4

261 31 0
                                    

Melodi mematut diri di depan cermin. Ia memakaikan eyeliner pada kelopak matanya yang sipit. Single eyelid yang ia miliki diwarisi oleh sang ayah. Secara garis besar dirinya memang lebih mirip dengan Papa. Tak heran jika banyak orang yang mengira dirinya orang Korea asli ketika berkunjung ke negeri dimana kedua orangtuanya bertemu untuk pertama kali. 

Gadis itu menyisir rambut hitam panjangnya yang bergelombang. Ia mengambil sejumput rambut pada sisi-sisinya dan mengikatnya menjadi satu di belakang. Untuk mempermanis penampilan, Melodi memakai bando berbentuk pita berwarna abu-abu di kepalanya. 

"Done," ucap Melodi sambil tersenyum pada bayangan dirinya di cermin.

Gadis itu meraih ponselnya. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum acara fansign dimulai. Tidak ada salahnya Melodi berangkat sekarang. Toh ia masih harus mencari seseorang bernama Kwak Minji, kenalan Ari.

Melodi meraih tas selempangnya dari atas meja. Ia memeriksa semua hal yang harus dibawanya. Dompet, ponsel, passport, powerbank, earphone, pouch makeup, dan tiket serta album Seventeen pemberian Ari. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal, gadis itu melangkahkan kaki keluar dari unit apartemen yang disewanya selama seminggu tinggal disana.

---

Area Sinchon U-Plex sudah ramai sedari pagi. Melodi adalah salah satu gadis yang berjubel diantara para Carats, sebutan bagi penggemar Seventeen. Gadis itu merasa kesal karena beberapa kali bahunya terdorong ke belakang oleh karena banyaknya orang yang berjubel memaksa ingin segera masuk ke tempat fansign.

Melodi melenguh. Tau begini, dirinya tidak akan berangkat. Lagipula dimana orang bernama Kwak Minji itu. 

"Excuse me, are you Clarissa Melodi?" sapa seorang gadis berkacamata menghampiri Melodi.

Melodi menengok ke kanan-kiri. Orang-orang di sekitarnya tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sadar bahwa dirinya yang disapa, gadis itu mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah hidungnya sendiri.

"Me?"

Bukannya menjawab, gadis berkacamata itu justru tertawa kecil. "Salam kenal, aku Kwak Minji. Maaf sudah membuatmu menunggu."

Melodi membuka mulutnya. Mengucapkan huruf A panjang tanpa suara. Gadis itu kemudian cepat tanggap. Dengan sopan ia menganggukkan kepalanya memberi salam.

"Aku Clarissa Melodi. Panggil saja Melodi," ucapnya memperkenalkan diri dengan bahasa Korea yang lancar.

"Ah, kau cukup lancar berbahasa Korea, syukurlah," ucap gadis itu sembari tersenyum. "Ari banyak menceritakan tentangmu." Gadis bernama Minji itu mengamati sekitar sejenak. Ia kemudian berbisik pada Melodi. "Akan kutunjukkan padamu jalan khusus. Disini terlalu sesak."

Bagai kerbau dicucuk hidungnya, Melodi menurut. Ia ikut saja ketika gadis yang baru pertama kalinya ia temui itu menarik ujung lengan kemejanya menuju arah berlawanan dengan pintu masuk. Melodi mengernyitkan dahi keheranan. Walaupun begitu, ia enggan untuk bertanya apapun. Ia memasrahkan diri pada Minji yang terlihat lebih expert menangani acara sejenis 'datang ke fansign, konser, ataupun sejenisnya' yang sama sekali bukan dunia Melodi.

"Simpan ini untukmu saja, okay? Bahkan Ari tidak tahu apapun karena selama ini kita tidak pernah datang ke acara Seventeen bersama di Korea Selatan," ucap Minji terdengar misterius.

Melodi mengangkat kedua alisnya. Ia sungguh tidak mengerti dengan ucapan gadis itu. Seketika Melodi sadar. Dirinya dibawa ke pintu belakang gedung! Hei! Jangan-jangan Minji ini adalah seorang penguntit. Apa tuh namanya? Sasaeng fans?

Melodi mencegat laju jalan Minji dengan cara memegang pergelangan tangannya. Minji otomatis menoleh ke arah Melodi. 

Melodi berdeham kecil. Ia tahu bahwa dirinya baru saja berkenalan dengan Minji. Dia tidak berhak untuk menceramahi anak yang lebih muda dari dirinya itu. Namun, kebenaran harus ditegakkan. Ia tidak ingin Minji terjerumus ke arah yang salah.

[SVT FF Series] RetrouvailleWhere stories live. Discover now