2. Menjadi Seorang Istri

59.2K 2.1K 63
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

"Saya terima nikah dan kawinnya Zakiya Maulida binti Latief dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

"SAAHHH!!!!!"

Air mataku luruh kala mendengar kalimat itu. Aku sudah menikah? Ya Allah, benarkah ini? Ini bukan mimpi, 'kan?

Arga, maafkan aku. Saat ini aku benar-benar tidak punya pilihan lain selain menjalankan wasiat yang ayah berikan. Dan setelah melaksanakan wasiatnya aku ingin lelaki yang kini ada di samping kananku itu menceraikanku. Toh, siapa juga yang mau lama-lama hidup dengannya. Aku hanya ingin menghabiskan sisa umurku bersamamu Arga.

Oke. Harus aku akui lelaki pilihan ayah ini cukup baik untukku. Dia tampan. Akan tetapi jelas umur kami terpaut sangat jauh.

Namanya adalah Alif. Mungkin nama lengkapnya adalah Alif Ba Ta Tsa. Pekerjaannya seorang guru di salah satu SMA yang ada di Semarang, untuk lebih jelas nama sekolahnya aku pun tidak mengetahuinya.

"Salim dong sama suami kamu," ucap Pakde, membuyarkan lamunanku.

Sekilas aku menatap wajah teduh Alif. Ia mengulas senyum lembut kemudian mengulurkan tangannya. Aku mencium punggung tangannya. Kemudian melepaskannya.

Untung saja pernikahan ini hanya dihadiri beberapa kerabat saja. Kalau dihadiri teman-temanku apa yang nanti akan mereka pikirkan? Mereka pasti akan memikirkan hal yang bukan-bukan.

Dan soal pernikahan ini. Memang kami hanya menikah di mata agama saja, tidak di mata hukum. Bagaimana mungkin aku yang merupakan seorang pelajar sudah berstatus seorang istri? Tidak etis, bukan?

Di acara pernikahanku ini, aku sudah memberi peringatan kepada semua orang yang hadir agar tak mengambil foto kami. Aku tidak mau semua orang mengetahui tentang pernikahanku, aku ingin pernikahan ini terahasiakan.

•••

Malamnya, selepas melaksankan shalat isya Alif datang dan mengetuk pintu kamarku. Ya Allah, apa yang harus kulakukan?

Aku bolak-balik di depan pintu seperti setrikaan. Perasaanku saat ini benar-benar tidak keruan. Bagaimana jika dia menginginkan sesuatu dariku? Menginginkan haknya misal.

Dengan embusan napas gusar, aku akhirnya membukakan pintu. "Jangan harap kalau aku mau melayanimu."

Alif menautkan sebelah alisnya. Bingung. "Saya ke sini cuma mau mengambil tas. Saya akan tidur di luar."

Aku diam mematung mendengar penuturannya. Sepertinya aku terlalu berlebihan.

Alif kemudian masuk dan mengambil tas besar miliknya. Setelah itu dia keluar lagi dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Tidur.

Sepanjang malam, aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Tentang aku, tentang laki-laki yang kini berstatus jadi suamiku.

Sudah pukul dua belas malam. Pelan-pelan aku membuka knop pintu agar tak terdengar Alif. Aku mendekat ke arahnya yang kini tertidur pulas. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya harus tidur di sini. Belum lagi ia tak memakai selimut ataupun bantal.

Aku kembali lagi ke dalam kamar dan membawakan selimut serta bantal untuknya. Dengan hati-hati aku mengangkat kepalanya agar ia bisa merebahkan kepalanya di atas bantal. Setelah itu aku pun menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut.

•••

Astaghfirullah, sudah pukul setengah tujuh pagi, kenapa aku bisa sampai telat bangun sih?

Dia? Imamku (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now