Indra penciumanku membaui udara yang dipenuhi dengan wewangian tajam.Bau ramuan – ramuan yang dulu ema buatkan untukku ketika aku sakit, tapi seolah tercampur dengan sesuatu. Perlahan – lahan kedua kelopak mataku terbuka, mencari tau dimanakah keberadaanku di tempat dengan bau seperti ini.
Langit-langit putih dengan lampu gantung cantik menghiasinya tertampang dimataku. Ini masih kamarku ternyata.
Seorang wanita Eropa berjas putih berbicara dengan Chris dalam bahasa Belanda yang sangat cepat, membuat aku tidak mengerti. Apakah itu tabib? Atau itu yang disebut dengan dokter? Sepertinya aku lebih yakin dengan yang kedua, melihat tampilannya yang rapih dan terlihat berpendidikan tinggi.
" Je bent al wakker(37)? " wanita Eropaitu menghampiriku, baru ku sadari ternyata pakaianku sudah diganti. Bagian bawahku sudah tidak basah lagi, tapi digantikan dengan rasa nyeri yang amat.
Aku berusaha duduk, tapi Chris langsung menahanku untuk rebahan kembali, " Apa yang terjadi? "
Chris membuat gestur dengan tangannya seolah mengusir si wanita Belanda keluar, sehingga tinggal hanya aku dan dia.
" Apa yang terjadi? " aku mengulang pertanyaanku kembali.
PLAK
Darah mengucur dari sudut bibirku karena kerasanya tamparan Chris. Walaupun aku sudah biasa ia pukuli, tapi belum pernah ia menamparku sekeras ini, tatapan matanya berbahaya menusuk ke dalam jiwaku.
" Beraninya kau hamil! " jerit Chris murka.
Bagai disambar petir di siang hari, ucapan Chris membuat jantungku seolah berhenti berdetak.
" A-apa? "
"Masih berani bertanya kau jalang?! Untung saja ia sudah mati! Aku tidak akan sudi memiliki anak dari perempuan rendah sepertimu! Kau mencemari darah suci Eropaku!"
Chris mengamuk membabi buta. Ia hajar aku tanpa ampun, tidak peduli aku baru saja siuman seolah aku ini karung beras untuk dipukuli. Aku sudah tidak memohon meminta belas kasih atau sekadar memintanya untuk menghentikan perbuatannya yang keji, otakku masih memproses apa yang terjadi.
Aku hamil. Hamil. Keguguran. Aku punya bayi dari si iblis gila ini.
Ada makhluk lain yang dihasilkan dari perbuatan maksiat ini.
Ku rasa Chris tidak akan berhenti menghajarku, jika wanita dokter tadi tidak kembali masuk.
" Je kunt hem doden(38)! " jerit si dokter.
Sebelum Chris meninggalkanku, ia menatapku jijik lalu meludahiku bagai sampah.
" Kamu baik-baik saja? " tanyanya dalam Melayu dengan logat Belanda, membuatnya agak tidak jelas, tapi masih bisa ku pahami.
Tentu saja aku tidak baik-baik saja, tapi pertanyaanya dengan nada yang penuh kelembutan entah mengapa membuat hatiku sedikit menghangat.
" Panggil aku dokter Marien. "
" Apa yang terjadi? " bisikku lemah.
" Dewi, benarkan? " aku mengangguk untuk menjawab, ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan berat seolah apa yang terjadi padaku adalah beban untuk hidupnya juga.
" Kau hamil, perkiraanku baru dua minggu. "
" L-lalu, b-bayinya? "
" Sudah tidak ada. "
Setelah sekian lama aku puasa menangis, air mataku kali ini sudah tidak bisa dibendung lagi. Bulir demi bulir air mata membasahi seluruh wajahku. Aku menangis tersendan seperti binatang terluka. Hatiku seperti diiris dengan belati tajam, melebihi segala rasa sakit penderitaanku selama ini. Aku, bahkan tidak mengetahui ternyata aku memiliki bayi dan sekarang ia sudah pergi. Mungkin kelahiranku di dunia ini semata hanya kesalahan Tuhan.
Dosa apa yang pernah ku perbuat di masa lalu, sehingga sekarang hidupku seperti ini?
Diri ini remuk-redam, hancur, tak berbentuk. Aku berdoa, memohon Tuhan untuk mengirimkan satu malaikat pencabut nyawa untuk mencabut nyawaku.
Aku menjadi gundik, dihamili oleh tuanku yang terparah aku tidak bisa menjaga anakku sendiri.
37.Kau sudah siuman?
38.Kau bisa membunuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Gundik
Historical FictionBiarkan aku bercerita, Kalian mungkin akan berpikir ini adalah tragedi, tapi tanpa cerita ini aku tidak akan pernah bangga menjadi gadis pribumi Hindia Belanda. Jika aku bisa memilih, aku tidak mau lahir di dunia seperti ini. Begitu juga dengan kali...