:: limapuluhdua ::

846 55 5
                                    

Yang Jevin lihat pertama kali begitu membuka mata adalah langit-langit ruangan berwarna putih. Sebuah benda terpasang di hidung, membuat lelaki itu bisa merasakan hangat napasnya sendiri.

Untuk sesaat Jevin mencoba mengenali situasi, matanya bergulir, otaknya berputar. Hingga keberadaan seseorang membuat Jevin langsung mengetahui di mana dirinya berada sekarang. Rumah sakit.

Suster yang kebetulan sedang mengecek keadaan Jevin itu langsung memanggil dokter dan mengabarkan jika Jevin sudah siuman.

*

Setelah mamanya keluar, pintu ruang rawat Jevin kembali dibuka.

Mata lelaki itu melebar melihat Valerie membuka pintu dengan napas terengah. Mata perempuan itu memerah dihiasi sembab pada kelopak matanya. "Val—Valerie."

Valerie berjalan mendekati Jevin. Sekarang, mata perempuan itu kembali digenangi likuid bening. "Bodoh," tukasnya dengan satu tetes air mata yang jatuh dari sudut mata. "Lo bodoh tau nggak!"

"Maaf."

Jevin mengerti betul kenapa Valerie sampai bersikap seperti ini. Ia ingkar janji untuk tidak kenapa-kenapa.

"Bodoh!" Sekali lagi Valerie memaki. "Lo bikin gue takut ..," cicitnya lebih pelan dengan tangis yang mulai pecah.

Dan hal itu membuat rasa bersalah seketika menggerayangi hati Jevin. "Sori, Val. Gue benar-benar nggak tau kalo gue bakal ...."

Valerie menggeleng, membuat ucapan Jevin terputus. "Jangan kayak gini lagi. Gue takut."

Melihat ketakutan yang nyata terpancar di dalam mata Valerie, membuat Jevin langsung mengangguk tanpa berpikir. Ia tidak ingin membuat Valerie takut lagi. Terlebih, ia tidak ingin melihat Valerie menangis.

"Iya, gue janji buat nggak kayak gini lagi."

Valerie justru sesegukan.

"Udah, jangan nangis lagi. Gue nggak suka lihat lo nangis."

[]

—Reindrops💦

[ Dipublikasi | 08.12.18 ]

quarter past midnight | √Kde žijí příběhy. Začni objevovat