1

612 105 11
                                    

"Kau ini—" Laki-laki paruh baya itu menghela napas lelah. Memijat pelipisnya pelan mencoba menghilangkan sakit di kepalanya akibat tingkah laku pemuda yang berumur hampir dua puluh tahun lebih muda darinya itu.

"Dengar, Kang Daniel, walaupun kau berprestasi dan kakekmu adalah investor terbesar sekolah tapi pihak sekolah juga tak akan segan mengeluarkanmu jika kau terus-terusan seperti ini. Ini bukanlah sekolah khusus untuk non akademik tapi akademik juga. Seberapa banyak pun piala dan medali yang kau sumbangkan jika nilai akademik mu tak ada peningkatan maka tahun ini menjadi tahun terakhir mu bersekolah di sini."

Daniel membulatkan matanya tak percaya. Bayangan di mana dia dikeluarkan dari sekolah hanya karena nilai akademik padahal semua orang tahu bahwa penyumbang piala dan medali terbanyak adalah dirinya membuat Daniel tak terima. Itu memalukan.

Bukan itu saja, ucapan sang ayah yang akan menyekolahkannya ke luar negeri kembali terngiang di kepala Daniel. Dia tak mau itu terjadi. Bagaimanapun caranya.

"Pak, saya sudah mencoba semampu saya untuk membuat nilai saya naik tapi tak pernah berhasil. Lagipula saya bukan orang yang sempurna pak, saya mungkin lemah dalam bidang akademik tapi saya unggul di bidang lain."

"Saya tahu, Daniel. Tapi ini tetap aturan sekolah yang sudah ada jauh sebelum kamu bersekolah di sini."

Daniel menunduk. Mengepalkan kedua tangannya yang dia simpan di atas lututnya. Dari awal Daniel juga enggan bersekolah di sekolah ini, dia ingin masuk sekolah khusus namun ucapan ayahnya tak akan pernah bisa dibantah. Sekalinya perkataan A yang keluar dari mulut sang ayah maka akan selalu A, tak peduli apa yang terjadi.

Bunyi ketukan di pintu tak membuat Daniel mengangkat kepalanya. Dia marah pada dirinya, menyalahkan dirinya yang kenapa terlalu bodoh. Apa saat pembagian kepintaran dirinya malah sibuk bermain judo hingga tak mendapat sisa? Tsk!

Sudah tahu bodoh tapi hobinya bolos karena berlatih judo.

"Oh, Seongwu, ayo masuk."

Daniel melirik seorang pemuda yang baru saja duduk di sampingnya. Daniel tahu dia, Ong Seongwu, si penyabet gelar olimpiade sains tingkat internasional tahun lalu. Mungkin si Ong itu juga tahu dirinya, mungkin.

Merasa diperhatikan Seongwu menoleh dan mata bulatnya bertabrakan dengan mata sipit Daniel.

"Jadi, Daniel—" kontak mata yang berlangsung sepuluh detik itu terputus begitu dengan kompak keduanya menoleh pada sosok tertua di ruangan. "—untuk masalahmu saya memberikan solusi. Seongwu akan membantumu belajar sampai ujian akhir nanti."

Lagi, mata sipit Daniel terbuka lebar secara paksa. Mimpi buruk apalagi ini.

"Tapi, Pak, jadwal saya dan Seongwu berbeda. Lagipula daripada meminta Seongwu mengajari saya kenapa tidak guru lain? Kelas tambahan. Saya siap, Pak."

Lelaki paruh baya itu menghela napas. Menatap Daniel tepat di matanya. "Apa kamu yakin kamu tak akan bolos dengan alasan latihan?"

"S-saya memang berlatih, Pak. Bukan bolos."

"Saya tahu, Daniel. Tapi tidak setiap saat di mana kau tahu kewajiban mu di sini juga bukan hanya untuk judo." Tersenyum singkat saat Daniel tak mampu membalas ucapannya. Kakinya membawanya mendekat pada pemuda Kang lalu meremat pelan pundaknya. "Pihak sekolah tidak menyalahkan kamu yang sangat menyukai judo tapi ini juga demi kebaikan kamu, Daniel. Dan pengalaman saya mengatakan bahwa belajar bersama teman itu lebih ampuh daripada belajar dengan guru."

Daniel mengangguk singkat. Dia tahu berbagai protesan yang keluar dari mulutnya pun akan percuma. Harapannya hanya satu, pemuda di sampingnya tidak mengikuti perintah sosok tertua di ruangan ini. Karena penolakan dari Seongwu tidak akan membuat sosok paruh baya itu memohon-mohon. Daniel yakin itu.

"Bagaimana denganmu, Seongwu? Kau mau membantu temanmu?"

Tolong katakan tidak

Tolong katakan kau sibuk

Tolong katakan kau tak mau membuang waktumu

Tolong katakan bahwa kau tak mengenalku

Tolong katakan apa saja yang penting kau menolak ku

Tolong



















"Baik, Pak."

Apakah kau dendam padaku, Ong Seongwu?

< >

Halo, semua!

Aku balik dengan cerita baru yang ide awalnya aku ambil dari cerita sebelah—The One with Glassess. Aku buntu sama cerita itu😭
Jadi sebagai penggantinya aku ubah semua plotnya dan post ini.

Hope you like it!
Vote and comment?❤️

— Fa.

Let Me Stay [OngNiel]Kde žijí příběhy. Začni objevovat