Chapter 9

375 49 8
                                    

A R O M A

Malam itu, Ino kembali mengalami insomnia. Ia menyalahkan tidur siangnya yang lumayan panjang, membuat matanya tidak bisa di ajak kompromi ketika malam. Mungkin gadis itu perlu obat tidur nanti.

Ia mulai sedikit bekerja, posisinya duduk di lantai menghadap laptop yang berada di atas meja persegi ruang tamu. Ada segelas susu mengepul panas menemani yang ia buat beberapa menit lalu. Juga beberapa camilan, dan beberapa sketsa kasar.

Gadis itu sedikit terkejut, usai mendengar pintu terbuka dengan lelaki Uchiha yang nampak lesu masuk bersama jas hitam dalam genggaman.

Ino tidak mengira jika lelaki itu akan pulang. Itulah mengapa ia berada di ruang tengah malam-malam begini.

Apa sebenarnya yang lelaki itu sedang lalukan?

Paling tidak orang dewasa harus melakukan hal-hal dewasa untuk menyelesaikan pertengkaran.

Tunggu, apa sebenarnya yang ia pikirkan?

Ino menggeleng dengan pipu bersemu, ia lekas membuat pokus pada sketsa kasarnya.

"Kau belum tidur?"

Gadis itu terkesiap, apa yang membuat lelaki itu malah mengambil langkah untuk mendekat kearanya, terlebih ... Menegurnya.

"Insomnia." Si gadis menjawab singkat, ia bahkan tidak berpaling.

Sasuke menghela napas pendek, dan mengambil bagian sofa untuk pantatnya. Sebelah tangan menjuntai dan sebelah lagi menumpu wajahnya.

"Kau terlihat sangat stres." Dan Ino dengan mulut ceplas-ceplosnya mengomentari. "Mau segelas kopi? Aku tidak berniat membagi susu panasku pada lelaki galau."
Lelaki itu mengangkat pandang, ia menatap sebentar si gadis dan mengangguk, sedang mengabaikan lolucon ngawur si gadis. Siapa juga yang mau susu?

"Oke, tunggu sebentar." Ino lantas beranjak.

Perlu beberapa menit untuk memanaskan air untuk menyeduh kopi hitamnya hingga siap untuk di hidangkan.

Ino menaruh gelasnya di salah satu sisi meja. Ia tidak beranjak lagi pada kertas dan pulpennya, melainkan mendudukan pantat selagi meraih susu dan menatap lelaki galau itu sebentar.

"Aku pikir kita perlu bicara," jeda, gadis itu membuang napas pendek. "Lagi."

"Hn." Sasuke menyahut, ia kini bersandar dengan dua tangan melipat di dada, sedang iris kelamnya mematri gelas kopi.

"Sepertinya aku tidak mungkin untuk membeli apapun lagi di mini market bawah." Ino kembali membuang napas. "Bagaimanapun, aku membuat kau memiliki masalah lebih banyak karenanya."

"Kau bisa memesan di lain tempat." Lelaki itu sedikit memberi saran.

Gadis itu mengangguk, "aku akan mencarinya nanti." Lalu mengantup bibirnya rapat, entah mengapa ia kesulitan melanjutkan kalimat yang sudah tersusun di benaknya.

Sasuke meraih cangkir, ia menghirup dalam-dalam aroma minuman mengandung kafein tersebut sebelum menyeruputnya. "Terima kasih."

"Hm?" Ino mengangkat alis, untuk kopi? Kemudian mengangguk, "Tentu."

Seperti tahu maksudnya tidak sampai, lelaki itu lantas memperjelas. "Untuk saranmu tadi."

Dan Ino yang kebetulan sedang menyeruput susunya lantas tersedak.

"Aku sempat berpikir, kau hanya membual." Sasuke tertawa sedikit.

Gadis itu mengusap bibirnya dengan punggung tangan, ia menatap si lelaki dengan tatapan tidak percaya. "Lalu?"

A R O M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang