Story 12 : Ur Hand

465 28 0
                                    

Kamu, semestaku.

"Masak apa hm?" Auriga memeluk Lea dari belakang, sembari menghirup wangi wanitanya, hal yang mulai menjadi candu untuknya.

"Sandwich, Rion hari ini ingin sarapan itu. Kamu mau dimasakin apa?" Tanya Lea, sembari melepas pelukan Auriga kemudian berbalik menatapnya.
"Sama aja gapapa" ucapnya singkat, kemudian mengecup bibir Lea, membuatnya pipinya memerah. Auriga tersenyum, "aku mandi dulu" pamitnya, meninggalkan Lea yang masih terdiam.

"Bun, hari ini aku nginep dirumah nenek ya?" Tanya Orion saat mereka sedang sarapan, "hari ini om Leon udah janji ngajarin Rion game baru" terangnya. Lea menghela nafas, adiknya itu terkadang harus ditegur.

"Boleh tapi jangan lama-lama main gamenya, gaboleh begadang, bilang sama om Leon harus selalu ngabarin bunda" ucap Lea posesif. Auriga tersenyum "sayang, Rion anak laki-laki.." belum selesai Auriga menyelesaikan kalimatnya sudah mendapat lirikan cemberut dari Lea, akhirnya dia memilih diam.

"Pulang fitting baju, anter aku ke cafe ya ga" kini mereka berdua berada dimobil setelah mengantar Rion ke sekolahnya. "Jangan kerja terus, pernikahan kita tinggal sebulan lagi Le. Aku ingin mulai kamu menyerahkan urusan cafe ke karyawanmu. Aku tidak mau kamu selalu sibuk dicafe setelah menikah denganku" Auriga dan sifat posesifnya, tidak pernah hilang dari dulu. "Iya tapi pelan-pelan ga, kan aku perlu ngajarin karyawanku dulu" dan Lea, yang dari dulu selalu menurut pada Auriga, pria yang sedari dulu mengisi hatinya.

Ditempat fitting baju, Auriga tak henti-hentinya tersenyum menatap Lea mengenakan apapun gaun pernikahan yang sedang mereka pilih. "Kamu kenapa ih, bukan milihin mana gaun yang bagus malah senyum-senyum sendiri" Lea mulai kesal dan menghampiri Auriga yang duduk disofa "gaun apapun, kamu terlihat cantik" ucapan Auriga lagi-lagi membuat pipi lea memerah. "Ini masih seperti mimpi Le, kamu akhirnya akan menjadi pengantinku. Terimakasih" ucap tulus Auriga sambil menggenggam tangan Lea. "Aku juga sama Ga, ngga nyangka kita akan ditahap ini" jujur Lea juga merasakan hal yang sama, karena hubungan diantara mereka dulu sangatlah rumit. "Janji sama aku, jangan ninggalin aku lagi. Kalau aku salah tegur aku, jangan diam. Rumah tangga kita mungkin akan mengalami pasnag surut, tidak hanya ada kebahagian saja tapi percaya sama aku le, apapun yang terjadi aku akan menjaga kalian, menjaga keluarga kecil kita" janji Auriga sambil mengelus pelan tangan Lea yang ada digenggamannya. Lea berkaca-kaca kemudian memeluk Auriga erat, "terimakasih, terimakasih sudah hadir untukku dan Eion" ucap lirih Lea.

Mereka sudah selesai fitting baju pengantin mereka, dan kini sedang dalam perjalanan menuju cafe Lea. "Selesai rapat, aku jemput. Jangan pulang sendiri, ingat itu. Segera hubungi aku jika terjadi apa-apa" Auriga masih mencemaskan lea, sangat mencemaskannya. "Iya Ga, jangan khawatir hm" ucap Lea menenangkan. Kini mereka sampai didepan cafe, "hati-hati dijalan" Lea kemudian mengecup pipi Auriga sebelum mereka berpisah.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan Lea yang mulai keluar dari mobil Auriga. "Kenapa hanya kalian yang bahagia? Apa salah aku? Apa? Aku kurang apa untukmu ga?" Wanita itu mulai menangis.

"Om Leon, ayo ke cafe bunda?" Ajak Rion ditengah-tengah permainan game mereka. "Sudah malam, besok aja ya om anter" tolak Leon halus. Ini pertama kalinya Rion tidur selain rumahnya dan Lea jadi ada sedikit rasa tidak nyaman, "om temenin kamu tidur, harus mulai berani tidur jauh sama bunda" Leon seperti bisa membaca pikiran keponakannya itu. Rion mengangguk.

"Kamu ga pulang?" Tanya Lea, "terus kamu sendiri disini? Aku gabisa Le" tolak Auriga. "Ga, aku bukan anak kecil lagi" Lea masih berusaha menyuruh Auriga pulang, karena dia merasa tidak enak, mereka belum menikah tapi Auriga sering bermalam dikediamannya walaupun tidak terjadi hal-hal diluar kendali mereka.

"Aku tidak akan pernah membiarkan kamu sendirian Le, jangan membantah" Auriga dan sifat posesifnya. Lea hanya bisa pasrah.

Paginya Auriga ada rapat direksi pagi-pagi, "jangan pergi ke cafe sendiri, tunggu sopir yang aku tugaskan menjemputmu" dia memeluk Lea posesif yang masih terbaring ditempat tidur. "Iya, buruan berangkat nanti kamu telat" ucap Lea, "baiklah, kabari aku" Auriga mengecup kening Lea sebelum meninggalkannya.

Siang itu cafe lumayan rame karena ini hari minggu, Lea sudah berada disana. Mereka hampir kehabisan bubuk cokelat, semua karyawan sedang sibuk akhirnya Lea memutuskan untuk membelinya sendiri disupermarket dekat kantornya. Lea jalan kaki, karena sopir yang Auriga pekerjakan untuknya sepertinya sedang tidur didalam mobil dan lagi juga jarak ke supermarket sangat dekat.

"Le.." panggil seseorang saat dia sedang mengambil bubuk cokelat yang dia cari. "Lusy? Kamu disini juga?" Tidak ada rasa curiga pada Lea, "iya, rumahku dekat sini" jawab Lusy.

Mereka keluar dari supermarket bersama-sama, "main ke cafe Lus kalau senggang. Jangan pikirkan ucapan Auriga kemarin, dia terlalu over thinking" Lea dibuat nyaman oleh lusy, dia merasa semua ucapan Auriga salah. "Ternyata benar kata Auriga, kamu terlalu baik Le" ucap Lusy. "Pantas Auriga selalu mengutamakanmu" lanjutnya lirih.

"MBAK LEAA!" Leon segera berlari menuju mereka, dan telat pisau itu sudah mengenai perut sebelah kiri Lea, yang Lea rasakan gelap, semuanya menjadi gelap.

Seluruh orang terdiam didepan ruangan operasi, Leon yang bajunya penuh darah terduduk lemas sembari terus menyalahkan dirinya, seandainya dia lebih cepat sedikit saja. Sedangkan Orion tertidur dipangkuan neneknya, ibunda Lea. Dia terlihat lelah setelah menangisi bundanya terus menerus. "Ini salah aku, semua salah aku" Auriga kembali menangis, "aku akan membuat wanita itu membusuk dipenjara, seharusnya dari awal aku membuatnya dipenjara pa" papa Auriga yang ada disebelahnya mencoba menenangkan putranya, "Lea akan baik-baik saja Ga, dia wanita yang kuat" ucapnya.

Dokter keluar dari ruang operasi, Auriga segera berlari kearahnya. "Bagaimana dok?" Tanyanya "Ibu Lea sudah melewati masa kritisnya, sekarang kita harus berdoa semoga beliau cepat siuman" ucapan dokter membuat semua yang ada disana bernafas lega.

"Ma, bisa minta tolong bawa Rion tidur dirumah mama. Aku yang akan menjaga Lea disini" ucap auriga kepada ibunda Lea. "Baiklah kami titip Lea padamu Ga" ucap ibunda Lea. "Leon juga ingin disini" Leon kini membuka suaranya.

"Baju kamu penuh darah nak, pulanglah besok baru kesini lagi biar kakakmu dijaga Auriga malam ini" ucap papa Auriga, tidak tega sejak mereka datang melihat penampilan Leon yang berantakan dan terlihat sangat gelisah. "Iya leon, kamu pulang saja bersama Rion" ucap Auriga, Leon menggelengkan kepalanya. "Aku bawa baju ganti dimobil, aku ikut disini" mereka tau, tidak ada yang bisa menghalangi tekad Leon.

Auriga terus memegangi tangan Lea, dia duduk dikursi didekat ranjang Lea. Sementara leon tidur disofa dekat mereka. Lea sudah siuman sejak satu jam yang lalu tapi dia belum bisa bicara banyak. "Jangan seperti ini lagi, kamu udah janji ga akan ninggalin aku lagi Le" Auriga terus menciumi tangan Lea, dia kembali menangis. "Maaf, maaf membuat kalian khawatir" kata Lea lirih.

"Kamu tau gimana kacaunya aku sejak dulu ketika kamu menjauhiku, ketika kamu mendorongku agar dekat dengan wanita yang sama sekali ga aku cintai, kamu juga tahu gimana egoisnya aku agar kamu bisa stay sama aku sehingga Orion hadir diantara kita. Kamu tahu Le, aku bisa ngelakuin apa aja demi kamu, aku juga bisa gila karena kamu. Aku mungkin ga akan pernah bisa hidup lagi Le jika kamu pergi lagi" Auriga semakin meracau, pikirannya benar-benar berantakan sejak mendengar kabar itu. "Maaf, aku disini. Aku janji akan menurutimu, aku janji ga akan ceroboh seperti ini lagi, aku janji akan terus sama kamu dan Rion" Lea mengusap air mata Auriga, hatinya sakit melihat pria didepannya seperti ini. "Aku pegang janji kamu, jangan jauh-jauh dari aku lagi" ucap Auriga. Tanpa mereka sadari Leon tidak benar - benar tidur, dari tadi dia mendengarkan percakapan mereka.

To be continued..

Sorry baru bisa update, makasih buat yang udah setia nungguin.

Regards,
Fy

Love?Where stories live. Discover now