Serpihan Masa Lalu (II)

7 0 0
                                    

"Rahasia apa? Dan Dirahasiakan dari siapa?" Ucap Kalya yang sedang menuruni tangga dengan memabawa tas kecilnya dan duduk disamping Ian. Ian dan Koko mati kaku karna kebingungan menjawab pertanyaan Kalya

"Ian... Koko... kenapa diam?"

"Itu loh... Itu..." Ucap Ian kebingungan menjawab

"Apa?" Tanya Kalya penasaran

"Bukannya kau harus kerumah Ray? Cepat berangkat!" Ucap Koko

"Aku akan berangkat jika kalian memberitauku tentang Rahasia yang kalian bicarakan. Jangan mengalihkan pembicaraan Koko!"

"Itu lohh..," Kata Ian

"Apa sih? Rahasia apa?"

"SEVENTEEN AKAN KE INDONESIA 3 BULAN LAGI" Ucap Ian dengan semangat. Sedangkan Wajah Koko berubah menjadi tak tau apa-apa

"Hahhhh... Apa?" Ucap Kalya tak percaya

"Iya.., Hamster akan ke Indonesia 3 bulan lagi" Ucap Ian

"Wahhhhh" Ucap Kalya sambil tersenyum
"Ohhh kau mengalihkan pembicaraan ya? Trus rahasia yang  kalian maksud itu apa?" Ucap Kalya

" Dasarr Singa! Ya kalau Seventeen konser di Indonesia berarti kau akan minta dibelikan tiket kan? Lahh makanya itu aku ga mau kau nonton konser" Ucap Koko

"Memang kenapa kalau aku nonton Konser? Toh aku akan minta Uang dari Ibu" Kata Kalya sambil menjulurkan lidahnya kearah Koko

"Pertama minta di beliin Tiket, lalu LS, lalu Album trus apalagi?" Ucap Koko dengan Sinis

"Sudah-sudah! Kalya ayo pergi" kata Ian sambil berdiri kemudian melangkah keluar diikuti oleh Kalya

"Ma'afkan aku Kalya!" Ucap Koko pelan sambil menatapi mereka yang keluar rumah

***

Setiba dirumah Ray.
Kalya pecicilan keluar mobil dengan membawa setangkai Lily putih sedangkan Ian masih mengambil buah dibagasi mobilnya. Dengan pecicilan Kalya membuka pintu, Dia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Kemudian Kalya menutup kembali pintunya, sedangkan Ian hanya berjalan santai menuju pintu sambil membawa buah.
Wajah Kalya berubah menjadi merah dan nafasnya tak beraturan

"Ada apa? bukannya kau tadi sudah membuka pintu?" Ucap Ian sambil mengacak-acak rambut Kalya

"Tak apa"

"Wajahmu berubah menjadi merah tuh"

Kemudian Ian mengetuk pintu. Namun lama sekali tak mendapat respon. Dan akhirnya Ian membuka pintu tersebut

"Ada seorang Gadis disini? Makanya kau tak mau membukakan pintu untuk kami" Ucap Ian sembari berjalan kearah Ray yang duduk di Ruang tamu

"Kau ini... Dia hanya temanku" Ucap Ray

"Mungkin hari ini kau mengatakan Kami hanya berteman, namun besok lusa akan berbeda lagi" Ucap Ian sambil duduk dan meletakan buah di Meja

"Kau ini ada-ada saja! Ada apa kesini?"

"Kalya ingin..." Ian memandangi ruangan tersebut tapi tak ada tanda-tanda Kalya

"Dimana Kalya?" Ucap Ray

"Tadi dia dibelakangku" Ian berdiri dan kebingungan mencari Kalya

"Tadi kau masuk sendirian loh" Ucap Gadis yang ada disamping Ray

Ian berjalan menuju pintu dan mencari Kalya. Namun, seorang gadis yang tergeletak dilantai dengan memegang setangkai Lily putih.

"Kalyaaaa...." Teriak Ian sambil memangku kepala Kalya

"Kau apakan gadis mungilku?" Ucap Ray

***

Kalya ditidurkan di kamar Ray. Ray menunggu Kalya didalam kamarnya sedangkan Gadis yang bersama Ray tadi pulang dan Ian menunggu di ruang baca

" Kau sudah sadar?" Ucap Ray ketika Kalya mulai membuka matanya

"Ehhhhhhh" Kalya memfokuskan matanya pada Ray

"Ada apa?"

"Yang kau lakukan dengan Gadis itu..."

Ray membulatkan matanya tanda kaget tentang yang diucapkan Kalya

"Apa yang kulakukan dengan Gadis itu?"

"Kau mencumbunya"

"Ada masalah denganmu?" Ucap Ray sambil tersenyum

"Aku... mengingat bayangan., Aku pernah melihat Gadis melakukan hal itu dengan Kakak"

"Duduk dan bersandarlah!" Ray membantu Kalya duduk dan bersandar diranjangnya. Kemudian Ray mengambil 2 jenis obat dan Sebuah buku dan bolpoin

"Minum ini" kata Ray sambil memberikan 2 jenis obat yang berbeda  dan segelas air

Kalya meminum obat yang diberikan Ray kemudian Ray membantunya berbaring

"Pejamkan matamu dan ceritakan semua yang kau rasakan! dan jangan membohongiku!" perintah Ray sambil duduk dibangku samping ranjang Kalya sambil memegang Buku dan membuka Bolpoinnya

Kalya mulai menuruti perintah Ray

"Ayahku... Aku merindukannya. Aku ingin bertemu dengannya! Tapi Koko dan Ibu..,"

Ray mengetahui kenapa Kalya tak melanjutkan bicaranya.

"Sudah berapa lama kau tak bertemu?"

Air mata Kalya yang mulai keluar dengan matanya yang terpejam

"Setelah kecelakaan itu.. Aku tak ingat apa-apa"

"Kecelakaan? Kapan?" Ucap Ray terheran dan sambil menulis serpihan-serpihan masa lalu Kalya

"5 tahun yang lalu. Akhir-Akhir ini aku mulai bermimpi aneh, Ada 3 orang anak yang selalu bersama.., 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Kurasa Anak laki-laki itu adalah Ian. Namun, Ian tak mau memberitahuku tentang itu. Ian hanya bilang bahwa itu hanya ilusiku dan laki-laki itu bukan Ian. Ian bilang bahwa dia di Indonesia ketika usianya 2 tahun kemudian ketika Usianya 3 tahun Ia pulang ke Busan., dan setelah aku kecelakaan Ian baru pulang ke Indonesia dan berteman denganku. Jadi Ian tak tau tentang Gadis kecil yang ada dimimpiku."

"Sudah lama?"

"Sudah.., dan Mimpi itu berulang. Namun, kejadian yang dimimpiku tetap sama. Ketiga anak itu selalu ada di mimpiku."

"Lalu apakah ada yang lain?"

"Mayang.., Nama itu yang selalu terlinang dimimpiku. Ian bilang kalau itu hanya Ilusiku dari Novel"

"Kenapa Ian bilang seperti itu?"

Kalya tak menjawab pertanyaan dari Ray

"Kalya? Kalya Arfankya?"  Ray yakin bahwa gadis mungil itu tertidur setelah bercerita.

'Ma'afkan Aku Kalya.., Aku hanya ingin kau baik-baik saja. Salah satu dari obat ini akan menghapuskan ingatanmu. Ma'afkan aku Kalya' Ucap Ray dalam batinnya







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang