Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Hei pendek." Keluar dari dapur dengan segelas jus jeruk di tangan dan memasuki ruang tengah, Rowoon menyapa seseorang yang duduk berselonjor selagi membuka buka majalah tanpa gairah.
Yang disapa merotasikan bola mata. "Siapa yang kau sebut pendek?"
"Seorang pria menyebalkan yang sedang bermalas malasan di atas sofaku." Setelah berkata demikian ia memberi kode pada sosok yang akrab disapa Mingyu itu bahwa ia akan mendudukkan diri di sampingnya. Mingyu dengan malas menarik sepasang kaki panjangnya dan berakhir duduk bersila di atas kursi panjang empuk itu.
"Aku tidak pendek. Kaunya saja yang tinggi." Mingyu memprotes tidak terima. "Dan satu lagi. Ini bukan sofamu. Aku yang memilihnya."
Mengedik tak acuh, Rowoon kembali menenggak jus jeruknya hingga tersisa setengah. Dan tiba tiba dengan iseng menyingkap kaos Mingyu hingga menampakkan perut, lalu mencubitinya dengan gemas.
"Hey! Do you mind?" Mingyu memprotes untuk yang kedua kalinya. Kali ini plus tatapan dan raut wajah yang kentara bahwa ia benar benar protes. Tapi hanya sebatas itu. Selebihnya, ia tetap membiarkan Rowoon melakukan itu. Sepertinya sinkronisasi otak dan tangannya sedang tidak berfungsi dengan baik. Atau Mingyu yang lowkey menyukai afeksi dalam bentuk cubitan cubitan besar itu?
"Ini perut, atau kue? Berlapis lapis begini." Rowoon benar. Ada beberapa lipatan lemak dibalut kulit sedikit gelap di bagian perut hingga ke pinggang Mingyu.
Mata Mingyu mengerling negatif. "Kalau kau tidak menyukai tubuh jelekku, ceraikan saja aku dan menikahlah dengan Wonwoo atau Minghao. Mereka memiliki perut yang bagus," ujarnya sarkastik.
Rowoon sedikit memajukan bibir. Entah apa hubungannya tapi dengan kelakuan itu garis garis dewasa pada wajah bagian atasnya lenyap seketika. "Sensitif sekali. Hanya berkomentar sedikit saja langsung diancam cerai. Kenapa kau? Hamil?"
Mingyu berdecak sebal. "Kalau hamil, perut akan semakin kencang. Bukan malah melar begini." Ia tidak yakin apakah ia benar benar harus menjelaskan hal mudah sampai seperti ini pada pasangan hidupnya itu. Kim Seokwoo benar benar bodoh, pikirnya.
"Kau terlalu banyak makan sambil bermalas malasan. Aku tidak terkejut jika seperti ini hasilnya."
Mingyu semakin menegaskan ekspresi ketidaksukaannya atas segala pernyataan yang Rowoon ungkapkan.
"Serius, Mingyu. Mungkin kau benar benar hamil?"
Setelah menyelesaikan kalimat itu Rowoon bisa mendengar sebuah suara keras. Tidak memekakkan, tapi cukup untuk mengejutkannya.
Itu suara Mingyu yang baru saja membanting majalahnya dengan kesal.
"Stop that pregnant joke! Aku akan pergi ke gym mulai besok dan lihat saja, satu bulan ke depan aku akan mendapatkan tubuh yang lebih indah darimu."
Rowoon berdecih, tanda bahwa ia baru saja meremehkan Mingyu. Bahkan mungkin merendahkannya? "Oh ya? Coba saja."