sedici

3.2K 571 28
                                    

Suara denting sendok dan piring terdengar nyaring memenuhi ruang makan keluarga Han pagi itu.

Tak ada yang angkat bicara antara jisung, jeongin, bahkan guanlin yang numpang sarapan disana. suasana benar - benar hening. sampai suara kaki kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar memekak kan telinga.

Dengan langkah lebar jisung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan seisi perutnya di wastafel. Jari - jari nya menggenggam pinggiran wastafel hingga memutih menahan rasa sakit perut nya kembali terasa kebas.

setelah membasuh wajahnya ia berbalik dan di kejutkan dengan keberadaan jeongin di depan pintu. terlebih pemuda manis itu menggenggam test pack di tangan kanan nya. menatap jisung dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

Jeongin melangkah mendekati jisung yang masih terdiam mematung. tangan nya mencengkeram kedua bahu jisung dan berbisik pelan.

"kenapa lo nyembunyiin ini semua dari gue sung? gue adek lo, lo bisa ceritain masalah lo ke gue. lo nggak sendirian. lo masih punya gue."

mendengar ucapan jeongin, jisung hanya terdiam dan menunduk dalam.

"berapa bulan? gue bakal bikin dia bertanggung jawab sama semua ini"

jisung mengangkat kepalanya dan menatap tepat pada manik hitam jeongin, lalu menggeleng pelan sambil menepis lembut tangan jeongin.

"hampir sebulan? gue nggak inget. dan lo nggak perlu ngelakuin itu."

"Apa maksud lo nggak usah?! " tanya jeongin sedikit meninggikan suaranya.

"Gue bakal nyusul Mark ke New York. Lagipula gue udah tau apa yang bakal terjadi kalo lo beneran ngelakuin itu. Gue masih pengen liat anak gue lahir, sekalipun gue harus ngurus semuanya sendiri"

jawab Jisung sedikit bergumam di akhir kalimatnya membuat jeongin menatap nya sendu.

"Kalo lo pergi, gue ikut pergi." guanlin yang sedari tadi terdiam di dekat pintu sedikit terbelalak mendengar ucapan jeongin barusan.

jisung tersenyum kecil dan menggenggam tangan jeongin. kepalanya menggeleng pelan, masih menunjukan senyum teduhnya.

"Dan lo mau ninggalin guanlin? Nggak, gue nggak bakal ngijinin lo ikut. Gue mau kangen - kangenan sama mark disana. lo lanjutin sekolah disini, nurut sama guanlin. Karna dia yang bakal gantiin gue jagain lo, oke?" ucapnya sambil merapikan anak rambut jeongin yang sudah mulai menangis.

ketiganya masih terdiam dengn pikiran masing- masing, jeongin juga sudah menghentikan isakan nya dalam pelukan jisung.

"Gimana sama kak minho?"

seketika senyuman jisung lenyap begitu saja, tapi tak lama ia kembali tersenyum menunjukan senyum sendunya.

"Jangan bilang kak minho."













Felix menjatuhkan badan nya pada ranjang Queen size nya. Bibir plum nya tak henti - hentinya mendumal.

Ia masih kesal, bagaimna bisa takdir mempertemukan felix dengan seungmin sedekat ini? mengapa dari sekian banyak kamar di apartement ini harus di samping kamar felix?

"Kenapa coba mesti sebelahan? kenapa juga harus seungmin. "

"Seungmin lagi seungmin lagi. bosen gue liat dia. "

" Songong lagi anaknya. yang kayak paling oke aja. "

"Apalagi pas di kantin waktu itu, awas aja lo. Gue masih inget sama semua kata - kata lo waktu itu. "

"Kenapa coba hyunjin bisa pacaran sama uke modelan ular gitu. Goblok lagi si hyunjin pake acara percaya banget sama dia. "

"Belum aja gue kupas mukanya yang berlapis - lapis itu."

[ 1/2 ] M.I.A  |  HyunLixWhere stories live. Discover now