October 17, 2018
A Hotel, SeoulPria itu bergerak, menggeram kasar saat deringan ponselnya yang memekakkan telinga mulai mengganggu kegiatan tidurnya yang menyenangkan. Dia menggumamkan sumpah serapah dan langsung duduk, menyebabkan rasa pusing langsung mendera kepalanya tanpa ampun akibat hangover yang pagi ini dia dapatkan setelah mabuk-mabukkan semalam. Seingatnya, dia hanya menghabiskan dua botol. Atau tiga? Sepertinya bahkan lebih dari itu.
Dia berguling turun dari atas ranjang, meraih jinnya dengan kaki dan memakainya dengan susah payah. Matanya menangkap sosok lain yang berbaring di ranjang yang sama dengannya dan baru saja dia sadari kehadirannya sekarang. Selimut yang menutupi tubuh polos wanita itu merosot ke bagian pinggang sehingga menampilkan pemandangan dada dan lehernya yabg penuh bercak merah.
Oh, itu pasti kerjaannya semalam. Sepertinya wanita itu adalah wanita yang tadi malam diperebutkan oleh teman-temannya. Mengingar wanita itu sekarang berada di kamar hotel ini, telanjang, bersamanya, itu berarti dialah yang berhasil memenangkan wanita tersebut. Hanya saja dia tidak bisa mengingat kesenangan apa saja yabg sudah mereka lakukan. Dia sepertinya benar-benar mabuk sehingga memori otaknya tidak bisa berproses dengan baik.
Deringan ponselnya sempat berhenti sesaat, sebelum beberapa detik kemudian berbunyi lagi, menunjukkan bahwa si penelepon tidak akan berhenti sebelum dia menjawab teleponnya.
Pria itu beranjak ke sofa, mencari-cari ponselnya di antara tumpukan kemeja, gaun dan pakaian dalam wanita yang bercampur baur di satu tempat. Dia menemukan ponselnya di dalam saku jas, mengambil obat penghilang hangover yang selalu dibawanya kemana-mana untuk berjaga-jaga sekalian, sebelum akhirnya menjawab telepon itu. Pria tersebut melangkah ke sudut lain kamar, menuang air ke dalam gelas yang sudah tersedia disana dan baru akan meminum obatnya saat suara wanita yang terdengar sangat marah mulai merusak gendang telinganya dengan teriakkan super dahsyat.
“KIM YUN-MYEON, KAU PIKIR APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN, HAH? AKU SUDAH BILANG AGAR KAU PULANG KE RUMAH SEMALAM DAN KAU SAMA SEKALI TIDAK MUNCUL! LALU AKU MENDAPAT BERITA BAHWA KAU MABUK-MABUKAN LAGI DAN MEMBAWA WANITA KE HOTEL!”
“Eomma,” ucap pria itu dengan nada malas, “aku sudah bilang bahwa aku tidak akan pulang kalau kau masih menyuruhku menikah dengan wanita-wanita pilihanmu itu. Aku sama sekali tidak tertarik dengan pernikahan dan tidak akan melakukannya dalam waktu dekat. Kalau Eomma mengkhawatirkan kehidupan percintakanku, tenanglah, aku bisa mendapatkan wanita kapan pun aku mau. Dan, kalau Eomma ingin cucu, minta saja. Aku bisa menghamili seorang wanita dan menyuruhnya melahirkan anak untukku. Masalah selesai, 'kan?”
“Oh, ya Tuhan-ku, apa dosaku selama ini sampai melahirkan anak sepertimu? YA! Apa aku tidak pernah mengajarimu sopan santun, hah? Kau tidak punya otak? Pulang sekarang juga atau namamu dicoret dari daftar ahli waris!”
“Mana bisa begitu?!” sungut Yun-Myeon sebal.
“Tentu saja bisa, Bocah Nakal! Aku sudah menyuruhmu pulang semalam dan kau tidak datang, padahal pengacara ayahmu sudah datang untuk membacakan isi surat wasiatnya. Dan kau, Kim Yun-Myeon, kau tidak akan mendapatkan perusahaan ayahmu kalau kau tidak segera menikah dengan wanita baik-baik pilihanku!”
“Sial!” umpat Yun-Myeon ngeri saat hubungan telepon terputus begitu saja.
Perusahaannya.. tidak, tidak. Dia sudah begitu lama menunggu ayahnya bersedia memberikan perusahaan itu padanya, dan sekarang setelah ayahnya meninggal, pria itu masih saja menyusahkannya. Dia harus menikah dulu, sebelum bisa memimpin perusahaan itu.
Yun-Myeon menghembuskan napas kesal. Kali ini dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi menolak ataupun menghindar. Benar-benar menyusahkan.
🖤
Yun-Myeon baru selesai memasang sepatu dan meraih jasnya, saat wanita yang dia tidak kenal namanya itu bangun dan menatapnya bingung. Nah, baiklah. Dia akan mendapatkan drama baru lagi pagi ini. Sepertinya.
“Ng.. Yun-Myeon Oppa..? Kau mau kemana?”
“Pulang,” jawab pria itu singkat sambil bangkit berdiri. Masih ada bau alkohol yang tercium dari baju bekas pakaiannya semalam dan itu berarti dia harus pulang ke apartemennya dulu untuk mengganti baju agar bisa menunjukkan penampilan pantas di depan ibunya yang kadang-kadang bisa sangat menyulitkan itu.
“Secepat ini? Apa kau tidak mau meninggalkan kartu nama atau nomor ponsel agar aku bisa menghubungimu lagi nanti? Kita bisa keluar bersama lagi kapan-kapan. Atau kau mau kartu namaku?” tanya wanita itu menawarkan, yang terlihat seperti tidak tahu malu di mata Yun-Myeon. Wanita itu bahkan turun dari ranjang, sepenuhnya polos, dan berjalan menghampirinya, membuatnya mulai hilang kesabaran. Dia sudah terburu-buru dan wanita itu hanya memperlambatnya saja.
“Kau tidak tahu aturan permainanku?” tukas Yun-Myeon, sedikit geram.
“Ya?” tanya wanita itu tampak kebingungan dan tidak mengerti.
Wanita itu berdiri tepat di hadapannya sehingga dia bisa menunduk dan menghujamkan tatapan tanpa belas kasihannya tepar di manik mata wanita tersebut.
“Aku. Tidak. Pernah. Berkencan. Dengan. Wanita. Yang. Sama. Lebih. Dari. Satu. Kali,” ucapnya, memberi tekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. “Mengerti?”

YOU ARE READING
Berevolusi ✓
FanfictionKIM JUN-MYEON Aku menyukai wanita itu. Rambut bergelombangnya yang tergerai, bibirnya yang sensual, pinggang rampingnya, dan kakinya yang jenjang. Semuanya hanya masalah fisik. Kemudian suatu pagi aku terbangun di sampingnya dan.. aku menyukai sinar...