Beach oh,Bitch!!

5.4K 343 8
                                    





"Love is not something that we look for, but something that find us."

Wanita itu serius dengan layar Pad nya,terkadang kening nya mengerut tampak memikirkan sesuatu,kacamata baca bertengger manis di hidung mungil nya.

Shafir Naruto,memperhatikan penampilan wanita yang duduk melipat kaki dibelakang  nya itu.

"Kau tak pernah berlibur?"tanya Naruto,heran.

Hinata berhenti dari aktivitas nya,dan memandang penuh tanya"Apa maksud mu?"

Naruto terkekeh,"lihat lah penampilan mu,mana ada yang berlibur dengan setelan kantor seperti itu?!..dan,Oh...kau memang tak terlalu tinggi,tapi sepasang Heels akan membuat mu repot berjalan di pasir"Naruto kembali tertawa,mengejek.

Pandangan Hinata menyapu pakaian nya"Hm,lihat saja nanti,Nak...kita masih di udara"acuh nya,seraya kembali pada kegiatannya di dunia maya.

Naruto memanjangkan leher nya,mencari tahu apa yang sang ibu lakukan dengan Pad itu.

Hinata menyadari itu"Apa?,hm'...ini laporan laba dan pasar saham hari ini?"jelas Hinata.

Naruto mendengus malas"Kau seorang workholic,kau akan menjadi perawan tua,Ibu..."lontar Naruto,asal.

"Aku wanita menikah,meski sekarang aku seorang janda" protes Hinata.

"Sst...tapi kau masih perawan kan?!"Naruto mengedipkan matanya,berbisik.

Hinata mengerucutkan bibir nya,mata itu menyorot tajam"Kau melecehkan ibu mu...!"

Naruto hanya termesam,mengabaikan.
Dan kembali melihat sang pilot ,yang tampak tersipu malu mendengar obrolan anak dan ibu tiri muda itu.

Naruto,menyikut perut sang pilot seraya terkekeh,santai.

Sementara Hinata masih melemparkan pandangan membunuhnya pada sang anak.

-
-
-

Daratan berpasir putih itu,bergelombang tertiup angin musim panas.

Dengan kacamata hitam,polo Shirt putih dan celana selutut nya,Naruto turun dari helicopter nya.
Pemandangan yang indah di hari menjelang siang itu.

Hinata menatap sekeliling pulau itu,Ia melihat tanah yang di pijak nya..."bagus,anak tiri mu itu akan menertawakan mu,menang!!"batin nya.

Ia melepas heels bertali itu,dan menjinjing nya.

Naruto berbalik,memastikan sang Ibu tiri memang kesulitan dengan pasir-pasir itu.
"Kau perlu ku gendong,Ibu??"teriak nya pelan.

Hinata hanya mengembungkan pipi nya,cemberut.
"Aku akan mengganti sepatu ku,saat tiba di pondok...oh,rok mini ini benar-benar merepotkan!!"keluh wanita itu pada diri nya sendiri.

Angin laut meniupkan kesegarannya,biru samudra tersaji di sisi pasir putih,tercium aroma mineral yang kuat.

Gelombang pasang meliuk-liuk menari di pasang nya ombak.
Hinata menatap kagum keindahan pulau itu.

Begitu sepi dan suci tak terjamah,seperti diri nya.
Ia memandang pantulan wajah nya di ombak, yang menyisir sisi pantai pasir itu."Apa kau akan layu,Hinata?layu sebelum terpetik??!"gumamnya pada air jernih itu.

"Ibuu,...kau akan menghitam,jika berjemur jam segini!!!"seru Naruto,sedikit jauh.

Suara bariton itu memecahkan buih-buih ombak.Hinata kembali melanjutkan langkah nya menjejak di pasir ,menuju pondok kayu berwarna biru.

"Jadi ini pondok nya?"Hinata tampak sedikit terkejut.

"Yeah,sangat sederhana bukan?"Naruto membuka pintu pondok nya.

Hinata tersenyum,membuka kacamata nya."kali ini,aku setuju padamu...kufikir kau hanya menyukai yang bergemerlap,kemilau dan mewah"

Naruto membuka jendela,dan duduk santai di ayunan nya"Aku tak seperti itu,kau belum benar-benar mengenal anak mu ini..."sahut nya sambil berayun,berbaring.

"Aku bisa memilih kamarku?"tanya Hinata.

Natuto memejamkan mata nya,mengangguk"Ya,kecuali kamar di ujung lorong, lantai dua..."sahutnya.

"Mengapa?"tanya Hinata.

"Itu,kamar orangtua ku"jawab nya pendek.

Hinata memandang wajah tenang pria itu.

"Aku mengerti"Wanita itu segera menaiki tangga,mencari kamar nya.

Sebuah kamar yang masih bernuansa biru,terbuka di hadapan nya.

Hinata membuka blazer hitamnya,menyisakan blouse tanpa lengan putih nya.

Ia merentangkan tubuh nya,membaui aroma laut di udara.Kasur itu terasa sejuk di tubuh yang pegal.Ia menggeliat membebaskan beban hati nya"Baiklah,ini saat nya kau beristirahat Nyonya Uzumaki,lupakan dulu semua saham-saham mu itu"guman nya seraya tersenyum,terlelap.

-
-
-
-

"Sst...ssst...huss...."bisikan seseorang menggangu lelap nya.

Amethyst itu mengerjap-ngerjap,mengenali wajah di atasnya."naruto,euuhh...APA??,Hei,...."kaget Hinata,melihat sang anak tiri tersenyum,menggoda.

"Woow...biasa saja,mengapa terkejut seperti itu hm'?"Naruto duduk di tepi ranjang.

"Hei,menjauh dari ranjang ku..."usir Hinata,seraya mendorong tubuh itu.

"Hei pelan-pelan.Luka ku masih sakit..."keluh Naruto,meringis.

"Maaf,kau membuat ku terkejut"sesal Hinata.

"Hati-hati lah,luka ku ini cukup dalam"manja Naruto.

Hinata menghela nafas,lelah"Kau anak yang manja"

Naruto menyeringai "Itulah,kenapa aku meminta mu ikut...karena aku ingin bermanja-manja pada mu,Ibu"Ia tertawa terbahak-bahak.

"Itu sama sekali tak lucu!!hmmm'apa kau mengakui bahwa kau tlah gugur dan tergoda pada ku hm'?"Hinata balas menggoda.

Naruto mendekat,menyentuh pangkal lengan wanita itu"tidak penting siapa yang tergoda,...yang pasti aku akan tak akan membiarkan mu layu sebelum ku petik"suara berat itu,terdengar dalam dan serak.

Shafirnya berkilau terpantul cahaya matahari sore.

Hinata membusungkan dada nya ,tak gentar akan gertakan merayu sang anak tiri.

Tapi,rupa nya pria itu tak menggertak.Ia semakin membungkuk kan tubuh jangkung nya...nafasnya terdengar tak teratur...

Degub jantung Hinata berdetak tanpa jeda.Ia menutup matanya perlahan,saat nafas pria itu semakin mendekat...

Dan,....

Next...


Gloomy and BloomyWhere stories live. Discover now