pertanyaan yang sudah ada dikepalanya.

"Sebenarnya apa alasan tante datang ke rumah saya dan marah-marah ke ibu saya?" serang Raskya dengan nada yang tinggi.

"Rumah kamu?" Nanisha tertawa hambar mendengar pertanyaan Raskya.

"Saya butuh jawaban, bukan pertanyaan," geram Raskya.

"Baiklah, ibu kamu itu adalah perebut Khalid dari saya. Mengerti kamu?" jawab Nanisha dengan angkuh.

Raskya menjawab, "Saya tidak percaya," Penuh percaya diri.

Nanisha menyodorkan sebuah pisau steak seraya berkata, "Semua harta Khalid adalah harta saya, jangan macam-macam kamu sama saya,"

"Misya itu manusia bodoh yang sudah dimanfaatkan Khalid," kata Nanisha dengan senyuman jahatnya.

Raskya tak tinggal diam. "Jangan macam-macam anda dengan ibu saya!" pekik Raskya yang mengundang tatapan pengunjung lainnya.

"Saya adalah orang yang buat hidup kamu dan ibumu hancur saat dulu, dan kesengsaraan itu akan saya ulangi kembali," Dengan santai Nanisha mengancam.

"Tolong ya jangan jadi anak durhaka dan juga gak tahu diri, sudah membatalkan pernikahan dengan sepihak. Dan sekarang ngaku rumah itu milik kamu," Nanisha tertawa renyah setelah mengucapkan kata-katanya.

Rasa terkejut dan juga rasa dendam tercampur menjadi satu dibenak Raskya. Ia segera berlari diiringi tangisannya, meninggalkan restoran tersebut. Segera ia lajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan tak tahu kemana arah yang akan ia tuju.

Hancur, satu kata yang dapat mendeskripsikan keadaan Raskya.

Baginya ini adalah luka lama yang terkuak kembali, luka yang menjadikan alasan ia bercita-cita menjadi psikolog. Luka yang telah disimpannya selama 15 tahun lamanya, ia tak menyangka bahwa ibu mantan tunangannya adalah orang yang menghancurkan kebahagiaan ia dan ibunya dulu.

Nanisha adalah penyebab kebahagiaan Raskya dan ibunya menjadi hancur. Disaat Raskya menginjak umur 10 tahun, ayahnya mempunyai perempuan simpanan dan akhirnya dijadikan Khalid sebagai istri kedua.

Semenjak mempunyai istri kedua, Khalid mengabaikan Misya dan juga Raskya. Raskya yang awalnya merupakan anak yang ceria secerah bunga matahari berubah menjadi muram, kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan dari ayahnya diambil oleh sang perebut.

Namun setelah 5 tahun berlalu, Khalid memutuskan untuk bercerai dari Nanisha dan kembali pada keluarga kecil yang telah ia bangun, Raskya pun ceria lagi setelah ayahnya kembali.

Citttt....

Secara mendadak Raskya mengerem mobilnya, lalu ia segera mengucapkan istighfar dan menyadarkan dirinya dari masa lalu yang sangat membuatnya trauma.

Setelah dirasa sudah tenang dari tangisannya, Raskya menghapus air matanya ia sedari tadi tak berhenti menetes. Lalu memutuskan untuk melaju pulang kerumah. Sesungguhnya Raskya sangat sakit hati dengan segala perlakuan Nanisha terhadap ia dan keluarganya.

***

Hari ini adalah hari terakhir Raskya tinggal di ibukota sebelum ia pindah ke Yogyakarta. Rencana besar akan dia lakukan pada hari ini, yaitu bertemu dengan Adit. Kali ini Raskya tidak sendiri, namun ditemani oleh dua sahabatnya, Geitsa dan Khanza. Geitsa dan Khanza membantu Raskya dengan hati yang tulus. Mereka bertiga sudah berkumpul di apartemen Khanza dan akan menemui Adit.

Mobil yang dikendarai oleh Khanza melaju ke salah satu taman yang ada di Jakarta. Raskya telah membuat janji dengan Adit. Sekedar informasi saja, Adit merupakan anak semata wayang jadi wajar saja jika Nanisha selalu mengikuti kata anak semata wayangnya itu.

Dari kejauhan tampak seorang laki-laki duduk dibangku taman, Raskya dan dua sahabatnya itupun menghampiri laki-laki tersebut.

"Sudah lama menunggu Dit?" Seraya duduk disamping Adit.

"Ngg—nggak kok baru aja sampai," jawab Adit tersadar dari lamunannya.

"Dit gw minta maaf ya, sudah putusin pernikahan itu," "kita masih bisa berteman," Raskya mengulurkan tangannya ke Adit.

"Gak apa-apa Kya, gw udah ikhlas," Sebuah senyum ditunjukkan oleh Adit.

"Btw apa yang mau lo omongin?"

"Tolong bilangin ibu lo ya Dit," "jangan ganggu hidup ibu gw, itu sudah masa lalu," Raskya menaruh harap pada Adit untuk merayu ibunya.

Sebenarnya Adit tidak tahu apa-apa. Adit adalah anak dari suami pertama Nanisha. Sebelum menikah dengan Khalid, Nanisha sudah menikah kemudian bercerai karena ingin bersama Khalid. Pasca bercerai dengan Khalid, akhirnya Nanisha rujuk dengan suaminya.

Dengan muka yang memelas Adit berkata, "Maafin ibu gw ya,"

"Gw udah maafin Dit. Cuma gw mohon sama lo bilang sama tante Nanisha untuk jangan sakitin ibu gw lagi," Raskya tidak memberitahu Adit ke berangkatannya ke Yogyakarta. Setelah berbincang dengan Adit, dan juga Adit telah diancam kedua sahabat Raskya. Mereka pun meninggalkan Adit seorang diri di taman tadi.

***

"Get, Za. Makasih ya udah temenin gw selesain masalah ini," Raskya memegang kedua tangan sahabatnya.

Geitsa menjawab, "Ini memang tugas kita sebagai sahabat, untuk selalu ada disamping lo," Dan disetujui oleh Khanza.

"Kalau lo butuh kita hubungi aja ya," Khanza menambahi, "di Jogja nanti kalau butuh apapun bilang aja sama Mas Rafa," Ditutup dengan tawa kecil Khanza.

"Bisa aja ya lo," Raskya menjitak kepala Khanza.

"Semangat dan selamat ya Kya sayang," Mereka bertiga pun berpelukan.

***

Yang Hilang Takkan KembaliWhere stories live. Discover now