39

4.7K 567 33
                                    

🌚♥





"Guanlin! Kemarilah!"

"Kak Minhyun"

Bocah kecil itu mempercepat larinya untuk mengejar pemuda berambut panjang yang tengah tersenyum ramah sambil mengangkat sebuah ikan besar yang tersangkut di pancingannya.

"Aku mendapatkannya, kita bisa memanggangnya untuk berkemah nanti malam!" Ucapnya dengan antusias, sementara bocah itu semakin mengembangkan senyumnya hingga pipinya bersemu merah. Sungguh, ia kagum sekali dengan orang didepannya saat ini. "aku akan membawanya kedalam, kau juga tolong bawa umpan itu,"

Ia mengangguk, dan mengangkat umpan itu dengan semangat sebelum melihat darah yang terlihat di telapak tangan kakaknya.

"Kak, tanganmu berdarah!"

Pemuda itu terkejut, namun segera mengabaikannya, "Tenanglah, ini hanya darah ikan, ayo Guanlin!"

Mereka berdua ingin berjalan masuk kedalam rumah, namun lagi-lagi harus terhenti ketika suara batuk dari yang lebih tua mengagetkan yang lebih muda.

"Kakak baik-baik saja?"

Suara batuk itu makin terdengar menyakitkan hingga dibarengi oleh darah yang keluar dari mulutnya, semakin membuat yang lebih muda panik dan matanya kian memanas.

"Guanlin ... Maafkan kakak-"


BRUUGHH!!!




"KAK MINHYUN!!!"






Napas Guanlin kian memburu ketika ia bangun dari tidurnya akibat mimpi tadi. Matanya kembali memanas, peluh membasahi seluruh tubuhnya yang gemetar takut. Takut akan hal paling menyakitkan itu terulang kembali.

"Mimpi ini ..."

Mimpi yang sebenarnya adalah ingatan masa kecil Guanlin ketika dimana kejadian pertama kali ia melihat Minhyun jatuh sakit didepan matanya sendiri. Ingatan menyakitkan yang mengubah hidup dan kepribadiannya ketika melihat orang yang disayangi dan dikagumi perlahan mempunyai kondisi yang memburuk hingga tak sanggup untuk bernapas lagi.

Guanlin memejamkan matanya sebentar, ia melihat ke arah jarum jam dan ternyata sudah pukul 5 pagi, waktunya untuk berangkat sekolah. Daripada memikirkan hal itu lagi, ia akhirnya memilih untuk bangkit untuk mandi dan bersiap-siap.

***

Sampai disekolah, bukan hanya sekumpulan temannya saja yang menyadari perubahan sikap Guanlin, tapi juga Raegun yang masih saja setia pada kursi belakangnya. Mereka sedari tadi tidak melihat adanya niat Guanlin untuk bergabung bercerita sebelum waktu masuk datang. Ia kembali menjadi dingin bahkan sampai waktu istirahat telah datang.

"Julukan pangeran es kembali diperankan olehnya," bisik Jihoon pada Woojin yang juga melihat itu.

"Apa dia bertengkar dengan Raegun? Mungkin ini kesempatanku untuk menikungnya,"

Satu pukulan pun langsung didapatkan di kepala pirang Woojin oleh Jinyoung yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"Suasana hatinya sedang tidak baik, kau tidak boleh seperti itu,"

Woojin menyengir kaku, "Hehe, Jinyoung, omong-omong bagaimana dengan Chaeyoung? Ada perkembangan?"

Jinyoung menghela napasnya pelan dan menggeleng. Betul Chaeyoung memang masih hidup, tapi tentu jiwanya hilang bermain di alam lain yang tak bisa ia gapai. Bahkan Raegun pun masih mengusahakan segala cara untuk mendapatkan Chaeyoung kembali.

Help ✖ Guanlin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang