Chapter 15

227 11 4
                                    

Gelap hari semakin terasa dengan cahaya yang sudah berkurang, kelembapan hutan yang dapat dirasakan dan angin dingin yang menusuk kulit semakin terasa.

Tetesan cairan merah pekat semakin berderas keluar dengan semakin menancapnya sebuah elemen petir pada tubuh seorang bocah yang terlalu ambisius dengan kemenangan.

Wanita yang ingin membalaskan dendam masa lalu kepada salah satu bocah yang ada disana terasa bahagia dengan yang dilakukan, hal itu dapat terlihat dengan ekspresi puasnya melihat bocah ambisius itu terjatuh bahkan ia langsung menendangnya hingga bocah tersebut terpental cukup jauh.

Seorang bocah berambut abu abu yang hanya bisa melihat temannya tertusuk pedang sendiri tak bisa berbuat apa apa, ia terjatuh berlutut dengan ketidak berdayaannya.

Wanita itu pun mendekati bocah yang berlutut tersebut dengan raut wajah ketidak sabarannya akan sesuatu. "Sudah berakhir sampai di sini, aku menang!"

Bocah tersebut hanya bisa meretapi kekalahannya dan ketiga temannya yang sudah tergeletak tak berdaya.

Wanita itu pun langsung mengeluarkan senjata elemennya. "Berikan dirimu padaku, Hida." Pintanya dengan senjata pedangnya yang siap untuk menebas leher Hida.

Ketika wanita itu meluncurkan pedangnya tak disangka sebuah pecut air melilit pedangnya dan langsung melemparkannya.

"Sepertinya, satu lagi ayam ingin kusembelih." Ujar Lasri sembari menatap tajam Sizi dengan raut wajah yang haus akan sesuatu.

Seorang wanita berambut biru pekat itu sudah sangat siap untuk bertempur dengan kuda kudanya yang tunjukan sembari menggenggam pecut yang terbuat dari air.

Hida yang melihatnya tidak ingin Sizi ikut melawan wanita yang sangat tidak sebanding denganya itu. "Sizi, hentikan. Kau tidak bisa melawannya." Pintanya dengan lengannya yang terlihat ingin menggapainya.

"Tenang saja, Hida. Aku bisa mengatasi ini." Ujarnya dengan raut wajah yang sangat percaya diri.

"Berani sekali kau wanita air. Cakar!" Ujar Lasri yang sangat haus akan kematian Sizi dengan lengannya membesar berwarna keunguan sekaligus cakar yang sangat tajam.

Tidak menunggu lama Lasri langsung meluncur ke arah Sizi dengan sangat cepat. Tetapi, dengan pecutnya tersebut Sizi bisa menangkisnya dengan memecutkannya ke bawah sehingga terdapat lengkungan yang bisa menahannya.

Serangan Lasri yang bisa ditahan oleh Sizi membuatnya terpental cukup jauh dan membuatnya terkejut, "aduuuhhh aduuuhhh, hebat juga kau yaaaa," katanya dengn raut wajahnya menjadi sangat menyeramkan, "bagaimana dengan ini!" Ia pun langsung menyerang Sizi lagi, tetapi sekarang ia menyerangnya di segala arah.

Tetapi, Sizi lagi lagi bisa menahannya dengan memecutkan pecutnya ke arah yang Lasri lancarkan serangannya. Lengkungan pecut tersebut semakin lama semakin membentuk menjadi bulat, seperti sebuah perisai bola yang melindungi sesuatu di dalamnya.

Lasri yang terus menerus memberikan serangan cakarannya tersebut bahkan ia menambahkan tenaganya agar Sizi tidak dapat menahannya lagi.

Sizi yang mengetahuinya, jika Lasri menambah tenaganya. Ia pun mengencangkan gerakan pecutnya yang membuat lengkungan pecut tersebut semakin terlihat seperti bola berwarna biru yang diselimuti oleh air yang membuat Sizi menjadi tak terlihat melainkan setitik cahaya berwarna biru membesar dan semakin membesar.

Lasri yang terus menerus menyerangnya sepertinya tahu jika ia tidak menghindar ia akan celaka, tetapi semua itu terlambat ketika ia menyerang pada perisai yang terlihat lebih tipis ia serang, bola biru tersebut meledak yang membuat Lasri terpental jauh, "aaaaaaaaaaahhhhhkkkk!"

Sang PengendaliWhere stories live. Discover now