Teman Baru?

29 5 1
                                    

***

Air mata yang dia bendung sampai di sekolah, Di sekolah pun ia tak ada tempat untuk menuangkan isi hatinya. Buku yang selalu ia bawa, itulah tempat ia berkisah. Tapi, buku itu hilang entah kemana. Kondisi kelas saat  itu Jamkos. Ia hanya duduk dengan kepala yang diletakkan dimeja dengan tangannya sebagai penopang kepalanya, dan Ia mencoba untuk memejamkan matanya

"Heyy... Heyy... Kalya Arfankya" seseorang mendekatinya dan memanggilnya tapi dia tetap tidak sadar

"Heyy Kalya"

"Kalya Arfankya"

"KALYA ARFANKYA!" Bentak Laki-Laki itu yang berdiri disamping Kalya

"Ada Apa?" Kata Kalya sambil membuka mata tanpa mengangkat kepalanya

"Kau Sakit?" Dia duduk di bangku depan Kalya dan menghadap Kalya

"Tidak"

"Belum Makan? Mau kekantin bareng?"

"Tidak"

"Ada masalah?"

"Ehhh..,"

"Ohh Privasi ya?"

Mereka berdua terdiam. Dan Kalya belum mengangkat kepalanya juga

"Kau kenal aku tidak?" Kata Laki-laki  itu, kemudian Kalya mengangkat kepalanya dan melamun.
Benar juga sih pertanyaannya, toh Kalya dia tidak mempunyai teman di kelasnya. Padahal jumlah murid di kelasnya 40 Orang, Untungnya satu bangku satu Orang, makanya dia tidak pusing masalah patner bangku. Dia masuk kelas Hanya sekedar Absen dan belajar ilmu yang diberikan oleh guru. selama sekolah SD, SMP, dan SMA dia tidak pernah mengikuti MOS/ MPLS.
Dia hanya kenal dengan teman-teman yang duduk didekatnya saja, toh itu juga tidak terlalu Akrab. Bagaimana dengan tugas yang Dia tak bisa? Tidak ada yang sulit menurut Kalya Arfankya., Semua tugas ia selesaikan dengan baik walaupun hasilnya Hancur, Motonya adalah Hasil Kerja Keras Sendiri.

"Kalya Arfankya.., Apa kau mengenalku?"

"Ehhh..," Seketika pertanyaan itu membubarkan lamunan Kalya

"Kau melamun lagi? atau kau benar-benar tidak mengenalku?"

"Kau ketua kelas kan?"

"Wakil Ketua Kelas" Jawab Laki-Laki itu dengan Senyumnya

"Ohh jadi kau Wakil? Lalu kemana Ketua Kelasnya?"

"Kau ini aneh ya? Ketua kelas kita kan sedang ikut Lomba di tingkat Nasional"

"Begitu ya"

"Kau tau namaku?"

"Ehh..,"

"Arsyanian Miftakhul Fatah" Sambil menjulurkan tangannya tanda perkenalan

"Arsy?" Menjabat tangannya., kemudian melepaskannya

"Bukan, Tapi Mifta" jawabnya sambil tersenyum

"Semua anak memanggilmu begitu?"

"Iya., Lalu kenapa kau memanggilku Arsy?"

"Selama Hidup di Indonesia kan, memanggil nama orang itukan dari nama awalnya"

"Tapikan nama awalku Arsyanian, kenapa bisa Arsy?"

"Arsy itu istana Tuhanku"

"Ohh, kalau begitu kau panggil aku Arsy saja. Kita berteman ya!" Kata Arsy dengan Senyumnya yang mematikan

"Berteman?" Kalya kebingungan dengan Ucapan Arsy, toh selama ini tidak ada yang mau berteman dengannya, pasti jika ada yang mau.., mereka hanya memanfaatkan Kalya untuk kebutuhan mereka. seperti waktu SD, Dia dimanfaatkan temannya untuk membelikannya makanan dan lainnya, wajarlah kan Ia dari keluarga kaya dan terhormat. Kemudian waktu SMP, temannya memanfaatkannya untuk mengerjakan semua tugasnya. Dan mulai dari situlah Ia sadar kalau mereka memanfaatkannya, Ia mulai menutup pintu hatinya dari kata berteman kecuali dengan Ian. Ia sudah menganggap Ian itu saudaranya sendiri, Dari kecil dibesarkan secara bersama dan mana mungkin dia berkhianat.

ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang